Selasa, 27 Oktober 2015

MENELUSURI SISI LAIN PESONA BUKIT RAYA (Via Jalur Tumbang Habangoi, Kalimantan Tengah)


Hutan Gunung Bukit Raya


Gunung Bukit Raya dengan ketinggian 2278 mdpl merupakan gunung yang tertinggi di Pulau Kalimantan yang termasuk salah satu bagian dari 7 puncak gunung tertinggi di 7 pulau/kepulauan besar di Indonesia (The Seven Summits Of Indonesia). Gunung ini termasuk bagian dari kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya yang wilayahnya meliputi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Kawasan ini didominasi oleh puncak-puncak pegunungan Schwaner, dimana keberadaaan pegunungan tersebut merupakan perwakilan dari tipe ekosistem hutan hujan tropika pegunungan dengan kelembaban relatif tinggi. Gunung Bukit Raya terkenal memiliki daya tarik yang luar biasa dengan kawasan hutan hujan tropisnya yang masih alami dan asri, karena itu gunung ini dikenal juga sebagai jantungnya pulau Kalimantan atau “Heart Of Borneo”. Mendaki di Gunung Bukit Raya kita akan disuguhi pemandangan alam hutan tropis yang luar biasa, alami belum banyak terjamah oleh manusia,disini mulai dari kawasan hutan dataran rendah dan hutan pegunungan dataran tinggi lengkap tersajikan dalam pendakian Bukit Raya. Dalam pendakian Bukit Raya kita juga akan melewati beberapa sungai-sungai besar di Kalimantan yang akan membuat suasana menjadi semakin menarik dan menimbulkan kesegaran selama melakukan pendakian. Di Kawasan sekitar puncak Bukit Raya kita akan menemui banyak vegetasi jenis lumut yang beraneka ragam bentuk menarik, karena itu gunung ini dikenal juga dengan istilah The Hobbits yang ada di Kalimantan, selain itu terdapat juga jenis kantong semar yang berukuran besar-besar, yang merupakan jenis tumbuhan yang juga dapat berfungsi menampung air. Selain menarik dari sisi petualangan alamnya kawasan Bukit Raya juga memiliki daya tarik untuk mengamati budaya adat istiadat masyarakat Dayak. Bagi masyarakat Dayak Gunung Bukit Raya merupakan tempat yang dianggap suci, dimana tempat ini merupakan tempat diturunkannya leluhur mereka ke dunia. Dari Gunung Bukit Raya ini mengalir sungai-sungai besar ke kota-kota di Kalimantan, yang menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat. Hal ini seperti yang dikatakan oleh salah seorang budayawan dari Kalimantan Tengah saat kami singgah di desa Tumbang Manggu sebelum menlanjutkan perjalanan ke desa Tumbang Habangoi (desa terakhir sebelum pendakian), Bapak Syaer Sua, beliau mengatakan “Bukit Raya adalah tempat yang sacral atau suci bagi Suku Dayak, di puncak gunungnya dipercaya sebagai tempat turunnya nenek moyang, gunung bukit raya menurut kepercayaan Dayak Danum Kaharingan disebut Belom Panuntung Atei, artinya mata air yang mengalir memberi kehidupan itu tersebar di seluruh daratan Kalimantan. Oleh karena itu, Bapak Syaer Sua berpesan kepada seluruh peserta pendakian agar mentaati aturan selama pendakian, tidak berkata-kata sembarangan dan berperilaku yang melanggar norma-norma kehidupan supaya nantinya tidak terjadi apa-apa dan selamat selama perjalanan hingga turun selesai kegiatan. Gunung Bukit Raya memiliki 2 jalur pendakian yaitu jalur utama yang sering digunakan jalur Rantau Malam yang diakses dari Pontianak Kalimantan Barat serta jalur yang baru dirintis dan  populer sejak tahun 2014, yaitu jalur Tumbang Habangoi yang diakses dari Palangkaraya Kalimantan Tengah. Jalur Tumbang Habangoi memiliki waktu tempuh yang lebih singkat ,namun kondisi jalur lebih terjal tetapi kita akan disuguhi pemandangan alam yang indah dan petualangan yang lebih menantang. Mendaki gunung bukit raya via jalur tumbang habangoi, kita dapat melintasi satu puncak gunung lagi sebelum puncak bukit raya, yaitu puncak kait bulan, kedua puncak ini diibaratkan layaknya Raja dan Ratu, untuk mencapai kedua puncak ini tentunya dengan jalur yang lebih panjang dan sulit tetapi akan sebanding dengan suasana petualangan dan pemandangan alam yang kita dapatkan, Kita akan melintasi sungai-sungai besar, menyusuri punggungan, naik turun bukit, menuruni tebing, selama pendakian jika cuaca cerah kita akan disuguhi pemandangan alam hutan Kalimantan yang luar biasa dan bisa menikmati sunrise dan sunset saat di puncak bukit.  Masyarakat sekitar menganggap dua puncak gunung tersebut merupakan pasangan seperti layaknya raja dan ratu, puncak bukit raya sebagai rajanya dan puncak kait bulan sebagai ratunya. Untuk pendakian melintasi bukit raya dan kait bulan, diperlukan 8 hari waktu pendakian selama di hutan. 
Untuk mendaki gunung bukit raya via jalur tumbang habangoi, kita dapat mengaksesnya melalui kota Palangkaraya, dari sini kita bisa menggunakan mobil-mobil travel yang akan mengantarkan kita menuju desa Tumbang Habangoi dengan waktu tempuh perjalanan sekitar 8 jam. Perjalanan dari Palangkaraya ,kita akan melewati jalan kabupaten sampai dengan bertemu sungai di desa Tumbang Manggu, dari situ kemudian jalur akan melewati jalan perusahaan yang masih berupa jalan tanah merah berpasir menuju desa terakhir Tumbang Habangoi. Apabila ingin mengamati kebudayaan masyarakat dayak, kita dapat singgah dulu di desa Tumbang Manggu, disini terdapat Rumah Betang, yang merupakan rumah khas masyarakat Dayak, rumah ini miliki Bapak Syaer Sua (Budayawan), beliau menjadikan rumah ini sebagai pusat kegiatan kebudayaan dan kesenian masyarakat dayak. Kita dapat melakukan observasi tentang budaya lokal disini dan juga menikmati hiburan keseniannya. Setelah dari desa Tumbang Manggu perjalanan sekitar 3 jam lagi untuk tiba di desa terakhir Tumbang Habangoi. Di desa Tumbang Habangoi, sebaiknya kita menginap 1 malam untuk persiapan terakhir sebelum pendakian. Salah satu persiapan yang harus kita lakukan untuk melakukan pendakian bukit raya adalah melakukan upacara adat. Masyarakat di desa Tumbang habangoi mayoritas menganut agama kepercayaan Hindu Kaharingan, untuk itu disini masih kental dengan pelaksanaan ritual-ritual adat. Untuk pelaksanaan ritual adat kita akan dibantu oleh seorang Pisur (Rohaniawan) yang akan memandu jalannya ritual adat, biasanya upacara dilakukan di desa dan beberapa titik pendakian , untuk itu saat pendakian nanti akan didampingi oleh pisur untuk memandu pendakian dibantu dengan porter dari masyarakat Tumbang Habangoi. Dari Desa Tumbang Habangoi untuk menuju titik awal pendakian, kita masih harus menggunakan kendaran mobil sekitar 1 jam perjalanan sampai di batas akhir kendaraan bisa melewati jalannya.
 
