Senin, 26 Desember 2016

Menapaki ”Uhuru Peak” , puncak kebebasan di Gunung Putih dari timur laut Transylvania, Mt. Kilimanjaro


Jambo,jambo,jambo !!!
Tiba di Bandara Internasional kilimanjaro

Salam penyambutan yang terdengar begitu lantang ,sapaan khas dengan bahasa Swahili menyambut kedatangan kami di Bandara Internasional Kilimanaro. Akhirnya setelah menempuh perjalanan udara sekitar 16 jam, kami tiba di tanah Afrika, di Bandara kami disambut oleh tim dari Leken Adventure yang akan memandu kami selama berkegiatan. Tak lama berselang,setelah saling berkenalan,kami langsung bergerak dengan minibus yang telah disediakan menuju kota Arusha, kota tempat kami menginap sebelum mendaki Kilimanjaro. Perjalanan menuju kota Arusha ditempuh selama 2 jam perjalanan, kita melewati padang-padang savana, sejauh mata memandang di kanan kiri jalan yang kita lewati menghampar padang savanna yang luas dan ramai oleh lalu lalang hewan ternak, sementara itu dari kejauhan tampak Gunung Kilimanaro dan Gunung Meru dengan gagahnya. Suasana peralanan layaknya suasana jalan utama trans Sumbawa di Indonesia. Setibanya di kota Arusha, kami menuju Peace Hotel, tempat kami menginap. Arusha adalah kota di  bagian utara Tanzania yang berbatasan dengan Kenya. Arusha merupakan kota  sentral yang digunakan  oleh para wisatawan, baik yang hendak mendaki Kilimanjaro atau melakukan perjalanan safari ke Serengeti. Disini , kami meggunakan waktu untuk beristirahat dan menyiapkan kebutuhan logistic tambahan, terdapat  banyak supermarket  yang dapat kita kunjungi ataupun pasar tradisional. Perlu  diketahui di Kota Arusha memiliki tingkat kriminal yang tinggi, untuk  itu  sebaiknya kita didampingi  pemandu lokal saat berkeliling di  kota Arusha, khususya pada waktu malam hari. Kendaraan yang  lalu lalang di kota  Arusha  mengingatkan  kita akan suasana kota Jakarta era 1970-1980, dimana masih  banyak kendaraaan-kendaraan klasik, khususnya untuk  kendaraan roda dua. Kota Arusha ini berada pada ketinggian 1387 m, dengan udara yang cukup sejuk di bawah kaki Gunung Meru.
 
JAMBO ! "strong climber is strong drinker"

Mengenal Kilimanjaro , gunung putih dari timur laut Transylania 
The Landscape of Uhuru Peak Mt. Kilimanjaro

