Selasa, 03 Januari 2017

Gunung Masurai, Keindahan yang tersembunyi dari Lembah Masurai



 
Danau Kumbang Gunung Masurai

Saat mendengar nama Gunung Masurai , bagi sebagian orang merupakan sesuatu hal yang asing dan baru, bahkan saya sendiri baru mengenal Gunung Masurai pada tahun 2012, saat mendengar cerita perjalanan teman saya melakukan ekspedisi kesana. Dari awal mendengar cerita tentang Masurai, saya langsung jatuh hati pada gunung tersebut yang mana menyimpan sebuah keindahan yang tersembunyi dan tentunya gunung tersebut memiliki karakteristik gunung kesukaan saya yaitu gunung hutan hujan tropis yang masih terjaga kealamiannya kawasan hutan gunungnya. Setelah itu nama Gunung Masurai saya masukan dalam daftar gunung-gunung yang akan saya jelajahi di kemudian hari dan saya mulai aktif mencari data dan informasi seputar Gunung Masurai, sampai akhirnya jodoh tersebut tiba pada tahun 2016, dimana saya mendapatkan kesempatan untuk menjelajahi Gunung Masurai bersamaan dengan menjalankan pekerjaan rutin sebagai pemandu gunung di Indonesia Expeditions. Tim saya saat menjelajahi Masurai berjumlah 18 orang, dimana saya berdua dengan rekan saya Sofyan menjadi pemandu pendakian dengan jumlah peserta 8 orang dan 8 orang lokal yang akan membantu membawa barang dan logistik.
Gunung Masurai dengan ketinggian 2935 meter di atas permukaan laut merupakan Gunung Strato Vulcanic yang masih masuk dalam kawasan konservasi Taman Nasional Kerinci Seblat. Secara administrastif Gunung Masurai terletak di tiga wilayah Kecamatan yaitu Kecamatan Jangkat, Lembah Masurai dan Sungai Tenang, Kabupaten Merangin Provinsi Jambi. Dibanding Gunung Kerinci yang sudah sangat terkenal, sebenarnya di Provinsi Jambi masih banyak lagi gunung yang indah dan menarik untuk dijelajahi,termasuk Gunung Masurai ini.  Gunung Masurai adalah gunung tertinggi kedua di Jambi, selain Masurai di sekitar kawasan ini juga terdapat 2 gunung lagi yang letaknya berseberangan dengan Masurai yaitu Gunung Sumbing 2507 mdpl dan Gunung Hulunilo 2424 mdpl . Ketiga gunung hanya terpisah oleh jalan utama seperti layaknya Gunung Sindoro dan Gunung Gumbing di Jawa Tengah. Gunung Masurai memiliki keindahan alam khas hutan hujan tropis Indonesia yang masih asri , mengingat gunung ini belum terlalu banyak dikunjungi oleh para pendaki gunung. Salah satu yang menarik dari Gunung Masurai adalah memiliki danau vulkanik yang indah yaitu Danau Kumbang dan Danau Mabuk. Nama Masurai sendiri menurut masyarakat lokal sana berarti emas yang terurai, hal ini memang seperti kenyataan yang akan kita lihat sendiri saat menjelajahi keindahan alam Gunung Masurai yang terurai bagaikan emas.  Bagi masyarakat sekitar kaki Gunung Masurai, gunung ini merupakan sumber kehidupan dimana salah satunya mengalir mata air Batang Tembesi yang sumbernya terletak di sisi utara Gunung Masurai dan mengairi sumber-sumber penghidupan masyarakat khususnya di wilayah Kecamatan Sungai Tenang dan juga mengalir sampai ke sungai-sungai di Provinsi Jambi.  Mengingat wilayah hutannya yang belum banyak dikunjungi manusia, Gunung Masurai juga masih menjadi tempat bermukim hewan-hewan khas hutan Sumatera, seperti Harimau Sumatera yang dapat kita temui di pedalaman hutan Gunung Masurai. Gunung Masurai memiliki berbagai akses jalur pendakian, jalur pendakian yang paling umum adalah jalur Sungai Lalang yang mana pertama kali dibuka oleh Tim Ekspedisi Mapala Siginjai Unja pada tahun 1994, dengan waktu tempuh normal 3 hari 2 malam. Selain itu berdasarkan informasi yang saya dapatkan terdapat beberapa jalur lain yang lebih panjang dan menawarkan tantangan petualangan seru , seperti jalur Jangkat Tim Ekspedisi Wanadri 2004, jalur Tanjung Berugo Tim Ekspedisi Mahitala Unpar 2010 dan jalur Talang Asal Tim Ekspedisi Mapala UI 2012.