Upacara penyambutan potong pantan

potong pantan

Rumah Betang Khas Masyarakat Dayak, milik Bapak Syaer Sua (Budayawan)

Petualangan dimulai…..Mengelilingi bukit, melintasi sungai-sungai
Titik start pendakian atau batas terakhir kendaraan

Kelompok 7 berpose bareng sebelum memulai pendakian

Menyeberangi Sei Trongoi

Waw luar biasa!!! itulah kesan pertama ketika turun dari mobil dan siap memulai pendakian. Ya, setelah melakukan perjalanan darat yang cukup jauh dan melelahkan , akhirnya petualangan menjelajahi bukit raya pun dimulai. Saat itu saya tergabung dalam kegiatan “Jelajah Wisata Budaya yang diselenggarakan oleh Kabupaten Katingan dan Kalteng Pos pada tanggal 8-23 Agustus 2015, yang salah satu kegiatannya aadalah pendakian Gunung Bukit Raya, saya tergabung dalam kelompok 7 bersama 6 orang lainnya yaitu Dewe dan Bregas dari Jakarta, Hani dan Fitri dari Lampung, Ongka dan Yana dari Banjarmasin serta Rina dari Palangkaraya. Kami tiba di sebuah dataran kawasan hutan dataran rendah, pohon-pohon menjulang tinggi ke atas dan begitu lebatnya. Pendakian pun dimulai, 5 menit diawali dengan melewati trek mendatar dan tibalah di sungai pertama yang harus diseberangi, Sei Trongoi sei dalam bahasa suku Dayak berarti sungai. Trek melintasi sungai Trongoi ini sepanjang 10 meter, dengan titik terdalamnya selutut orang dewasa, untuk melalui trek ini tidak diperlukan tali pengaman, karena masih relative aman, hanya tetap perlu berhati-hati, kalau tidak ingin sepatunya basah, kita dapat melepas sepatu saat melintasi sungai trongoi. Selepas menyeberangi sungai trongoi, pendakian dilanjutkan kembali menuju pintu rimba, trek yang dilewati masih di kawasan hutan terbuka. Sekitar 10 menit kita akan tiba di pintu rimba, dimana akan mulai memasuki hutan tertutup. Trek hutan pertama yang harus dilewati masih landai mengelilingi sungai, sekitar satu jam baru akan mulai melewati trek dengan tanjakan yang cukup curam kemudian turun menyeberangi sungai. Selama rute pintu rimba sampai shelter 1 Dehie, perndakian akan terus mengelilingi punggungan,memutari tepi sungai, sehinga kita akan beberapa kali juga menyeberangi sungai. Selama melakukan pendakian di rute ini, cuaca akan teras sangat panas, karena masih sekitar 300 mdpl, segar rasanya ketika kita lelah saat mendaki kemudian bertemu sungai, rasanya ingin sekali berendam di sungai tersebut, ungkap dewe, rekan satu tim saya yang sangat suka sekali berendam di sungai saat sedang beristirahat. Pendakian dari pintu rimba menuju shelter 1 Dehie ditempuh selama 5 jam. Shelter Dehie adalah lokasi camp yang paling enak di Bukit Raya, lokasi ini berada pada ketinggian 400 mdpl, merupakan lokasi camp di dataran berpasir di tepi sungai/Sei Dahie, bila bermalam disini , suasananya seperti camping di tepi pantai, di pasir putih memandang gemericik air sungai yang mengalir.