Kilimanjaro berasal dari bahasa Swahili, Kilima yang berarti gunung dan Njaro yang berarti putih atau Cahaya sehingga Kilimanjaro berarti gunung putih atau gunung yang bercahaya. Dinamakan demikian karena Gunung Kilimanjaro merupakan gunung yang atapnya terdapat salju abadi, salah satu dari tiga gunung di wilayah tropis yang bersalju seperti haalnya Carstensz di Indonesia dan Cayambe di Ekuador. Selan itu menurut seeorang Kaisar Jerman, Kaiser Wihelm Spitze, Gunung Kilimanjaro disebut Gunung di Timur Laut Transylvania. Gunung Kilimanjaro merupakan gunung berapi tertinggi di dunia yang berdiri bebas, dengan ketinggian 4600 mdpl bila di ukur dari kaki gunung. Puncak Kilimanjaro adalah puncak tertinggi di benua Afrika, yang ketinggiannya mencapai 5.895 meter diatas permukaan laut. Puncak kilimanjaro juga termasuk dalam daftar Seven Summits ( tujuh puncak tertinggi di dunia yang mewakili tujuh benua). Secara administratif Kilimanjaro terletak di kota Moshi, Tanzania, Afrika Timur. Kilimanjaro memiliki luas sekitar 292 mil (756 kilometer persegi) yang termasuk dalam wilayah Kilimanjaro National Park (KINAPA), kawasan ini disahkan menjadi taman nasional sejak 1973 yang kemudian pada tahun 1987 diakui oleh PBB sebagai warisan alam dunia.
Kilimanjaro adalah gunung api strato raksasa yang sekarang tidak aktif, namun memiliki fumarol yang mengeluarkan gas di kawah yang terletak di puncak utama Kibo atau yang biasa dikenal dengan puncak Uhuru yang menurut bahasa Swahili berarti puncak kebebasaan. Orang pertama yang berhasil mencapai puncak Uhuru adalah Johannes Kinyala Lauwo dari korps pengintai angkatan darat Marangu dan ia berhasil mendakinya berulang kali sebanyak 9 kali. Sedangkan, orang asing yang pertama berhasil mencapai puncak Uhuru adalah Hans Mayer, Pendaki dari Jerman dan Ludwig Purschller pendaki dari Austria. Mereka berdua dipandu oleh Johanes Lauwo sampai ke puncak Uhuru pada 6 Oktober 1889. Kilimanjaro memiliki 3 puncak yaitu Puncak Uhuru (5.895 mdpl), Puncak Mawenzi (5.149 mdpl), Puncak Shira ( 3.962 mdpl).
Untuk Rute pendakian Gunung Kilimanjaro memiliki 7 rute pendakian yang biasa digunakan, yaitu Marangu, Rongai, Machame, Lemosho, Umbwe, Shira dan Mweka. Rute yang sering digunakan untuk pendakian antara lain Marangu , Machame dan Mweka (hanya untuk turun). Jika melalui rute Marangu, biasanya perlu 4 – 5 hari untuk mencapai puncak, dalam sepanjang rute marangu maka akan dijumpai pondok – pondok untuk para pendaki yang memiliki fasilitas untuk memasak dan mandi, bahkan ada beberapa yang dapat dialiri listrik. Tahap terakhir pendakian sebelum puncak di jalur ini adalah puncak kibo (4.700 mdpl) di jalur ini butuh waktu sekitar 7 sampai 8 jam untuk mencapai Puncak Uhuru, jalur Marangu terkenal dengan sebutan “Coca-cola route”. Untuk Jalur Machame merupakan jalur terpanjang dan terindah untuk pendakian kilimanjaro yang butuh waktu sekitar 5 – 6 hari untuk mendakinya, selain terpanjang jalur ini memiliki pemandangan yang sangat indah karena akan melewati hutan hujan tropis, kemudian hamparan tanaman lobelia (tanaman khas kilimanjaro) dan kemudian padang savana yang sangat luas. Untuk pendakian sebelum puncak, akan di mulai dari baraffu (4673 mdpl) dari sini butuh waktu sekitar 8-10 jam untuk mencapai puncak Uhuru, jalur Machame terkenal dengan sebutan “whisky route”. Untuk jalur turun Kilimanjaro memiliki jalur khusus yaitu jalur Mweka, jalur ini dikhususkan untuk turun karena yang memiliki 3 pos yaitu Milenia Camp (3790 mdpl), Mweka Hut (3.100 mdpl), dan Mweka Gate (1.700 mdpl).
Tantangan terbesar dalam pendakian gunung kilimanjaro adalah kesabaran dalam proses pendakian yang terbilang cukup panjang dan suhu ketika melakukan pendakian ke puncak Uhuru yang dapat mencapai minus 20°C sehingga dapat mengakibatkan menurunnya stamina tubuh dan penyakit ketinggian (acute mountain sickness) yang dapat menyerang para pendaki secara tiba tiba, karena dalam pendakian puncak anda akan menambah ketinggian sekitar 1.200 mdpl dalam sehari, efek yang ditimbulkan dari penyakit tersebut kepala terasa pusing, mual serta muntah, keluar cairan dari hidung serta tubuh yang terasa lemas  tak berdaya.   
Gunung Kilimanjaro saat ini sudah mulai kehilangan salju yang menyelimuti puncaknya, gletser yang menyelimuti puncak ini sejak 11.700 tahun yang lalu semakin menipis dibandingkan dengan abad lalu dan berkurang lebih dari 80% menurut penelitian Lonnie Thompson seorang Paleoklimatologis dari Ohio State University dan diperkiran saljunya akan menghilang sekitar tahun 2015 hingga 2020.  
Kilimanaro memiliki berbagai ekosistem, termasuk hutan hujan tropis, sabana, gurun, hutan pegunungan, tanaman sub alpine dan zona alpine. Kilimanaro juga memiliki berbagai macam jenis hutan yang mengoleksi sekitar 1200 spesies tanaman vascular. Hutan pegunungan ocotea berada di lereng selatan yang basah. Hutan cassipourea dan Juniperus tumbuh di lereng utara yang kering. Hutan Erica Subalpine di ketinggian 4100 mdpl mewakili hutan elevasi awan tertinggi di Afrika. Sedangkan untuk spesies yang ada diantaranya monyet, babun zaitun, musang, macan tutul, babi dan burung-burung elang Afrika yang terbang bebas di Kilimanaro.

