|
Hutan Gunung Bukit Raya |
Gunung Bukit Raya
dengan ketinggian 2278 mdpl merupakan gunung yang tertinggi di Pulau Kalimantan
yang termasuk salah satu bagian dari 7 puncak gunung tertinggi di 7
pulau/kepulauan besar di Indonesia (The Seven
Summits Of Indonesia). Gunung ini termasuk bagian dari kawasan Taman
Nasional Bukit Baka Bukit Raya yang wilayahnya meliputi Kalimantan Barat dan
Kalimantan Tengah. Kawasan ini didominasi oleh puncak-puncak pegunungan
Schwaner, dimana keberadaaan pegunungan tersebut merupakan perwakilan dari tipe
ekosistem hutan hujan tropika pegunungan dengan kelembaban relatif tinggi.
Gunung Bukit Raya terkenal memiliki daya tarik yang luar biasa dengan kawasan
hutan hujan tropisnya yang masih alami dan asri, karena itu gunung ini dikenal
juga sebagai jantungnya pulau Kalimantan atau “Heart Of Borneo”. Mendaki di Gunung Bukit Raya kita akan disuguhi
pemandangan alam hutan tropis yang luar biasa, alami belum banyak terjamah oleh
manusia,disini mulai dari kawasan hutan dataran rendah dan hutan pegunungan
dataran tinggi lengkap tersajikan dalam pendakian Bukit Raya. Dalam pendakian
Bukit Raya kita juga akan melewati beberapa sungai-sungai besar di Kalimantan
yang akan membuat suasana menjadi semakin menarik dan menimbulkan kesegaran
selama melakukan pendakian. Di Kawasan sekitar puncak Bukit Raya kita akan
menemui banyak vegetasi jenis lumut yang beraneka ragam bentuk menarik, karena
itu gunung ini dikenal juga dengan istilah The
Hobbits yang ada di Kalimantan, selain itu terdapat juga jenis kantong
semar yang berukuran besar-besar, yang merupakan jenis tumbuhan yang juga dapat
berfungsi menampung air. Selain menarik dari sisi petualangan alamnya kawasan
Bukit Raya juga memiliki daya tarik untuk mengamati budaya adat istiadat masyarakat
Dayak. Bagi masyarakat Dayak Gunung Bukit Raya merupakan tempat yang dianggap
suci, dimana tempat ini merupakan tempat diturunkannya leluhur mereka ke dunia.
Dari Gunung Bukit Raya ini mengalir sungai-sungai besar ke kota-kota di
Kalimantan, yang menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat. Hal ini seperti yang
dikatakan oleh salah seorang budayawan dari Kalimantan Tengah saat kami singgah
di desa Tumbang Manggu sebelum menlanjutkan perjalanan ke desa Tumbang Habangoi
(desa terakhir sebelum pendakian), Bapak Syaer Sua, beliau mengatakan “Bukit Raya adalah tempat yang sacral
atau suci bagi Suku Dayak, di puncak gunungnya dipercaya sebagai tempat
turunnya nenek moyang, gunung bukit raya menurut kepercayaan Dayak Danum
Kaharingan disebut Belom Panuntung Atei, artinya mata air yang mengalir memberi
kehidupan itu tersebar di seluruh daratan Kalimantan. Oleh karena itu, Bapak
Syaer Sua berpesan kepada seluruh peserta pendakian agar mentaati aturan selama
pendakian, tidak berkata-kata sembarangan dan berperilaku yang melanggar
norma-norma kehidupan supaya nantinya tidak terjadi apa-apa dan selamat selama perjalanan
hingga turun selesai kegiatan. Gunung Bukit Raya memiliki 2 jalur
pendakian yaitu jalur utama yang sering digunakan jalur Rantau Malam yang diakses
dari Pontianak Kalimantan Barat serta jalur yang baru dirintis dan populer sejak tahun 2014, yaitu jalur Tumbang