Trek menuju pintu rimba

Pintu Rimba, welcome to the jungle

Menyusuri sungai 

Suasana Shelter Dahie

Shelter 1 Dahie 400 mdpl

Menikmati Sei Dahie

Kapal klotok sarana transportasi yang digunakan di sebagian wilayah Kalimantan yang banyak sungai

Melintasi jalur misterius,  jalur lintas Puncak Kait Bulan – Puncak Bukit Raya
Selepas Shelter Dahie, pendakian dilanjutkan menuju Shelter Tosah kemudian air terjun Bitah Samba, dimana kali ini akan mulai masuk ke punggungan utama. Pagi hari pukul 08:30 kami bernagkat dari shelter Dahie menuju Shelter Tosah akan melewati trek yang cenderung landai dan masih mengelilingi serta menyeberangi sungai dengan waktu tempuh 4 jam. Sebelum tiba di shelter Tosah, kami menyeberangi satu sungai besar dimana terdapat pertigaan pertemuan dua jalur sungai, di jalur ini diperlukan tali pengaman untuk menyeberangi lintasan sepanjang 10 meter, setibanya di sisi seberang barulah kita tiba di sebuah shelter yang cukup besar dan datar yang berada di dataran dimana kanan dan kirinya terdapat aliran sungai yaitu shelter Tosah, kami pun makan siang disini. Seperti diketahui bahwa jalur menuju Bukit Raya dari Tumbang Habangoi terdapat dua pilihan, bisa langsung ke bukit raya atau bisa juga melintas ke puncak kait bulan terlebih dahulu. Persimpangan jalur tersebut terdapat di punggungan yang terdapat sekitar 1 jam perjalanan dari shelter Tosah, apabila ingin langsung ke puncak Bukit Raya, bisa naek lurus terus mengikuti punggungan setelah persimpangan, namun apabila ingin melintasi puncak Kait Bulan terlebih dahulu, ambilah jalur belok ke kanan dari persimpangan menuruni lembahan menuju sungai bitah samba. Dalam event ini, sebagaimana telah disepakati oleh panitia, kami mengambil jalur melintasi Puncak Kait Bulan terlebih dahulu. Pendakian pada hari kedua ini berarti akan bermalam di shelter air terjun Bitah Samba. Setelah melewati persimpangan jalur, kami pun turun menuruni lembahan , jalurnya agak sulit dan curam, kami turun dengan bantuan tali webbing sebagai pegangan tangan. Setibanya di lembahan , kami berjalan terus di sisi sungai , menyusuri sungai sampai tiba di air terjun. Trek di jalur ini cukup berbahaya dan licin, untuk itu diperlukan konsentrasi yang tinggi dan hati-hati saat berpijak di bebatuan. Malam hari pukul 18:30 kami pun tiba di shelter Bitah Samba dan segera mendirikan tempat camp dan masak untuk makan malam. Sebuah dinamika terjadi mulai hari mengenai misteri jalur lintas kait bulan ke bukit raya, memang sejak awal kegiatan mulai terdapat issue mengenai jalur lintas tersebut yang konon katanya tidak bisa dilewati, karena memang selama ini belum pernah ada orang yang melintasi jalur tersebut, kalaupun ada cuma ada hanya sampai puncak Kait Bulan, itu pun sudah 20 tahun yang lalu, ungkap Bapak Pisur, yang saat itu pernah mengikuti orang-orang tua mencari kayu gaharu sampai ke puncak kait bulan. Karena issue yang berkembang itulah ditambah dengan kondisi fisik maupun mental ,beberapa peserta bertahan di shelter tosah , untuk kemudian lanjut langsung ke bukit raya. Saya bersama teman-teman satu kelompok dengan semangat dan tekad yang kuat memutuskan untuk terus melintasi rute yang sudah direncanakan, yaitu melintasi Kait Bulan dan Bukit Raya.
Ular jenis Viper yang ditemui di hutan ketinggian 400 mdpl menuju shelter 2