Jalan panjang menuju Lembah Masurai
Lembah Masurai, Desa Sungai Lalang

Salah satu tantangan yang harus kita lalui sebelum menjelajahi Gunung Masurai adalah jauh dan sulitnya akses transportasi menuju Lembah Masurai, walaupun sejak 2-3 tahun terakhir akses jalan dan transportasi semakin mudah seiiring dengan banyaknya pembangunan di wilayah Merangin. Untuk menuju kaki Gunung Masurai kita dapat melakukan perjalanan darat dari Jambi yang akan ditempuh selama 8-10 jam perjalanan. Jika ingin mengecer kita dapat menggunakan bus umum/engkel dengan rute Jambi-Bangko, kemudian lanjut pindah bus/engkel dengan tujuan Bangko-Jangkat, namun agar lebih nyaman kita dapat menggunakan mobil-mobil travel dnegan sistem carter langsung PP dari Jambi menuju Sungai Lalang, tentu dengan harga yang lebih mahal (+ Rp. 3.000.000,-/pp/mobil kapasitas 4 orang dengan barang-barang pendakian). Untuk keperluan belanja kebutuhan pendakian sebaiknya di lengkapi saat di Jambi/Bangkok arena setelah Bangko kita akan tiba di kota kecil yang agak sulit untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhan pendakian dengan stock yang terbatas. Jalur menuju Bangko masih berada di dataran rendah dengan melewati juga jalur Trans Sumatera, setelah Bangko barulah kita memasuki daerah dataran tinggi dan kawasan pegunungan dengan jalan yang meliuk-liuk dan naik turun bukit. Semakin mendekati kaki Gunung Masurai kita akan disuguhi pemandangan wilayah perkebunan yang didominasi tumbuhan holtikultura, yang paling banyak tentunya perkebunan kopi yang terkenal dengan Kopi Lembah Masurai. Setibanya di Desa Sungai Lalang kita dapat singgah di Basecamp Masurai, yaitu rumah keluarga besar Penas(Koordinator KPA Gerakan Masyarakat Merangin Pecinta Alam /GEMPA) yang terletak di pinggir jalan raya Desa Sungai Lalang sebelah Musholla Al Hidayah. Mengingat belum terlalu ramainya wisata mendaki gunung disini, jadi baru hanya ada satu rumah yang dapat disinggahi sebelum memulai pendakian. Basecamp ini dapat menampung maksimal 20 orang dengan 2 kamar dan ruang tamu bersama yang dapat digunakan untuk tidur. Basecamp ini juga dapat menyediakan makan sesuai kebutuhan kita sebelum melakukan pendakian atau sebagai bekal makan siang di hari pertama pendakian.

Menikmati hangatnya “Kopi Lembah Masurai”
Basecamp Masurai, Sungai Lalang
Petani Kopi Lembah Masurai