Habangoi yang diakses dari Palangkaraya Kalimantan Tengah. Jalur Tumbang
Habangoi memiliki waktu tempuh yang lebih singkat ,namun kondisi jalur lebih
terjal tetapi kita akan disuguhi pemandangan alam yang indah dan petualangan
yang lebih menantang. Mendaki gunung bukit raya via jalur tumbang habangoi,
kita dapat melintasi satu puncak gunung lagi sebelum puncak bukit raya, yaitu
puncak kait bulan, kedua puncak ini diibaratkan layaknya Raja dan Ratu, untuk
mencapai kedua puncak ini tentunya dengan jalur yang lebih panjang dan sulit
tetapi akan sebanding dengan suasana petualangan dan pemandangan alam yang kita
dapatkan, Kita akan melintasi sungai-sungai besar, menyusuri punggungan, naik
turun bukit, menuruni tebing, selama pendakian jika cuaca cerah kita akan
disuguhi pemandangan alam hutan Kalimantan yang luar biasa dan bisa menikmati
sunrise dan sunset saat di puncak bukit. Masyarakat sekitar menganggap dua puncak
gunung tersebut merupakan pasangan seperti layaknya raja dan ratu, puncak bukit
raya sebagai rajanya dan puncak kait bulan sebagai ratunya. Untuk pendakian
melintasi bukit raya dan kait bulan, diperlukan 8 hari waktu pendakian selama
di hutan.
Untuk mendaki gunung
bukit raya via jalur tumbang habangoi, kita dapat mengaksesnya melalui kota
Palangkaraya, dari sini kita bisa menggunakan mobil-mobil travel yang akan
mengantarkan kita menuju desa Tumbang Habangoi dengan waktu tempuh perjalanan
sekitar 8 jam. Perjalanan dari Palangkaraya ,kita akan melewati jalan kabupaten
sampai dengan bertemu sungai di desa Tumbang Manggu, dari situ kemudian jalur
akan melewati jalan perusahaan yang masih berupa jalan tanah merah berpasir
menuju desa terakhir Tumbang Habangoi. Apabila ingin mengamati kebudayaan
masyarakat dayak, kita dapat singgah dulu di desa Tumbang Manggu, disini
terdapat Rumah Betang, yang merupakan rumah khas masyarakat Dayak, rumah ini
miliki Bapak Syaer Sua (Budayawan), beliau menjadikan rumah ini sebagai pusat
kegiatan kebudayaan dan kesenian masyarakat dayak. Kita dapat melakukan
observasi tentang budaya lokal disini dan juga menikmati hiburan keseniannya.
Setelah dari desa Tumbang Manggu perjalanan sekitar 3 jam lagi untuk tiba di
desa terakhir Tumbang Habangoi. Di desa Tumbang Habangoi, sebaiknya kita
menginap 1 malam untuk persiapan terakhir sebelum pendakian. Salah satu
persiapan yang harus kita lakukan untuk melakukan pendakian bukit raya adalah
melakukan upacara adat. Masyarakat di desa Tumbang habangoi mayoritas menganut
agama kepercayaan Hindu Kaharingan, untuk itu disini masih kental dengan
pelaksanaan ritual-ritual adat. Untuk pelaksanaan ritual adat kita akan dibantu
oleh seorang Pisur (Rohaniawan) yang akan memandu jalannya ritual adat,
biasanya upacara dilakukan di desa dan beberapa titik pendakian , untuk itu
saat pendakian nanti akan didampingi oleh pisur untuk memandu pendakian dibantu
dengan porter dari masyarakat Tumbang Habangoi. Dari Desa Tumbang Habangoi untuk
menuju titik awal pendakian, kita masih harus menggunakan kendaran mobil
sekitar 1 jam perjalanan sampai di batas akhir kendaraan bisa melewati
jalannya.