Shelter Tosah

Menyeberangi sungai menuju Shelter Tosah

Aliran air terjun Bitah Samba

Suasana di Shelter Air Terjun Bitah Samba

Tantangan demi tantangan pun mulai semakin berat di hari ketiga pendakian. Ya, selepas shelter air terjun Bitah Samba, pendakian langsung diawalin dengan trek yang sangat terjal, dari lembahan menuju puncak punggungan. Namun itu tidak menghalangi tekad kami untuk terus berjalan. Sekitar 3 jam melewati tanjakan tersebut tibalah kami di puncak punggungan, disini kami sempatkan waktu untuk istirahat makan siang. Satu jam kami beristirahat, kami segera bersiap melanjutkan perjalanan, ya disini pertama kalinya saat beristirahat di tengah pendakian kami merasakan dingin, karena 2 hari sebelumnya masih berada di bawah ketinggian 1000 mdpl, untuk itu setelah selesai istirahat kami lanjutkan perjalanan menuju Shelter 3 Hulu Sei Holom. Saat istirahat kami sempat melihat peta dan gps untuk memperkirakan jarak yang akan kami tempuh ke shelter 3, berdasarkan perkiraan rasanya sudah tidak jauh lagi, kami hanya perlu mengikuti punggungan kemudian turun ke lembahan menuju hulu sungai, diperkirakan 2 jam lagi kami sampai. Ternyata perkiraan kami meleset, kami masih harus naik turun punggungan, jalurnya pun lumayan terjal, sehingga perjalanan pun menjadi lebih lama. Hari semakin sore, kami pun berpacu dengan waktu agar tidak kemalaman saat tiba di shelter. Sekitar pukul 17:00 kami tiba di ujung bukit, saat itu terlihat jalan ke kanan menurun menuju lembahan. Ayoo semangat sedikit lagi kita sampai dan bertemu dengan sungai, teriak saya kepada teman-teman kelompok. Ya , perjalanan hari ini cukup melelahkan dan persediaan air pun sudah menipis, sehingga kami harus cepat sampai ke shelter untuk mendapatkan air. Sekitar 30 menit menuruni lembahan , tibalah kami di suatu tempat yang datar, dekat sungai dan becek sekali, itulah Shelter 3 Hulu Sei Holom, tempat kami bermalam di hari ketiga. Sesampainya di shelter kami segera mencari lokasi camp, agak susah menentukan lokasi camp disini karena, lokasi yang datar dan luas terbatas, selain itu kondisi medannya juga sangat becek, berawa dan banyak batang-batang pepohonan. Setelah cukup lama mencari,kami akhirnya memutuskan mengambil lokasi camp di dekat sungai, terlebih dahulu kami menebang beberapa pohon dan meratakan tanahya untuk digunakan sebagai lokasi camp, di lokasi ini sulit mendirikan tenda dan kamupun mendirikan shelter dengan menggunakan flysheet.
Trek menuju Punggungan Hulu Sei Holom

Santai dulu di puncak punggungan

Pagi hari di Shelter Hulu Sei Holom, semangat pagii !!

