Kamis, 29 Oktober 2015

Menapaki Jejak 2 Abad Letusan Tambora

The Great Crater Tambora
Gunung Tambora adalah salah satu gunung di Indonesia yang memiliki daya tarik yang luar biasa. Selain karena pesona keindahan alamnya , gunung ini juga memiliki nilai historis yang luar biasa, dimana letusannya yang terjadi 2 abad silam, adalah yang terbesar dalam sejarah manusia.

Kilas Balik Sejarah Letusan Tambora


Gunung Tambora adalah sebuah stratovolcano aktif yang terletak di Pulau Sumbawa, Indonesia. Gunung ini terletak di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Dompu (sebagian kaki sisi selatan sampai barat laut) dan Kabupaten Bima (bagian lereng sisi selatan hingga barat laut, dan kaki hingga puncak sisi timur hingga utara), Provinsi Nusa Tenggara Barat. Gunung Tambora mendapat julukan The Great Crater, yang konon merupakan gunung dengan kaldera terbesar di dunia. Gunung ini merupakan gunung aktif strato Tipe A dengan ketinggian 2851 mdpl dan memiliki kaldera dengan garis tengah 7000 meter, bagian bawah cekungan kaldera 3500 x 4500 meter, kedalaman 900 meter, kaldera memiliki danau membentang dari selatan ke utara selebar 800 meter dan timur ke barat selebar 200 meter dengan kedalaman danau 20 meter terletak pada ketinggian 1300 mdpl. Dalam bahasa Bima, Tambora berarti mengajak menghilang. Gunung Tambora meletus pada tanggal 10 April 1815, letusan ini merupakan letusan terbesar yang terjadi dalam sejarah dunia dan mengakibatkan banyak hal baik secara langsung maupun tidak langsung. Letusan gunung diukur dengan Volcano Explosivity Index (VEI). Dalam skala 1-8, Tambora memiliki VEI 7. Di dunia ini hanya ada 4 gunung dalam 10.000 tahun terakhir yang memiliki VEI yang sangat tinggi, yaitu Krakatau, Pinatubo, Vesuvius dan Sint Helena. Tambora merupakan satu-satunya gunung yang tercatat dalam sejarah memiliki VEI 7, itu artinya sangat merusak. Beberapa akibat yang terjadi adalah sebagai berikut :
1.      Menyusutnya ketinggian Gunung Tambora dari 4300 mdpl menjadi 2851 mdpl
2.      Korban jiwa meninggal sekitar 92.000 jiwa, hilangnya 3 kerajaan, yaitu Kerajaan Tambora, Kerajaan Pekar dan Kerajaan Sanggar
3.      Saking tebalnya abu-abu yang berterbangan di langit, sepanjang daerah dengan radius 600 km dari gunung tersebut terlihat gelap gulita selama dua hari. Dikarenakan sinar matahari tak mampu menembus tebalnya abu-abu tadi.
4.      Abu dan debu Tambora melayang dan menyebar mengelilingi dunia, menyobek lapisan tipis ozon, menetap di lapisan troposfer selama beberapa tahun kemudian turun melalui angin dan hujan ke Bumi. Hujan tanpa henti selama delapan minggu memicu epidemi tifus yang menewaskan 65.000 orang di Inggris.
5.       Satu tahun berikutnya (1816), sering disebut sebagai tahun tanpa musim panas karena perubahan drastis dari cuaca Amerika Utara dan Eropa karena debu yang dihasilkan dari letusan Tambora ini.
6.      Terjadi gagal panen di China, Eropa, dan Irlandia. Bahkan terjadi tragedi kelaparan di Perancis yang menyulut kerusuhan di negeri itu. 
7.      Kekalahan Napoleon Bonaparte di Waterloo Belgia 18 Juni 1815 adalah akibat dampak debu letusan Tambora



Jalan panjang menuju Desa Pancasila, kaki Gunung Tambora
Menikmati suasana lautan lepas di Kapal Ferry