 
Selasa, 19 Juli 2016, setelah melalui perjalanan darat dari Jambi selama 9 jam, pada pukul 18:35 kami tiba di Basecamp Masurai, Desa Sungai Lalang. Setibanya di basecamp kami langsung disambut dengan antusias oleh Penas dan kawan-kawan masyarakat lokal yang telah siap menyambut kami. Setelah menurunkan barang-barang dari mobil ke rumah, kami bercengkerama di ruang tamu, saling berkenalan dan tukar cerita sambil menyeruput hangatnya kopi dan teh. Kopi disini alami, langsung diambil dari perkebunan sekitar, ucap Penas, seraya menuangkan kopi panas ke cangkir-cangkir kami. Lembah Masurai memang terkenal dengan daerah penghasil kopi terbaik di Provinsi Jambi. Suasana penuh kehangatan pun tercipta malam itu mengawali pertemuan kami dengan masyarakat Sungai Lalang yang kemudian setelah menikmati secangkir kopi dan teh kami tutup perkenaan ini dengan makan malam bersama yang telah disediakan oleh Ibu Penas. Setelah makan malam, kami segera melakukan briefing untuk membahas rencana kegiatan pendakian dan mengatur ulang barang-barang pendakian. Malam semakin larut udara pun semakin dingin, walaupun di luar rumah langit tampak cerah, namun angin malam hari itu berhembus cukup kencang, suasana udara dan hawa dinginnya seperti kita berasa di kawasan Puncak Jawa Barat, Akhirnya kami pun segera bersiap untuk tidur agar esok hari kembali fit dan bugar untuk memulai pendakian.
Pagi hari kami bangun pagi, disambut dengan cuaca yang mendung dan hujan gerimis yang membasahi Desa Sungai Lalang. Walaupun cuaca kurang begitu menguntungkan namun tidak menghalangi semangat kami untuk memulai petualangan. Setelah sarapan pagi, kami pun bersiap-siap untuk memulai pendakian. Pukul 07:10 diawali dengan berdoa bersama di depan Basecamp Gunung Masurai kami mengawali langkah kami berpetualang di Gunung Masurai. Perjalanan diawali dengan melewati jalan setapak di area ladang perkebunan penduduk.  Perkebunan ini didominasi oleh tanaman kopi dan holtikultura. Sepanjang jalan menuju pintu rimba, sejajar dengan kontur punggungan utama kita akan melihat deretan perkebunan kopi di sisi kiri dan kanan jalur yang nampak mulai memerah dan siap untuk dipanen. Kopi Lembah Masurai merupakan jenis kopi robusta. Diperkirakan jumlah kopi yang ditanam di wilayah Lembah Masurai mencapai 30 juta pohon dengan produksi greenbean(biji) mencapai 10 juta kilogram/10.000 ton. Untuk harga jualnya per kilogram di Lembah Masurai dijual dengan harga Rp. 18.000,-/kg. Dapat dibayangkan besarnya potensi ekonomi masyarakat sekitar Lembah Masurai dari hasil perkebunannya sendiri.Ini sangat potensial untuk ekspor kopi robusta, mengingat kopi robusta Lembah Masurai merupakan kualitas terbaik karena di tanam di dataran tinggi. Kembali ke perjalanan menuju Pintu Rimba, selain dapat melihat hamparan perkebunan kopi dan holtikultura dari depan kita terpampang dengan gagah Gunung Masurai yang menarik perhatian untuk segera dikunjungi. Jika menoleh ke belakang di sisi seberang yang hanya terpisah oleh jalan kita dapat melihat pemandangan indah Gunung Hulunilo dan Gunung Sumbing. Setelah sekitar 1 jam tibalah kita di ujung batas perkebunan dan pintu rimba, disini kami sempatkan waktu untuk beristirahat di sebuah pondokan, dari sini 20 menit lagi kita akan tiba di Pintu Rimba, walaupun singkat namun jalurnya cukup sulit dimana kita harus melewati batang-batang pohon tumbang yang melintang tidak beraturan sepanjang jalur menuju pintu rimba.
 
Melintasi perkebunan kopi
Gunung Hulunilo 
Team di batas akhir perkebunan  dengan hutan, background Gunung Hulunilo