Memasuki hari keempat pendakian, kami bangun pagi dengan penuh semangat, ya hari ini kami akan mencapai puncak yang pertama yaitu puncak Kait Bulan. Hari ini dari shelter Hulu Sei Holom kami akan mendaki satu punggungan saja menuju puncak Kait Bulan, walaupun satu punggungan namun bukan berarti hari ini akan dilalui dengan mudah, dari pengamatan di peta dan punggungan yang terlihat tampak sekali jalurnya begitu terjal selain itu di puncak tidak ada sumber air sehingga dari shelter Hulu Sei Holom ini kami harus membawa perbekalan air untuk dua hari ke depan, tetapi itu semua tidak menurunkan semangat kami untuk terus melangkah. Langkah demi langkah pun kami lalui, meskipun jalurnya sulit tapi hari ini kami mulai mendapatkan pemandangan yang berbeda. Hari ini kami sudah mendaki di satu punggungan utama dan pada beberapa titik, saat cuaca cerah kami bisa melihat pemandangan alam terbuka hutan Bukit Raya , melihat punggungan-punggungan lain menuju bukit raya serta data melihat burung-burung elang berterbangan di udara, sungguh menjadi pemandangan yang luar biasa. Sekitar 3 jam berjalan di punggungan. Kami sudah hampir mendekati puncak Kait Bulan yang semakin dekat terlihat. Saya semakin bersemangat melangkah untuk segera mencapai puncak, namun sebuah kericuhan terjadi dalam pendakian ini, sebuah misteri yang selama ini dipertanyakan, ya terkait jalur lintas Kait Bulan dan Bukit Raya. Saat itu saya berpapasan dengan beberapa peserta yang sedang turun, dalam hati saya bingung, padahal puncak sudah dekat sekali tetapi kenapa mereka pada turun kembali. Kemudian para peserta yang turun tersebut menyampaikan informasi kepada saya dan juga para peserta pendakian lain yang sedang naik , bahwa mereka katanya sudah tiba di puncak Kait Bulan dan bertemu dengan tim pembuka jalur, katanya jalur untuk mencapai puncak bukit raya dari puncak kait bulan, tidak bisa dilewati, karena terdapat tebing di tengah jalur dan jalurnya berbahaya. Saat itu ada sekitar 20 orang yang turun kembali, mereka juga mengajak kami yang sedang naik untuk turun, sebaiknya kalian taruh saja carier disini, kemudian jalan kepuncak setengah jam lagi lalu turun kembali ke jalur ini karena di atas tidak ada jalur melintas ke bukit raya, tutur salah seorang peserta yang turun. Suasana pun jadi membingungkan , saya dan teman satu kelompok tidak percaya dengan informasi tersebut, karena informasinya masih belum jelas , sudah begitu yang menyampaikan informasinya juga bukan dari panitia. Saya pun beristirahat sejenak di tengah jalur untuk mengatur strategi berikutnya. Saya mencoba melihat kembali peta yang saya bawa, memang terlihat di antara puncak Kait Bulan dan Bukit Raya terdapat sebuah tebingan dan jalurnya terlihat tipis dengan kanan kiri jurang dan jalur terjal, tapi saya yakin sekali bahwa jalurnya pasti bisa dilewati. Setelah cukup beristirahat, saya putuskan untuk tetap lanjut ke Puncak Kait Bulan dengan membawa carier, saya ingin memastikan sendiri saat di puncak kondisi jalurnya dan menanyakan kepastian informasinya kepada panitia selaku penanggung jawab kegiatan. Tak terasa, sekitar 30 menit mendaki lagi, saya sudah tiba di sebuah puncakan yang datar, disitu saya bertemu beberapa peserta dan panitia yang sudah tiba lebih dahulu, kebetulan juga terdapat ketua panitia yang sedang berkoordinasi dengan tim pembuat jalur. Saya segera mengecek kondisi di sekitar puncakan itu, dari puncakan menuju Kait Bulan diperkirakan sekitar 15 menit lagi, kemudian dari kejauhan tampak punggungan ke arah Bukit Raya sudah terlihat. Setelah itu saya menanyakan kejelasan kepada panitia, saat itu pun ketua panitia mengatakan bahwa jalur lintas Bukit Raya bisa dilewati, untuk itu para peserta sebaiknya terus melanjutkan perjalanan sesuai rencana, beliau sangat menyayangkan informasi sepihak dari beberapa peserta yang menimbulkan kebingungan dari peserta lain.  Akhirnya, informasi sudah jelas didapat, kegiatan dilanjutkan sesuai rencana,  meskipun ada beberapa peserta yang tidak lanjut melintas, namun sebagian peserta masih tetap mengikuti kegiatan sesuai rencana. Saya dan teman-teman satu kelompok juga terus melanjutkan pendakian menuju puncak Kait Bulan, dari puncakan datar pertama menuju puncak Kait Bulan, jalurnya cukup landau dan hanya mengitari puncakan saja, sekitar pukul 14:20 sampailah kita di puncak Kait Bulan, puncakannya hanya berupa dataran kecil saja yang tidak terlalu luas, hanya terdapat sebuah tanda puncakan bendera merah putih dan beberapa sesaji untuk ritual adat. Puncak Kait Bulan tidak ada dijadikan lokasi camp, untuk itu kita harus berjalan kembali sekitar 10 menit sampai tiba di Shelter 4 Puncak Kait Bulan. Sore hari kami pun sudah tiba di Camp, segera saja saya dan teman-teman kelompok bekerja sama untuk membuat camp, seperti hari-hari sebelumnya disini pun untuk mendapatkan sebuah tempat camp kita harus terlebih dahulu menebang beberapa pohon , ranting dan meratakan tanahnya agar dapat ditempati dengan nyaman. Sebuah kabar gembira kami dapat disini, berdasarkan informasi peserta yang sudah lebih dulu sampai, bahwa ternyata dekat area shelter ini terdapat sebuah aliran air kecil turun ke arah lembahan sekitar 5 menit, kami pun bekerja sama dan membagi tugas dalam kelompok, ada yang membuat bivak, mengambil air serta mempersiapkan makanan dan minuman hangat. Suasana di camp ini udaranya sudah semakin dingin, untung saja di malam hari turun hujan, sehingga menjadi cukup hangat dan kami bisa tidur nyenyak untuk mengistirahatkan tenaga setelah seharian perjalanan cukup menguras tenaga dan psikologis.
Trek menuju Puncak Kait Bulan