Selamat datang di Pelabuhan Pototano

Senja di Pelabuhan Pototano

(salah satu yang menarik dari perjalanan ke Tambora adalah bagaimana akses perjalanan kita hingga mencapai titik awal pendakian)
Untuk mencapai Gunung Tambora kita dapat mencapainya dari dua kota Mataram, Lombok ataupun langsung dari Bima, Sumbawa. Rute pertama yang harus kita lalui, yaitu menuju Lombok dengan menggunakan pesawat, sebenarnya untuk menuju Tambora alternatif lain adalah menggunakan pesawat langsung ke Bima, tetapi agak sulit dikarenakan masih terbatasnya maskapai yang langsung menuju Bima, pilihan lain apabila kita tidak ingin menggunakan pesawat adalah dengan jalan darat ke Banyuwangi-Bali-Lombok-Sumbawa, dengan konsekuensi waktu tempuh menjadi lebih lama dan sangat melelahkan. Dari Lombok untuk menuju Sumbawa kita dapat menggunakan transportasi umum melalui terminal kota Mataram, menggunakan bus dengan rute Mataram-Calabai (Pancasila), bus rute ini terbatas dan hanya satu kali perjalanan dari Mataram dengan jadwal keberangkatan pada pukul 10:00 WITA. Alternatif lainnya kita dapat menyewa mobil, dengan menggunakan sistem ini akan terasa lebih efisien secara waktu dan tenaga dalam perjalanan kita, dibandingkan kita menggunakan transportasi umum. Dari kota Mataram perjalanan dilanjutkan menuju Pelabuhan Kayangan Lombok selama kurang lebih 3 jam perjalanan, disini kita akan melanjutkan kembali perjalanan dengan menggunakan kapal feri menuju Pelabuhan Pototano. Perjalanan menyeberangi lautan ini ditempuh selama 1,5 jam. Pemandangan lautan yang sangat indah, bersih menjadi teman kita selama perjalanan.
Setelah tiba di Pelabuhan Pototano perjalanan akan dilanjutkan dengan menempuh jalan darat menuju desa Pancasila, perjalanan ini akan sangat panjang sekitar 8 jam.  Di tengah perjalanan kita bisa singgah di Pantai Goa, untuk menikmati makanan khas laut Sumbawa. Suasana menuju ke desa Pancasila sangat menakjubkan karena kita akan melewati sisi kanan kiri yang terdapat padang savanna, yang mirip dengan  suasana di hutan Afrika, kemudian jauh terlihat garis pantai warna biru, kontras dengan bukit savana, gersang namun eksotis. Kalau di Afrika kita akan menjumpai zebra, disini kita akan menjumpai kuda, monyet, kerbau dan sapi. Sesampainya di desa Pancasila, kita dapat menuju ke sekretariat K-PATA (Kelompok Pecinta Alam Tambora) / Tambora Trekking Center, disini kita dapat mengurus proses perizinan mendaki Gunung Tambora dan tersedia homestay-homestay yang disewakan untuk para pengunjung. Perjalanan ini sangat panjang dan melelahkan dengan menggunakan 3 jenis transportasi berbeda yakni darat, laut, dan udara , hingga akhirnya tiba di kaki gunung Tambora. Total waktu tempuh Mataram - Pelabuhan Kayangan - Pelabuhan Pototano – Dompu - Pancasila sekitar 15 jam. Alternatif lain adalah kita langsung menggunakan pesawat menuju Bima, kemudian lanjut menggunakan bus Bima-Pancasila sekitar 6 jam perjalanan.
 
Melintasi jalan trans Sumbawa, sisi kanan pegunungan sisi kiri lautan

Jalan berliku, panjang melintasi trans Sumbawa

Savana

Pemandangan savana dan lautan lepas di sisi kiri jalan


Mendaki Tambora rute Pancasila (Trekking)
Sekretariat K-PATA Desa Pancasila

Homestay di desa Pancasila

Suasana desa Pancasila

Untuk mendaki Gunung Tambora terdapat 3 rute yang bisa digunakan yaitu rute Pancasila, Doroncanga dan Doropeti. Rute yang paling umum digunakan adalah rute desa Pancasila dengan waktu tempuh normal pendakian 3 hari 2 malam. Desa Pancasila merupakan sebuah dusun terpencil di kaki Gunung Tambora terletak pada ketinggian 470 m. Berdasarkan informasi yang di dapat dari Mas Saiful selaku ketua K-PATA dan cerita masyarakat, nama desa Pancasila ini diberikan oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat pada periode akhir 1980 saat peresmian perkebunan di desa ini, alasannya adalah karena di desa ini terdiri dari berbagai suku bangsa, untuk itu agar selalu menjaga kerukunan satu sama lain, diberikan nama desa Pancasila agar masyarakatnya selalu menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila.
Selamat datang di Gunung Tambora, desa Pancasila


Pintu Rimba
Ojek dari desa Pancasila menuju pintu rimba
Dari basecamp K-PATA desa Pancasila kita mulai melakukan pendakian ke Gunung Tambora. Dari basecamp kita akan menggunakan ojek menuju pintu hutan yang ditempuh sekitar 30 menit, kalau mau jalan kaki perjalanan dapat ditempuh sekitar 1,5 jam. Dari pintu hutan kita menuju Pos 1 dengan melewati trek yang landai sesekali menanjak, sepanjang perjalanan kita akan menemui vegetasi tumbuhan merambat dan semak belukar, di dekat Pos 1 ke sebelah kiri jalan sekitar 20 meter kita akan menemui sumber air dari aliran pipa bocor. Selepas Pos 1 akan memasuki hutan yang cukup lebat dan terus menuju Pos 2 dengan berjalan normal dalam waktu 4 jam. Jalan mulai menanjak sepanjang lereng yang berada di punggung bukit-bukit sampai jalur menuju Pos 2. Dekat dengan Pos 2 ada sungai kecil yang mengalir yang dapat digunakan sebagai sumber air.
Trekking menuju Pos 1