Welcome to the Jungle
Entry Point Machame Gate

Akhirnya tiba waktu kami memulai pendakian,pagi itu 27 February 2016 suasana kota Arusha yang begitu cerah menambah semangat kami yang tak sabar untuk segera memulai pendakian, pagi hari kami berangkat dari kota Arusha menuju gerbang pendakian Machame Gate. Saya bersama rekan saya Sofyan Arief Fesa (ian), yang merupakan salah satu dari 7 Summiters Indonesia akan bertugas memandu pendakian Kilimanjaro yang beranggotakan 8 orang. Anggota tim terdiri dari 5 orang laki-laki dan 3 orang perempuan, mayoritas merupakan pendaki lawas, yang usianya tidak lagi muda namun masih memiliki semangat dan daya juang layaknya anak muda. Kami menuju Machame dengan bus yang telah disediakan, perjalanan ditempuh selama 2-3 jam, suasana sepanjang perjalanan terasa seperti suasana perjalanan menuju gunung-gunung di Pulau Jawa, kita melewati desa-desa kecil, perkebunan dan ladang penduduk.
Pukul 11:50 kami telah tiba di Machame Gate. Segera saja kami menuju sebuah pondokan yang biasa digunakan para pendaki untuk beristirahat yang berada di dekat loket pendaftaran. Disini kami akan mengurus perizinan pendakian dan makan siang terlebih dahulu sebelum memulai pendakian. Dalam pendakian ini, kami akan dipimpin oleh leader local guide yaitu Paluo Joshua, Paulo dan ian mengurus perizinan dan mengatur porter yang akan membawa barang-barang logistic pendakian, sementara saya dengan yang lain menyempatkan waktu untuk makan siang lebih dahulu. Pengelolaan disini sangat rapi dan dikelola dengan disiplin, mulai dari pengurusan administrasi, pengecekan anggota, pengecekan barang logistic,pengelolaan papan-papan informasi mengenai regulasi pendakian sampai dengan pengecekan barang yang berpotensi menjadi sampah, dalam pendakian Kilimanjaro terdapat salah satu aturan mengenai larangan membawa minuman dengan botol plastic yang dijual di pasaran(air kemasan), hanya diperbolehkan menggunakan botol minum yang dapat diisi ulang, pengecekannya pun sangat ketat, bandingkan dengan negara kita yang mana hampir sebagian besar kita lihat di beberapa gunung sampah terbanyak dihasilkan dari botol air minum kemasan. Pengaturan tata bangunan juga dikelola dengan baik dan teridentifikasi dengan jelas, bangunan kantor pengelola dipenuhi para calon pendaki yang antri dengan tertib. Fasilitas umum tertata rapi dan bersih, papan pengumuman pendakian, larangan, imbauan serta peraturan pendakian terjajar apik di papan kayu dengan ukiran tulisan yang mudah dibaca. Pukul 14:30 kami pun memulai pendakian hari pertama, dari Machame Gate dengan ketinggian 1700 mdpl menuju Machame Camp dengan ketinggian 3100 mdpl. Total jarak pendakian yang akan ditempuh hari ini adalah 8 km selama sekitar 4-6 jam perjalanan. Kita akan melalui kawasan hutan hujan tropis dengan melewati jalan berbatu dan kerikil halus, kemudian trek akan menyempit saat memasuki pintu hutan, kita terus menyusuri punggungan dengan tingkat kecuraman yang tidak terlalu tinggi.
Memasuki hutan menuju Camp 1 Machame Camp
Camp 1 Machame Camp