Sore hari melepas lelas setelah membuat camp di shelter Puncak Kait Bulan

Berpose menahan dingin suasana di shelter Puncak Kait Bulan

Menuruni tangga darurat saat melewati tebing menuju Shelter Hulu Sei Samba

Trek menuju Hulu Sei Samba

Tangga darurat menuruni tebing dan jurang, hati-hati saat melintasi tangga ini

Shelter Soa Tohutung
Shelter Hulu Sei Samba

Shelter Bitah Samba
Trek turun dari Bukit Raya menuju Shelter Bitah Samba melewati igir-igir

Pagi hari memasuki hari kelima pendakian, cuaca masih terus berkabut dan hujan rintik-rintik. Rasanya membuat tidak ingin beranjak dari camp, namun perjalanan harus tetap dilanjutkan. Target perjalanan hari ini adalah menuju Shelter 5 Hulu Sei Samba yang merupakan lokasi sadlle (dataran diantara dua punggungan) yang menyambungkan puncak Kait Bulan dengan Puncak Bukit Raya, untuk menuju kesana diperlukan waktu sekitar 5 jam perjalanan. Pagi hari sebelum berangkat panitia mengadakan briefing , panitia menginformasikan karena hari ini waktu tempuh tidak terlalu panjang, jadi jika nanti tiba di shelter 5 masih siang bisa melanjutkan terus perjalanan mencicil naik punggungan ke arah Bukit Raya agar menghemat tenaga dan waktu esok harinya. Perjalanan diawali dengan menuruni punggungan Kait Bulan , trek masih berupa jalan tanah dan berlumpur. Setelah sekitar 2 jam perjalanan, kami tiba di sebuah tebing bebatuan setinggi 10 meter, disini kami harus mengantri untuk lanjut menuruni tebing, ternyata inilah tebing yang kemarin menjadi perbincangan dikarenakan informasinya tebing ini tidak dapat dilewati. Memang cukup sulit melewati tebing ini, kita harus menuruni tebing setinggi 10 meter dengan sisi bawahnya jurang yang dalam, untuk menuruni tebing ini kami hanya menggunakan tangga gantung yang dibuat dari batang- batang pohon yang diikatkan dengan weebing, cukup berbahaya memang tapi kondisi ini harus kami lewati. Satu per satu orang pun turun menuruni tebing ini, diperlukan ketenangan dan kehati-hatian saat menuruni tebing ini, sedikit saja lengah dan ceroboh kita bisa terjatuh ke jurang. Akhirnya kami semua pun berhasil melewati salah satu titik yang ekstrim di jalur ini, selanjutnya perjalanan terus turun menuju saddle, jalurnya tidak sesulit sebelumnya. Sekitar pukul 13:30 kami sudah tiba di Shelter 5 Hulu Sei Samba. Ada hal yang sedikit mengecewakan disini, sebelumnya diinformasikan bahwa di shelter ini terdapat sumber air, namun ternyata tidak ada, mungkin jika kita mau turun jauh ke lembahan akan menemui sumber air tetapi jaraknya sangat jauh. Hal ini tentunya di luar perkiraan karena sebelumnya saat berjalan dari shelter 4 diinfokan akan ada sumber air di shelter 5 dan kami tidak persiapan air untuk 2 hari, oleh karena itu kami segera mengecek kondisi perbekalan air dan mengaturnya untuk dua hari ke depan, syukurlah perbekalan air kami masih mencukupi. Disini ,kami sekelompok memutuskan untuk melakukan istirahat siang selama satu jam, kemudian melanjutkan perjalanan ke arah punggungan Bukit Raya. Pukul 14:30 kami pun melanjutkan perjalanan, targetnya adalah kami akan mendaki sampai pukul 17:00 dan segera mencari tempat camp. Kini kami sudah berada di punggungan menuju Bukit Raya, kami banyak melewati tanah gambut, menemui tumbuhan lumut yang beraneka ragam bentuk dan kantong semar yang berukuran besar-besar. Hari sudah semakin sore di atas sana terlihat seperti sebuah puncakan, “Wah Bukit Raya sudah di depan , ayo semangat kawan-kawan dikit lagi kita sampai, ucap saya kepada teman-teman”, sebagai ketua kelompok saya harus menjadi penyemangat buat anggota kelompok agar bisa melalui perjalanan dengan lancar dan tepat waktu. Akhirnya pukul 17:05 kami sudah tiba di puncakan itu, ternyata itu bukan puncak Bukit Raya, dari puncak bukit ini masih terlihat sekitar 3 puncakan lagi untuk sampai puncak tertingginya. Karena hari sudah semakin sore kami memutuskan untuk bermalam di puncakan ini, yang hanya dapat untuk membuat 1 buah shelter untuk ukuran 8 orang. Matahari pun mulai turun, dari puncakan ini kami dapat menyaksikan suasana sunset, indah sekali rasanya, terbayar semua rasa lelah perjalanan yang telah kami lalui. Malam ini hanya kelompok kami yang bermalam disini, sepi dan hening sekali rasanya, cuaca cerah namun angina berhembus kencang, malam ini udara paling dingin yang kami rasakan selama mendaki gunung Bukit Raya. Tak lama setelah selesai makan malam kami pun langsung istirahat tidur. Mentari pagi mulai bersinar, wow Indah sekali, ucap Rina yang saat itu bangun pertama kali, luar biasa pemandangannya, setelah sore kemarin kami mendapatkan suasana sunset pagi ini kami mendapatkan suasana sunrise, benar-benar menakjubkan, kami bisa melihat jelas matahari terbit, setelah itu kami pun dapat menyaksikan jajaran pegunungan yang telah kami lalui kemarin, tidak salah kami mengambil keputusan bermalam disini, tempat ini kami sebut dengan