Petualangan seru melintasi hutan Gunung Masurai
Pintu Rimba

“Welcome Pintu Rimba, Salam Lestari, Jaga Kekompakan dan Kesopanan”, sepenggal kalimat yang terpampang di sebuah papan yang bersandar di bawah pohon besar menyambut kedatangan kami di pintu rimba. Selain kalimat tersebut juga terdapat himbauan-himbauan lain tentang ajakan menjaga kebersihan dan etika saat berada di gunung. Kami pun sejenak membaca kalimat-kalimat tersebut dengan seksama dan berdoa untuk mengawali pendakian hari ini memasuki kawasan hutan dan gunung. “Tantangan baru dimulai”, Memasuki Pintu Rimba (1618 mdpl) , kami disuguhi suasana rimbun dan lebat pepohonan khas hutan hujan tropis Sumatera, harum dedauanan hijau dan tanah basah tercium dengan sejuknya, kicauan burung-burung dan nyanyian simpai bersautan terdengar nyaring di telinga , suasana yang benar-benar jarang kita temui di gunung-gunung lain yang sudah ramai. Suasana tersebut menjadi teman sepanjang perjalanan kami menuju Shelter 1 , hingga tak terasa walaupun trek sudah cukup menanjak tapi kami benar-benar menikmati suasana pendakian ini. Perjalanan Pintu Rimba-Shelter ditempuh kurang lebih 1,5 jam, sesampainya di Shelter 1 kami beristirahat sejenak menikmati snack dan minuman. Shelter 1 ditandai dengan adanya batang pohon rubuh yang di tengah jalan, sehingga kita harus menunduk melewati halangan pohon tumbang tersebut. Setelah itu di atasnya terdapat gundakan-gundakan dan area yang cukup luas untuk mendirikan tenda. Shelter 1 berada pada ketinggian 1815 mdpl, disini terdapat sumber air sungai kecil di sebelah kiri jalur, sekitar 5 menit dari lokasi camp. Setelah cukup beristirahat, kami melanjutkan perjalanan menuju Puncak 1. Dari Shelter 1 perjalanan akan dilanjutkan menuju Puncak 1 selama 4 jam perjalanan dengan melewati trek yang semakin terjal dan kawasan hutan yang semakin rimbun, banyak pepohonan yang ditumbuhi lumut sehingga menambah hijaunya hutan, seperti hutan lumut, di trek ini kita juga akan menjumpai beberapa pohon-pohon tumbang dimana kita harus merayap atau melompatinya saat menemui rintangan pohon tumbangan tersebut. Saat ingin menuju Puncak 1 sebaiknya kita mengisi botol air terlebih dahulu di Shelter 1 karena sepanjang perjalanan tidak ada lagi sumber air dan tidak ada lokasi yang luas untuk beristirahat, jadi ketika istirahat kami hanya berhenti sebentar menepi di pinggir jalur pendakian. Mengingat trek yang panjang dan terjal, siang hari itu kami utuskan untuk istirahat makan siang di tengah perjalanan menuju Puncak 1. Makan siang hari ini tidak memerlukan waktu yang cukup lama, karena menu kami roti sandwich dan buah apel sudah kami siapkan sejak dari basecamp. Saat kami sedang istirahat makan siang, tiba-tiba saja cuaca berubah , rintik-rintik hujan mulai membasahi tubuh kami, untuk itu segera kami merapihkan barang-barang dan bersiap melanjutkan perjalanan. Hujan pun turun semakin lebat, kami segera melanjutkan perjalanan menuju Puncak 1. Dengan kondisi hujan , trek pendakian menjadi licin,tak jarang beberapa kali teriakan dari anggota kami terdengar saat ia tergelincir. Walaupun dengan kondisi hujan dan trek yang semakin terjal, tidak menghalangi langkah kami, kami terus berjalan beriringan secara konstan, sampai akhirnya pada pukul 14:10 kami tiba di Puncak 1 dengan ketinggian 2713 mdpl. Sebelum tiba di Puncak 1, sekitar 50 m sebelumnya kita akan menemui simpang antara jalur ke kiri turun menuju Danau Mabuk dan lurus menuju Puncak 1. Setibanya di puncak 1 kami disuguhi keindahan alam yang luar biasa dimana dapat menyaksikan keindahan Danau Kumbang yang dikelilingi oleh bukit-bukit dan lereng-lereng di kawasan Gunung Masurai. Puncak 1 adalah titik terbaik untuk mengabadikan indahnya Danau Kumbang dan memandangi bentang alam lainnya. Dari Puncak 1 perjalanan kita lanjutkan berjalan melewati igir-igir puncak selama sekitar 15 menit untuk menuju persimpangan jalan. Pada persimpangan ini kita mengambil jalur arah kiri turun ke Danau Kumbang sedangkan jika lurus kita akan menjumpai trek pendakian menuju Puncak Utama. Perjalanan turun ke Danau Kumbang meruapakan salah satu titik sulit yang ada di Gunung Masurai, dimana pada titik ini kita harus menuruni jurang yang cukup terjal dengan terdapat titik yang kemiringannya hampir 90 derajat, yaitu “Tanjakan/Turunan Syaiton”. Kami berjalan dengan hati-hati saat melewati trek ini, karena sekali tergelincir , bisa jatuh ke jurang di bawahnya, untuk itu pada beberapa titik ,kami memasang tali webbing sebagai pengaman kami, yang kami gunakan sebagai pegangan tangan untuk menjaga keseimbangan agar tidak terjatuh. Untuk menuruni Danau Kumbang dari persimpangan puncak diperlukan waktu sekitar 40 menit. Akhirnya setelah melewati lintasan yang menantang dan melelahkan sejak dari desa sungai lalang, pada pukul 15:50 kami semua tiba di Danau Kumbang disambut dengan pemandangan danau yang menakjubkan.
Danau Kumbang tampak dari Puncak 1