|
Upacara penyambutan potong pantan |
|
potong pantan |
|
Rumah Betang Khas Masyarakat Dayak, milik Bapak Syaer Sua (Budayawan) |
Petualangan
dimulai…..Mengelilingi bukit, melintasi sungai-sungai
|
Titik start pendakian atau batas terakhir kendaraan |
|
Kelompok 7 berpose bareng sebelum memulai pendakian |
|
Menyeberangi Sei Trongoi |
Waw luar biasa!!!
itulah kesan pertama ketika turun dari mobil dan siap memulai pendakian. Ya,
setelah melakukan perjalanan darat yang cukup jauh dan melelahkan , akhirnya
petualangan menjelajahi bukit raya pun dimulai. Saat itu saya tergabung dalam
kegiatan “Jelajah Wisata Budaya yang diselenggarakan oleh Kabupaten Katingan
dan Kalteng Pos pada tanggal 8-23 Agustus 2015, yang salah satu kegiatannya
aadalah pendakian Gunung Bukit Raya, saya tergabung dalam kelompok 7 bersama 6
orang lainnya yaitu Dewe dan Bregas dari Jakarta, Hani dan Fitri dari Lampung,
Ongka dan Yana dari Banjarmasin serta Rina dari Palangkaraya. Kami tiba di
sebuah dataran kawasan hutan dataran rendah, pohon-pohon menjulang tinggi ke
atas dan begitu lebatnya. Pendakian pun dimulai, 5 menit diawali dengan
melewati trek mendatar dan tibalah di sungai pertama yang harus diseberangi,
Sei Trongoi sei dalam bahasa suku Dayak berarti sungai. Trek melintasi sungai
Trongoi ini sepanjang 10 meter, dengan titik terdalamnya selutut orang dewasa,
untuk melalui trek ini tidak diperlukan tali pengaman, karena masih relative
aman, hanya tetap perlu berhati-hati, kalau tidak ingin sepatunya basah, kita
dapat melepas sepatu saat melintasi sungai trongoi. Selepas menyeberangi sungai
trongoi, pendakian dilanjutkan kembali menuju pintu rimba, trek yang dilewati
masih di kawasan hutan terbuka. Sekitar 10 menit kita akan tiba di pintu rimba,
dimana akan mulai memasuki hutan tertutup. Trek hutan pertama yang harus
dilewati masih landai mengelilingi sungai, sekitar satu jam baru akan mulai
melewati trek dengan tanjakan yang cukup curam kemudian turun menyeberangi
sungai. Selama rute pintu rimba sampai shelter 1 Dehie, perndakian akan terus
mengelilingi punggungan,memutari tepi sungai, sehinga kita akan beberapa kali
juga menyeberangi sungai. Selama melakukan pendakian di rute ini, cuaca akan
teras sangat panas, karena masih sekitar 300 mdpl, segar rasanya ketika kita
lelah saat mendaki kemudian bertemu sungai, rasanya ingin sekali berendam di
sungai tersebut, ungkap dewe, rekan satu tim saya yang sangat suka sekali
berendam di sungai saat sedang beristirahat. Pendakian dari pintu rimba menuju
shelter 1 Dehie ditempuh selama 5 jam. Shelter Dehie adalah lokasi camp yang
paling enak di Bukit Raya, lokasi ini berada pada ketinggian 400 mdpl,
merupakan lokasi camp di dataran berpasir di tepi sungai/Sei Dahie, bila
bermalam disini , suasananya seperti camping di tepi pantai, di pasir putih
memandang gemericik air sungai yang mengalir.