Bukit Pemandangan. Suasana pagi ini pun menambah semangat kami untuk melanjutkan perjalanan, target hari ini adalah menuju puncak Bukit Raya kemudian turun melalui jalur berbeda ke Shelter Bitah Samba. Pukul 08:30 kami mulai berjalan, untuk sampai ke puncak Bukit Raya kami harus melewati trek naik turun punggungan, tidak terlalu terjal namun cukup menguras tenaga dan emosi, ditambah panasnya terik matahari saat itu. Akhirnya setelah melalui 2 jam perjalanan, kami berhasil tiba di puncak tertingginya, yang disebut Puncak Kakam Gunung Bukit Raya dengan ketinggian 2278 mdpl, disana sudah ramai sekali dengan peserta yang telah tiba lebih dahulu. Hari ini kami tiba di Puncak Bukit Raya bertepatan dengan tanggal 17 Agustus 2015, tak lupa di puncak ini , kami melakukan ceremonial peringatan HUT RI Ke-70 Tahun bersama Bapak dan Ibu Bupati Katingan, para SKPD, TNI/POLRI, pencinta alam dan para jurnalis yang tergabung dalam kegiatan ini. Senang sekali rasanya bisa berada di puncak tertinggi Kalimantan ini dengan perjalanan pendakian yang luar biasa, penuh misteri dan tantangan, serta dapat menikmati indahnya suasana alam hutan hujan tropis Gunung Bukit Raya yang dikenal sebagai “Heart Of Borneo”. 
(Tulisan oleh : Rahman Mukhlis, Sumber Foto : Kelompok VII Rahman, Bregas Laksamana, Ade Wahyudi, Hani M, Fitri, Ongka, Yana, dan Rina ; Kegiatan Ekspedisi Bukit Raya Jelajah Wisata Budaya Kabupaten Katingan)
Data Penjelajahan :
No
Rute
Waktu Tempuh
Keterangan
1
Start Pendakian/akses mobil – Sungai Trongoi
10 menit
Landai
2
Sungai Trongoi – Pintu Rimba
20 menit
Naik turun jalan perusahaan
3
Pintu Rimba – Shelter Sei Dahie
4 jam
Naik turun beberapa punggungan kecil, melipir di tepi sungai, menyeberangi beberapa sungai. Ada sumber air di shelter. Shelter luas.
4
Shelter Sei Dahie – Shelter Tosah
4 jam
Cenderung landai, melipir di tepi sungai. Shelter tosah setelah menyeberangi pertigaan sungai besar, terdapat sumber air. Shelter luas.
5
Shelter Tosah – Pertigaan jalur kait bulan bukit raya
1,5 jam
Menyeberangi 2 sungai, naik punggungan sampai di pertigaan, turun ke kanan arah kait bulan, naek ke kiri arah bukit raya.
6
Pertigaan – Shelter air terjun Bitah Samba
3 jam
Turun ke sungai, menyusuri sungai, naik ke arah air terjun. Ada sumber air di dekat shelter. Shelter luas.
7
Shelter air terjun Bitah Samba – Puncak Punggungan
3 jam
Naik punggungan terjal
8
Puncak punggungan – Shelter Hulu Sei Holom
4 jam
Naik turun punggungan, sampai di punggungan terakhir pertigaan turun ke kanan arah lembahan hulu sei holom. Terdapat sumber air di dekat shelter. Shelter luas namun harus merapihkan dulu, karena banyak akar, batang-batang pohon dan cenderung becek/basah karena persis di tepi sungai.
9
Shelter Hulu Sei Holom – Puncak Kait Bulan
4 jam
Naik punggungan
10
Puncak Kait Bulan – Shelter Kait Bulan
30 menit
Berjalanan di igir-igir puncakan dan ke arah jalur turun. Ada sumber air, mata air kecil di dekat shelter. Shelter luas.
11
Shelter Kait Bulan – Shelter Hulu Sei Samba
5 jam
Turun ke arah lembahan, jalan berlumpur, melewati akar dan batang pohon. Setelah itu naik ke arah tebing dan memutari tebing, kemudian turun melalui tangga darurat (extreme) harus berhati-hati disini, setelah tangga turun terus sampai ke saddle. Tidak ada sumber air di shelter. Shelter kecil hanya untuk sekitar 5 tenda.
12
Shelter Hulu Sei Holom – Puncak Pemandangan
4 jam
Naik punggungan, sampai di puncak pemandangan , jalur menuju puncak bukit raya ke kiri dari puncakan. Pemandangan indah terdapat disini, tidak ada sumber air , hanya bisa dibuat untuk maksimal 2 tenda atau membuat 1 shelter flysheet.
13
Puncak Pemandangan – Puncak Kakam Bukit Raya
2 jam
Naik turun punggungan sampai di puncak tertinggi. Di dekat puncak terdapat sumber air genangan/telaga. Jalur menuju Kalbar dari puncak turun ke arah kanan, menuju kalteng turun ke arah kiri
14
Puncak Kakam Bukit Raya – Shelter Bitah Samba
5 jam
Turun ke arah kiri, akan naik turun beberapa punggungan, jalur terjal, tipis, banyak melewati akar dan batang-batang pohon. Setelah puncakan terakhir, ada pertigaan, turun ke arah kiri menuju shelter. Terdapat sumber air di dekat shelter. Shelter luas.
15
Shelter Bitah Samba – Shelter Soa Tohutung
3 jam
Turun terus mengikuti punggungan, akan naik beberapa bukit. Shelter terdapat di saddle, dekat shelter turun ke arah lembah sebelah kanan terdapat sumber air. Shelter kecil hanya untuk sekitar 5 tenda.
16
Shelter Soa Tohutung – Pertigaan jalur kait bulan bukit raya
1 jam
Turun terus mengikuti punggungan sampai bertemu pertigaan jalur dua puncak. Turun ke kiri arah ke kait bulan, turun ke kanan arah shelter tosah.
17
Pertigaan – Shelter Tosah
1 jam
Turun terus mengikuti punggungan ,kemudian menyeberangi 2 sungai. Trek turunan landai mendekati shelter tosah.
Sketsa Peta Bukit Raya (Sumber dari survey Panitia Jelajah Wisata Budaya Ekspedisi Bukit Raya)