Bersantai di Pos 1

Sumber air di dekat Pos 1

Trekking menuju Pos 2

Suasana Pos 2

Perjalanan berikutnya ke Pos 3 melewati medan naik dan turun dalam hutan terbuka , alang-alang dan semak belukar. Jalan yang terbuka dan di tengah perjalanan sebelum mencapai pos 3 , kita dapat melihat area bibir kawah Gunung Tambora di kejauhan . Setelah 2 jam berjalan kita tiba di Pos 3 yang merupakan tempat yang sangat indah dan di dekat tempat ini ada sumber air. Perjalanan berikutnya kita harus lebih berhati-hati karena selain jalan naik kita banyak melewati akar tanaman, tumbuhan semak berduri (jelatang) di sepanjang jalur pos 3 sampai pos 5, apabila kita terkena tumbuhan jelatang ini akan sangat terasa panas, gatal dan perih, namun sebaiknya tidak digaruk karena dapat menyebabkan iritasi, lebih baik kita oleskan dengan tanah kemudian diamkan terlebih dahulu dan apabila sudah di basecamp dapat kita olesi minyak oles. Kita melewati pos 4 dalam waktu 1 jam dari pos 3 , pendakian terus lanjut sampai pos 5 sekitar 1 jam. Pos 5 adalah batas hutan tertutup dengan hutan terbuka. Disini kita akan memaksimalkan isirahat, karena dini harinya akan melanjutkan pendakian menuju Puncak Tambora. Pendakian ke puncak Tambora kita lanjutkan dengan medan yang sangat terbuka dan mulai mendaki di pasir mengeras, sekitar 3 jam kita menyusuri bibir kawah  kita akan mencapai puncak Tambora 2.851 mdpl. Di puncak Gunung Tambora kita bisa menikmati pemandangan dan mengambil gambar kawah Gunung Tambora yang terkenal di seluruh dunia karena letusan Gunung Tambora membentuk kawah yang sangat luas dengan keliling 30 km , diameter 7 km dan kedalaman 1,2 km sehingga dijuluki “The Great Crater”.
 
Melintasi sungai dari Pos 2 menuju Pos 3

Suasana Pos 3

Tumbuhan Jelatang

Trekking dari Pos 3 menuju Pos 4 , kanan kiri banyak jelatang

Suasana Pos 4

Suasana Pos 5

Melintasi bibir kawah menuju Puncak Tambora

Puncak Tambora 2851 mdpl

Kawah Tambora


Sensasi Off Road & Trekking di jalur pendakian Doroncanga
Sensasi offroad

Makan siang di tengah savana dengan pemandangan yang indah

Lintasan offroad

Start pendakian jalur Doroncanga


Area Camp di Pos 3

Sunset di Pos 3

Gunung Tambora memiliki banyak keistimewaan, salah satunya adalah kita dapat merasakan sensasi petualangan yang seru perpaduan off road dan trekking dengan melalui rute pendakian Doroncanga. Rute Doroncanga menjadi alternative pilihan rute yang menarik untuk menikmati Gunung Tambora dengan waktu pendakian yang lebih singkat namun tidak mengurangi sensasi petualangan yang akan kita lalui. Pendakian melalui rute ini akan diawali di padang savanna Desa Doroncanga dengan menggunakan kendaraan 4WD/Jeep atau sejenisnya dan bila kita mau rute ini juga dapat dilewati dengan menggunakan moto trail. Kita akan menggunakan kendaraan dari titik start pendakian Desa Doroncanga sampai dengan Pos III yang akan ditempuh sekitar 4 jam. Sepanjang perjalanan kita akan disuguhi pemandangan alam yang sangat indah, yang akan didominasi padang savanna dan batuan-batuan kerikil sisa letusan Tambora, tampak jauh kita akan dapat melihat lautan lepas yang indah. Setibanya di Pos III, kita akan disuguhi pemandangan yang tak kalah indah, kita dapat melihat jajaran bukit-bukit savanna menuju Puncak Tambora dan pada sore hari kita dapat menikmati suasana sunrise yang indah dan menawan. Biasanya kita bermalam disini satu malam dan diniharinya akan melakukan perjalanan menuju Puncak Tambora. Pendakian menuju puncak ditempuh selama 3 jam, untuk itu sebaiknya melakukan start dinihari sekitar pukul 02:00 WITA, sehingga kita dapat tiba di bibir kawah dan puncak saat matahari mulai terbit. Puncak Tambora dari rute Doroncanga berbeda dengan puncak yang tertinggi yang diakses dari jalur Pancasila, namun suasana yang kita dapatkan di sekitar bibir kawah dan puncak tidak kalah indah dibanding suasana dari puncak tertingginya dan dari puncak kita akan disuguhi pemandangan “the great crater” yang menakjubkan.
(Berdasarkan catatan perjalanan saya ke Gunung Tambora rute Pancasila pada Juli 2013, rute Doroncanga pada April 2015, hasil wawancara dengan Mas Saiful Koordinator K-PATA dan data informasi yang ada di Tambora Trekking Center/RM)
 
Suasana Pos 3

Pemandangan dari Pos 3 menuju Puncak

yuhuuuuu

Puncak Tambora dari jalur Doroncanga

Dinding kawah Tambora



Panorama kawah Tambora

Kawah Tambora



Tidak ada komentar:

Posting Komentar