|
Trek menuju pintu rimba |
|
Pintu Rimba, welcome to the jungle |
|
Menyusuri sungai |
|
Suasana Shelter Dahie |
|
Shelter 1 Dahie 400 mdpl |
|
Menikmati Sei Dahie |
|
Kapal klotok sarana transportasi yang digunakan di sebagian wilayah Kalimantan yang banyak sungai |
Melintasi
jalur misterius, jalur lintas Puncak
Kait Bulan – Puncak Bukit Raya
Selepas Shelter Dahie,
pendakian dilanjutkan menuju Shelter Tosah kemudian air terjun Bitah Samba,
dimana kali ini akan mulai masuk ke punggungan utama. Pagi hari pukul 08:30
kami bernagkat dari shelter Dahie menuju Shelter Tosah akan melewati trek yang
cenderung landai dan masih mengelilingi serta menyeberangi sungai dengan waktu
tempuh 4 jam. Sebelum tiba di shelter Tosah, kami menyeberangi satu sungai
besar dimana terdapat pertigaan pertemuan dua jalur sungai, di jalur ini
diperlukan tali pengaman untuk menyeberangi lintasan sepanjang 10 meter,
setibanya di sisi seberang barulah kita tiba di sebuah shelter yang cukup besar
dan datar yang berada di dataran dimana kanan dan kirinya terdapat aliran
sungai yaitu shelter Tosah, kami pun makan siang disini. Seperti diketahui
bahwa jalur menuju Bukit Raya dari Tumbang Habangoi terdapat dua pilihan, bisa
langsung ke bukit raya atau bisa juga melintas ke puncak kait bulan terlebih
dahulu. Persimpangan jalur tersebut terdapat di punggungan yang terdapat
sekitar 1 jam perjalanan dari shelter Tosah, apabila ingin langsung ke puncak
Bukit Raya, bisa naek lurus terus mengikuti punggungan setelah persimpangan,
namun apabila ingin melintasi puncak Kait Bulan terlebih dahulu, ambilah jalur
belok ke kanan dari persimpangan menuruni lembahan menuju sungai bitah samba.
Dalam event ini, sebagaimana telah disepakati oleh panitia, kami mengambil
jalur melintasi Puncak Kait Bulan terlebih dahulu. Pendakian pada hari kedua
ini berarti akan bermalam di shelter air terjun Bitah Samba. Setelah melewati
persimpangan jalur, kami pun turun menuruni lembahan , jalurnya agak sulit dan
curam, kami turun dengan bantuan tali webbing sebagai pegangan tangan.
Setibanya di lembahan , kami berjalan terus di sisi sungai , menyusuri sungai
sampai tiba di air terjun. Trek di jalur ini cukup berbahaya dan licin, untuk
itu diperlukan konsentrasi yang tinggi dan hati-hati saat berpijak di bebatuan.
Malam hari pukul 18:30 kami pun tiba di shelter Bitah Samba dan segera
mendirikan tempat camp dan masak untuk makan malam. Sebuah dinamika terjadi
mulai hari mengenai misteri jalur lintas kait bulan ke bukit raya, memang sejak
awal kegiatan mulai terdapat issue
mengenai jalur lintas tersebut yang konon katanya tidak bisa dilewati, karena
memang selama ini belum pernah ada orang yang melintasi jalur tersebut,
kalaupun ada cuma ada hanya sampai puncak Kait Bulan, itu pun sudah 20 tahun
yang lalu, ungkap Bapak Pisur, yang saat itu pernah mengikuti orang-orang tua
mencari kayu gaharu sampai ke puncak kait bulan. Karena issue yang berkembang
itulah ditambah dengan kondisi fisik maupun mental ,beberapa peserta bertahan
di shelter tosah , untuk kemudian lanjut langsung ke bukit raya. Saya bersama
teman-teman satu kelompok dengan semangat dan tekad yang kuat memutuskan untuk
terus melintasi rute yang sudah direncanakan, yaitu melintasi Kait Bulan dan
Bukit Raya.