Pesona Danau kumbang
Landscape Of Kumbang Lake


our campsite at Kumbang Lake


Danau Kumbang dengan ketinggian 2539 mdpl merupakan salah satu pesona yang menarik para petualangan untuk menjelajahi Gunung Masurai. Danau Kumbang termasuk danau yang terbentuk dari aktivitas vulkanik yang memiliki luas sekitar 2 ha. Suasana hening dan damai dapat kita rasakan disini, memandang keindahan danau yang airnya tampak berkilauan terkena sinar matahari dengan dikelilingi jajaran bukit yang mengelilingi danau. Keindahan Danau Kumbang ini tidak kalah menarik dengan Danau Gunung Tujuh di kawasan Gunung Kerinci, Danau Ranukumbolo di Gunung Semeru ataupun Danau Segara Anak di Gunung Rinjani. Danau Kumbang menurut sejarah dan cerita-cerita turun temurun penduduk setempat, konon di danau tersebut ditunggui oleh seorang kakek tua yang bernama Panglima Kumbang, yang dapat berubah wujud menjadi macan kumbang, karena itulah dinamai Danau Kumbang. Menurut cerita lain danau ini dinamai Danau Kumbang karena dahulu banyak bintik-bintik hitam di pinggir danau dan mengkilat/bersinar menyerupai kumbang. Terlepas dari cerita mana yang benar, tetapi sebagai pendaki yang baik, kita harus menjaga etika dan sopan santun , khususnya saat berada di Danau Kumbang terdapat beberapa himbauan khusus, seperti saat buang air kecil atau besar tidak di tepi danau dan menghadap ke danau, menjaga perkataan dan perbuatan serta tidak berbuat amoral. Selain itu tentunya yang harus kita perhatikan adalah menjaga kebersihan dan kelestarian alam, karena memang keindahan di kawasan danau ini masih alami dan terjaga dengan baik. Di Danau Kumbang kita tidak dapat menikmati suasana matahari terbenam karena posisi matahari terbenam berada di balik bukit belakang area camp yang tertutup hutan belantara. Namun demikian, saat matahari terbit kita akan dapat menikmati suasanya dimana dari depan kita, di ujung danau dan balik bukitny matahari pagi akan memancarkan sinarnya tepat mengarah ke danau dan area camp kita. Untuk lokasi camp di Danau Kumbang, lokasinya tidak terlalu luas, hanya dapat menampung sekitar 8-12 tenda. Sedangkan area lain sekeliling danau masih belum ada lokasi camp, dimana kondisinya masih terdapat berupa hutan belantara.  
 
Selebrasi di Danau Kumbang

Menuju Puncak Utama Masurai
Tanjakan Syaiton
trek tanjakan syaiton
Menaikin tanjakan syaiton dengan tali webbing