Memasuki hari kedua pendakian, kita akan keluar dari zona hutan huan tropis yang tertutup dan memasuki area hutan terbuka kawasan “moorland” dengan pemandangan Puncak Shira. Pendakian menuju Shira Camp melewati bentang alam berupa tumbuhan tumbuhan dataran tinggi, dengan ciri tumbuhan yang tidak begitu tinggi seperti tumbuhan cantigi. Tumpukan bebatuan besarpun menghiasi perjanan di pendakian kedua ini menuju Shira Camp. Perjalanan hari ini akan ditempuh dengan jarak 10 km selama 5-6 jam perjalanan. Shira Camp berada pada ketinggian 3800 mdpl. Kami berangkat dari Machame Camp pukul 08:30 dan tiba di Shira Camp pukul 14:45. Setibanya di Shira Camp, kami segera masuk ke tenda makan untuk melakukan santap makan siang. Sore harinya kami melakukan aklimatisasi dengan berjalan keliling area Shira Cave dengan menambah ketinggian 200 mdpl, hal ini penting untuk kita lakukan agar esok hari tubuh kita lebih siap dengan kondisi ketinggian karena akan memasuki zona high altitude (>4000 mdpl). Setelah selesai aklimatisasi begitu tiba kembali di Shira Camp, kami disambut oleh para guide lokal dan porter yang semuanya berjumlah 37 orang yang sudah berkumpul bersama membentuk lingkaran besar, kami segera diajak bergabung bersama mereka, tak disangka mereka kemudian mengajak kami untuk bernyanyi dan menari bersama, kami semua pun mengikuti nyanyian dan tarian yang mereka bawakan, sungguh terhibur sekali kami mendapatkan sambutan yang luar biasa ini. Memang, saat mendaki Kilimanjaro, para guide dan porter biasa memberikan selebrasi dan tarian khas Kilimanjaro yang digunakan untuk salam penyembutan, perkenalan dan hadiah saat setelah mencapai Puncak Kilimanjaro. Setelah selesai bernyanyi dan menari, kami semua saling berkenalan satu sama lain dan berfoto bersama.
Siap berangkat menuju Shira Camp

Moorland 

salah satu titik terjal menuju Shira Camp

Memasuki Shira Cave


Ice Breaking Big Group " Hakuna matata"

Camp 2 Shira Camp

Di hari ketiga tantangan semakin berat, hari ini kami akan bergerak dari Shira Camp di ketinggian 3800 mdpl sampai ke Lava Tower dengan ketinggian 4600 mdpl, kemudian akan turun kembali ke ketinggian 3900 mdpl di Baranco Camp. Hal ini kami lakukan sebagai bagian dari proses aklimatisasi agar tubuh dapat menyesuaikan dengan kondisi ketinggian, sebagaimana prinsip yang ada “Climb High, Sleep Low”, kita naik ke ketempat yang lebih tinggi kemudian bermalam dan tidur di tempat yang lebih rendah. Hari ini kami mulai memasuki medan berpasir, kerikil dan akan melewati celah-celah diantara batu-batu besar. Terik matahari begitu terasa siang hari ini, panas menyengat tubuh kita, namun sesekali cuaca bisa berubah menjadi berkabut dan angin yang berhembus kencang, kita harus tetap berhati-hati berjalan menjaga kondisi tubuh agar tetap fit, belum lagi gejala-gejala penyakit ketinggian yang mulai terasa seperti pusing dan mual-mual. Kami berjalan dengan ritme yang stabil dan pelan sebagai proses aklimatisasi dengan ketinggian. Sepanjang perjalanan hari ini kami mulai melihat Kubah Masif Kilimanjaro, dengan pucuk putihnya yang nampak bercahaya, rasa lelah pun tergantikan dengan melihat pemandangan indah ini dan Puncak Kilimanjaro semakin dekat. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 6 jam perjalanan yang cukup melelahkan, kami akhirnya tiba di Lava Tower untuk istirahat makan siang memulihkan kondisi sebelum melanjutkan perjalanan menuju Baranco Camp. Perjalanan menuju Baranco Camp tidak terlalu berat, kami hanya jalan menurun menuju lembah,namun harus tetap fokus dan berhati-hati, karena jalur yang curam dan banyak bebatuan lepas. Sore hari kabut dan hujan rintik-rintik turun menemani perjalanan kita, jalur pendakian menjadi licin, kami terus berpacu agar sebelum gelap bisa tiba di Camp. Akhirnya pukul 18:30 seluruh anggota tim telah tiba di Baranco Camp bersamaan dengan akan terbenamnya matahari.                                                                                                                   
Menuju Lava Tower

                                                                      
Lava Tower 4600m, titik tertinggi aklimatisasi
                
            Pendakian hari keempat kami melewati jalur yang cukup berat namun tidak panjang seperti hari sebelumnya. Hari ini kami melewati Baranco Wall, sebuah tebing yang gagah berdiri di sudut lembah Baranco, untuk melewati jalur ini tidak memerlukan pengaman tali, hanya kita perlu berhati-hati melewatinya dan beberapa titik akan melakukan scrambling (teknik pendakian dimana kita tidak hanya menggunakan kaki untuk menambah ketinggian, tetapi juga akan menggunakan pegangan-pegangan tangan dengan batu atau batang-batang pohon untuk keseimbangan. Setelah sampai di puncak Baranco Wall kita akan naik turun 3 bukit dan lembah lagi untuk tiba di Karanga Valley dengan ketinggian 4050. Perjalanan hari ini kami tempuh selama 5 jam. Sore hari kami sudah tiba di Camp, kami isi aktivitas dengan berjalan-jalan di sekitar camp untuk aklimatisasi.
Menuju Baranco wall