|
Ular jenis Viper yang ditemui di hutan ketinggian 400 mdpl menuju shelter 2 |
|
Shelter Tosah |
|
Menyeberangi sungai menuju Shelter Tosah |
|
Aliran air terjun Bitah Samba |
|
Suasana di Shelter Air Terjun Bitah Samba |
Tantangan demi
tantangan pun mulai semakin berat di hari ketiga pendakian. Ya, selepas shelter
air terjun Bitah Samba, pendakian langsung diawalin dengan trek yang sangat
terjal, dari lembahan menuju puncak punggungan. Namun itu tidak menghalangi
tekad kami untuk terus berjalan. Sekitar 3 jam melewati tanjakan tersebut
tibalah kami di puncak punggungan, disini kami sempatkan waktu untuk istirahat
makan siang. Satu jam kami beristirahat, kami segera bersiap melanjutkan
perjalanan, ya disini pertama kalinya saat beristirahat di tengah pendakian
kami merasakan dingin, karena 2 hari sebelumnya masih berada di bawah
ketinggian 1000 mdpl, untuk itu setelah selesai istirahat kami lanjutkan
perjalanan menuju Shelter 3 Hulu Sei Holom. Saat istirahat kami sempat melihat
peta dan gps untuk memperkirakan jarak yang akan kami tempuh ke shelter 3,
berdasarkan perkiraan rasanya sudah tidak jauh lagi, kami hanya perlu mengikuti
punggungan kemudian turun ke lembahan menuju hulu sungai, diperkirakan 2 jam
lagi kami sampai. Ternyata perkiraan kami meleset, kami masih harus naik turun
punggungan, jalurnya pun lumayan terjal, sehingga perjalanan pun menjadi lebih
lama. Hari semakin sore, kami pun berpacu dengan waktu agar tidak kemalaman
saat tiba di shelter. Sekitar pukul 17:00 kami tiba di ujung bukit, saat itu
terlihat jalan ke kanan menurun menuju lembahan. Ayoo semangat sedikit lagi
kita sampai dan bertemu dengan sungai, teriak saya kepada teman-teman kelompok.
Ya , perjalanan hari ini cukup melelahkan dan persediaan air pun sudah menipis,
sehingga kami harus cepat sampai ke shelter untuk mendapatkan air. Sekitar 30
menit menuruni lembahan , tibalah kami di suatu tempat yang datar, dekat sungai
dan becek sekali, itulah Shelter 3 Hulu Sei Holom, tempat kami bermalam di hari
ketiga. Sesampainya di shelter kami segera mencari lokasi camp, agak susah
menentukan lokasi camp disini karena, lokasi yang datar dan luas terbatas,
selain itu kondisi medannya juga sangat becek, berawa dan banyak batang-batang
pepohonan. Setelah cukup lama mencari,kami akhirnya memutuskan mengambil lokasi
camp di dekat sungai, terlebih dahulu kami menebang beberapa pohon dan
meratakan tanahya untuk digunakan sebagai lokasi camp, di lokasi ini sulit
mendirikan tenda dan kamupun mendirikan shelter dengan menggunakan flysheet.
|
Trek menuju Punggungan Hulu Sei Holom |
|
Santai dulu di puncak punggungan |
|
Pagi hari di Shelter Hulu Sei Holom, semangat pagii !! |
Memasuki hari keempat
pendakian, kami bangun pagi dengan penuh semangat, ya hari ini kami akan
mencapai puncak yang pertama yaitu puncak Kait Bulan. Hari ini dari shelter
Hulu Sei Holom kami akan mendaki satu punggungan saja menuju puncak Kait Bulan,
walaupun satu punggungan namun bukan berarti hari ini akan dilalui dengan
mudah, dari pengamatan di peta dan punggungan yang terlihat tampak sekali
jalurnya begitu terjal selain itu di puncak tidak ada sumber air sehingga dari
shelter Hulu Sei Holom ini kami harus membawa perbekalan air untuk dua hari ke
depan, tetapi itu semua tidak menurunkan semangat kami untuk terus melangkah.