            Esok hari, Pukul 08:30 kami setelah bermalam di Danau Kumbang kami melanjutkan perjalanan menuju puncak utama Masurai. Pendakian dilakukan dengan kembali menuju persimpangan antara jalur utama, danau kumbang dan puncak utama. Walaupun dengan jarak yang dekat, tetapi perjalanan ke persimpangan cukup menguras energy mengingat tanjakan yang terjal , salah satunya melalui “tanjakan syaiton” itu. Sesampainya di persimpangan, kami berisitrahat sejenak dan kemudian mengatur kembali perbekalan yang akan dibawa ke puncak dan ditinggalkan untuk diambil setelah kembali dari puncak dan menuju Shelter 1. Setelah semua siap,kami pun mulai berjalan, dengan mengikuti igir-igir punggungan puncak dengan trek menanjak yang tidak terlalu terjal kemudian akan turun ke lembahan dimana terdapat Shelter 2 yang ditempuh selama 1 jam. Shelter 2 memiliki tempat yang cukup luas untuk sekitar 2-4 tenda dan terdapat sumber air kecil sehingga dapat menjadi alternative untuk tempat bermalam. Selepas Shelter 2 ,kami berpindah punggungan menuju punggungan utama puncak masurai. Tanjakan ini sangat terjal dan licin sekali jika kondisi hujan. Selain tanjakan yang terjal, kondisi jalur menuju Puncak Utama Masurai juga sempit dan banyak halang rintang berupa akar dan batang pohon yang melintang, sehingga mengharuskan kita untuk merayap, melewati lorong-lorong batang pohon dan sesekali melompati batang-batang pohon yang melintang. Pada beberapa titik lorong-lorong tersebut memiliki bentuk yang unik dan ditambah adanya lumut, sehingga menjadi pemandangan yang indah dan menarik laayakanya dalam cerita “The Hobbits”. Perjalanan menuju Puncak Utama Masurai ditempuh dengan total waktu 3 jam dari Shelter 2. Suasana Puncak Utama Masurai tidak terbuka seperti puncak pada umumnya, tetapi hanya seperti puncak bukit saja yang dikelilingi pepohonan yang cukup tinggi, walaupun begitu suasananya sangat hening dan menimbulkan kedamaian di hati. Kami pun menikmati suasana di puncak selama 30 menit, untuk berfoto, makan dan minum serta bersendau gurau, menghilangkan kepenatan setelah melewati trek yang cukup berat.
menuju puncak
melewati gorong-gorong
Selebrasi di Puncak Masurai

Setelah selesai melakukan selebrasi, kami segera berkemas untuk turun kembali menuju Shelter 1. Saat di tengah perjalanan menuju Shelter 2 , hujan turun dengan deras, sehingga cukup menyulitkan kami karena lintasan yang licin, beberapa kali diantara kami terpeleset dan jatuh saat turun. Pukul 14:00 kami sudah tiba kembali di persimpangan dan kebetulan hujan sudah berhenti, disini kami sempatkan waktu 30 menit untuk beristirahat makan siang dan packing kembali semua barang-barang. Hari semakin sore dan hujan rintik-rintik kembali turun mengiringi langkah kami melanjutkan perjalanan turun menuju Shelter 1. Walaupun perjalanan turun, tetapi rute yang kami lalui masih cukup jauh dengan waktu tempuh 4 jam, ditambah kondisi jalur yang menjadi semakin licin, karena hujan masih terus turun. Akhirnya pada pukul 19: 10 kami dengan sisa-sisa tenaga setelah melalui hari yang panjang ini, kami semua telah tiba dengan selamat dan dapat menikmati malam terakhir di Shelter 1. Beberapa porter yang telah tiba lebih dahulu telah menyiapkan tenda, minuman hangat dan makanan untuk menyambut kami. Malam ini kami menikmati kebersamaan malam terakhir di gunung dengan ditemani cuaca yang indah setelah hujan berhenti sambil menyantap makan malam dan diselingin candaan antar sesama anggota tim.
Esok hari , kami bangun dengan penuh semangat, setelah melalui pengalaman dua hari yang seru dan menyenangkan di hutan Masurai , hari ini kami akan kembali ke peradaban. Perjalanan hari ini tidak terlalu panjang dengan waktu tempuh 1,5 jam. Pukul 09:00 kami mulai berjalan turun, melewati batas-batas hutan terakhir menuju wilayah perkebunan, suasana pagi ini sangat cerah , perjalanan menjadi semakin asyik ditambah dengan suara burung dan monyet yang saling bersautan mengiringi langkah kami kembali ke desa, seperti seakan-akan menyampaikan salam perpisahan untuk kami. Semakin turun , pemandangan menjadi semakin terbuka dan tibalah kami di wilayah perkebunan penduduk tampak suasana Desa Sungai Lalang dengan Gunung Hulunilo jauh di depan sana. Perasaan kami semua senang, akhirnya pendakian kami selesai, kami pun menyempatkan waktu untuk menikmati salam perpisahan kepada Gunung Masurai dan berfoto bersama di area perkebunan penduduk. Perjalanan pendakian Gunung Masurai telah berakhir, kami tiba kembali di Desa Sungai Lalang Basecamp Masurai disambut dengan hangat oleh Keluarga Penas dengan penuh keramahan dan suguhan kopi panasnya. Sungguh sebuah pengalaman yang seru, menyenangkan dan sangat berkesan bagi kami semua, dapat menikmati sebuah tempat yang masih asri, hening dan tersembunyi dari Lembah Masurai.(RM)