Scrambling melewati Baranco Wall

            Memasuki hari kelima pendakian, kami menuju Camp terakhir sebelum menuju puncak, Barafu Camp 4673 mdpl. Jalur pendakian tidak terlalu panjang, namun terus menanjak, diperlukan kesabaran melewati jalur ini dalam perjalanan yang ditempuh selama 5 jam. Sore hari di Barafu Camp, jadwal kami semula adalah melakukan aklimatisasi menambah ketinggian sampai 200 mdpl, namun sore itu cuaca berkabut dan turun hujan es, sehingga demi menjaga kondisi agar tetap sehat kami memutuskan untuk beristirahat dan bercengkerama di tenda makan dan tidak jadi melakukan aklimatisasi dengan naik ke tempat yang lebih tinggi. Pukul 20:00 kami sudah beristirahat tidur untuk persiapan karena dinihari nanti akan mulai perjalanan menuju puncak.
view point menuju Barafu
Porter melewati Lintasan Karanga Valley-Barafu


Melakukan registrasi wajib dilakukan setibanya di setiap Camp

Barafu Camp  4673 , Camp terakhir sebelum ke puncak



Summit Attack !!!
Menuju Puncak

            Hari yang ditunggu-tunggu tiba, pukul 23:00 kami sudah bangun untuk mempersiapkan diri berjalan menuju puncak Kilimanjaro. Kami segera berganti pakaian yang akan digunakan untuk summit attack, setelah siap kami berkumpul di tenda makan, untuk menyantap makanan dan minuman hangat terlebih dahulu. Cuaca malam ini begitu cerah, bintang-bintang berhamburan di langit dengan gemerlap cahayanya, kami awali perjalanan menuju puncak dengan berdoa kepada Yang Maha Kuasa semoga perjalanan berjalan dengan lancar dan aman. Pukul 00:20 kami mulai bergerak dari Barafu Camp, Paulo Joshua, guide lokal kami memimpin di depan, semua berjalan bersama beriringin menjadi satu rombongan. Di tengah dingin yang menusuk sampai ke tulang dan angina yang berhembus kencang kami terus melangkah perlahan menuju puncak, setiap satu jam sekali kami beristirahat untuk mengatur nafas, minum dan makan beberapa snack untuk menambah kalori. Semakin menjelang pagi hari angin berhembus semakin kencang, sedikit saja berhenti, dinginnya begitu terasa, seakan menghadang perjalanan kami dan dalam perjalanan menuju puncak ini, dua orang anggota terhenti di ketinggian 5200 mdpl dan 5600 mdpl dikarenakan stamina dan kesehatan yang menurun, demi alasan keselamatan 2 orang tersebut diputuskan untuk turun kembali ke Barafu Camp. Kemudian, anggota tim yang lain terus melanjutkan perjalanan,kami berjalan pelan-pelan dengan penuh kesabaran, setelah berjuang melawan dingin dan angin, cahaya kehangatan yang kami tunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Dari kejauhan kami mulai melihat matahari terbit muncul dengan indahnya dibalik Puncak Hans Meyer (5149 mdpl), puncak tertinggi Gunung Mawenzi, kesempatan ini kami gunakan untuk berisitirahat sejenak sambil mengabadikan moment indah ini. 
Sunrise point Puncak Hans Meyer
Stella Point
Summit ridge