Kantong Semar banyak ditemui di wilayah menuju Puncak Bukit Raya

Sunrise di Bukit Pemandangan

Senja di Bukit Pemandangan


Trek menuju Puncak Bukit Raya

Tumbuhan-tumbuhan lumut , banyak ditemui di punggungan menjelang Puncak Bukit Raya

Puncak tertinggi Kalimantan, Puncak Kakam Bukit Raya

Semangat terus menuju Puncak

Puncak Kakam Bukit Raya 17 Agustus 2015

Upacara HUT RI Ke-70 di Puncak Bukit Raya bersama Bupati Katingan, SKPD, Jurnalis dan Mapala Se Indonesia




2 komentar:

  1. keren,, kang izin kopi foto2 ya.. ada muka eug . ckckc

    BalasHapus
  2. Kini hadir Permainan baru di Pianopoker.net ^_^
    Bandar66
    Bandar66 merupakan game terbaru yang paling diminati saat ini , buruan login dan rasakan permainan baru yang fantastis yaitu Bandar66 hanya di Pianopoker.net

    Dan Dapatkan Jutaan Rupiah Dengan Mudah Hanya Di Pianopoker.net
    Real Website, Real Player Vs Player, Real Winner
    Buktikan Sekarang Juga Bersana kami hanya di PianoPoker

    Raih Bonus Extra Jumbo :
    - Bonus Extra Jumbo Rollingan ( dibagikan setiap 5 hari sekali )
    - Bonus Refferal Seumur Hidup

    CS Ramah & Profesional Siap Melayani 24 Jam
    Proses Transaksi Di Jamin Super Cepat
    Kartu Bagus (Easy To Winn)
    Support 5 Bank Local :
    - BCA
    - MANDIRI
    - BNI
    - BRI
    - DANAMON

    Minimal Deposit & Withdraw Hanya 20Rb
    Jangan Mikir Lagi Bos !!
    Jalan dan Kesempatan Sudah Ada Di Depan Mata
    Jangan Sia-Siakan Kesempatan Yang Ada bos !!
    Ingat Bahwa Kemenangan Bergantung Kepada Pilihan Anda.
    Jangan Sampai Salah Pilih Situs , Untuk Jadi Jutawan Pianopoker.net Solusimya !!
    Untuk Informasi Lebih Lanjut Silahkan Hubungi Kontak kami :
    BBM : DCB59F18
    WA : +855968238303
    LINE : piano.poker
    IG : pianopoker99
    Link : PianoPoker.Net

    Join Sekarang Juga !! Kami Tunggu Kehadirannya Para Calon Jutawan ^_^

    BalasHapus