       Selepas beristirahat sejenak, kami melanjutkan perjalanan kembali berjalan terus semakin curam dengan jalur yang berpasir seperti kita mendaki gunung Semeru atau Rinjani, sampai akhirnya tiba di bibir kawah Kibo, Stella Point dengan ketinggian 5756 mdpl.  Disini puncak uhuru telah nampak terlihat di ujung bibir kawah, kita hanya tinggal perlu berjalan menyusuri punggungan yang tidak terlalu curam namun cukup panjang, yang diperlukan waktu sekitar satu jam dari Stella Point menuju Uhuru Peak. Ditengah terik matahari yang semakin menyengat, udara semakin tipis dan angin yang berhembus kencang, kami terus berjalan tanpa pernah menyerah, walaupun rasanya tenaga ini seperti mau habis, sampai kemudian Uhuru Peak tampak sudah semakin dekat di depan mata kami, rasanya seperti ada tenaga tambahan untuk segera menapaki titik tertingginya, akhirnya tepat pada pukul 10:25 kami tiba di titik tertinggi benua Afrika, Uhuru Peak 5895 mdpl, rasa senang dan haru menyelimuti kami semua, kami saling berpelukan, bersalaman dan kemudian dengan senyum penuh kegembiraan kami berfoto bersama. Seperti sebutannya Uhuru Peak yang berarti Puncak Kebebasan, kami benar-benar merasakan suasana “kebebasan” saat berada di titik tertinggi benua Afrika, pemandangan indah bisa kita saksikan disini, hamparan glacier yang menyelimuti area sekitar puncak dan kawah Kibo tampak berkilauan cahaya-cahaya putih, hilang sudah rasa lelah yang kami alami sepanjang pendakian. 
Puncak Uhuru

        Sekitar 20 menit kami seleberasi di puncak , kami melanjutkan perjalanan turun kembali ke Barafu Camp. Walaupun dalam perjalanan turun, bukan berarti tantangan telah selesai, karena perjalanan turun juga menguras energy yang besar dan diperlukan kehati-hatian, fokus, menuruni jalur-jalur berbatu dan berpasir. Siang hari kami baru melihat bahwa jalur yang kami lalui dinihari tadi begitu curam dan jauh, tak terbayang rasanya kami telah melewatinya dinihari tadi. Dalam suasana yang sudah dalam kondisi kelelahan ini,beberapa anggota kami sudah mulai terkena halusinasi-halusinasi, rasanya tak sabar ingin segera beristirahat, melepas lelah di tenda dan segera menikmati hidangan yang nikmat. Disinilah diperlukan untuk kita tetap fokus dan saling menjaga satu sama lain sepanjang perjalanan turun. Menjelang sore hari kami sudah tiba kembali di Barafu Camp, segera saja kami beristirahat dan menyantap makan siang, untuk memulihkan kondisi setelah menempuh perjalanan panjang sekitar 15 jam naik turun dari Barafu menuju Uhuru Peak sampai turun kembali ke Barafu. Di Barafu kami beristirahat sekitar 2 jam untuk kemudian melanjutkan perjalanan turun lebih rendah lagi menuju Millenia Camp di jalur Mweka. Jalur Mweka adalah jalur yang digunakan khusus untuk turun, hanya diperlukan 2 hari untuk kita tiba di desa kembali. Perjalanan dari Barafu Camp menuju Milenia Camp diperlukan waktu 3 jam, sehingga di hari ini kami harus melalui perjalanan di malam hari, walaupun dalam kondisi yang belum terlalu fit setelah dari puncak namun sesuai perencanaan yang ada memang pilihan lebih baik adalah segera turun, agar nanti kita dapat istirahat yang maksimal di Millenia dan esok harinya perjalanan kita menuju Mweka Gate lebih singkat dan lebih nyaman. Pukul 22:00 semua anggota tim telah tiba di Millenia Camp, di tengah kelelahan yang kami alami, tiba-tiba setelah semua sampai di Millenia, kami mendapatkan kejutan sebuah kue tart sebagai ucapan selamat karena kami telah berhasil mencapai puncak Kilimanjaro. Kami pun segera menyantap makan malam dan kue tart tersebut. Kemudian setelah makan malam kami bersih-bersih dan bersiap untuk tidur, malam ini kami bisa tidur dengan nyenyak diliputi penuh rasa kegembiraan setelah melewati hari-hari yang melelahkan.
Millenia Camp


            Hari terakhir pendakian, Perjalanan turun dari Millenia Camp menuju Mweka Gate akan melewati jalur hutan hujan tropis, dengan waktu tempuh perjalanan dselama 5 jam.  Kami bangun dengan begitu antusias, suasana kegembiraan meliputi kami, kerinduaan akan suasana kota dan menghubungi orang-orang tercinta di tanah air begitu tinggi untuk dapat berbagi cerita bahagia ini. Kami sempatkan pagi hari ini untuk berfoto-foto, bercengkerama, saling menceritakan kembali kisah-kisah pendakian kemarin yang kadang membuat kami tertawa geli mengingat kejadian-kejadian penuh perjuangan menapaki puncak tertinggi benua Afrika ini. 
(RM,Kilimanjaro 28 Feb - 9 Maret 2016)
Exit Point Mweka Gate