Langkah demi langkah pun kami lalui, meskipun jalurnya sulit tapi hari ini kami
mulai mendapatkan pemandangan yang berbeda. Hari ini kami sudah mendaki di satu
punggungan utama dan pada beberapa titik, saat cuaca cerah kami bisa melihat
pemandangan alam terbuka hutan Bukit Raya , melihat punggungan-punggungan lain
menuju bukit raya serta data melihat burung-burung elang berterbangan di udara,
sungguh menjadi pemandangan yang luar biasa. Sekitar 3 jam berjalan di
punggungan. Kami sudah hampir mendekati puncak Kait Bulan yang semakin dekat
terlihat. Saya semakin bersemangat melangkah untuk segera mencapai puncak,
namun sebuah kericuhan terjadi dalam pendakian ini, sebuah misteri yang selama
ini dipertanyakan, ya terkait jalur lintas Kait Bulan dan Bukit Raya. Saat itu
saya berpapasan dengan beberapa peserta yang sedang turun, dalam hati saya
bingung, padahal puncak sudah dekat sekali tetapi kenapa mereka pada turun
kembali. Kemudian para peserta yang turun tersebut menyampaikan informasi
kepada saya dan juga para peserta pendakian lain yang sedang naik , bahwa
mereka katanya sudah tiba di puncak Kait Bulan dan bertemu dengan tim pembuka
jalur, katanya jalur untuk mencapai puncak bukit raya dari puncak kait bulan,
tidak bisa dilewati, karena terdapat tebing di tengah jalur dan jalurnya
berbahaya. Saat itu ada sekitar 20 orang yang turun kembali, mereka juga
mengajak kami yang sedang naik untuk turun, sebaiknya kalian taruh saja carier
disini, kemudian jalan kepuncak setengah jam lagi lalu turun kembali ke jalur
ini karena di atas tidak ada jalur melintas ke bukit raya, tutur salah seorang
peserta yang turun. Suasana pun jadi membingungkan , saya dan teman satu
kelompok tidak percaya dengan informasi tersebut, karena informasinya masih
belum jelas , sudah begitu yang menyampaikan informasinya juga bukan dari
panitia. Saya pun beristirahat sejenak di tengah jalur untuk mengatur strategi
berikutnya. Saya mencoba melihat kembali peta yang saya bawa, memang terlihat
di antara puncak Kait Bulan dan Bukit Raya terdapat sebuah tebingan dan
jalurnya terlihat tipis dengan kanan kiri jurang dan jalur terjal, tapi saya
yakin sekali bahwa jalurnya pasti bisa dilewati. Setelah cukup beristirahat,
saya putuskan untuk tetap lanjut ke Puncak Kait Bulan dengan membawa carier,
saya ingin memastikan sendiri saat di puncak kondisi jalurnya dan menanyakan
kepastian informasinya kepada panitia selaku penanggung jawab kegiatan. Tak
terasa, sekitar 30 menit mendaki lagi, saya sudah tiba di sebuah puncakan yang
datar, disitu saya bertemu beberapa peserta dan panitia yang sudah tiba lebih
dahulu, kebetulan juga terdapat ketua panitia yang sedang berkoordinasi dengan
tim pembuat jalur. Saya segera mengecek kondisi di sekitar puncakan itu, dari
puncakan menuju Kait Bulan diperkirakan sekitar 15 menit lagi, kemudian dari
kejauhan tampak punggungan ke arah Bukit Raya sudah terlihat. Setelah itu saya
menanyakan kejelasan kepada panitia, saat itu pun ketua panitia mengatakan
bahwa jalur lintas Bukit Raya bisa dilewati, untuk itu para peserta sebaiknya
terus melanjutkan perjalanan sesuai rencana, beliau sangat menyayangkan
informasi sepihak dari beberapa peserta yang menimbulkan kebingungan dari peserta
lain. Akhirnya, informasi sudah jelas
didapat, kegiatan dilanjutkan sesuai rencana, meskipun ada beberapa peserta yang tidak
lanjut melintas, namun sebagian peserta masih tetap mengikuti kegiatan sesuai
rencana. Saya dan teman-teman satu kelompok juga terus melanjutkan pendakian
menuju puncak Kait Bulan, dari puncakan datar pertama menuju puncak Kait Bulan,
jalurnya cukup landau dan hanya mengitari puncakan saja, sekitar pukul 14:20
sampailah kita di puncak Kait Bulan, puncakannya hanya berupa dataran kecil
saja yang tidak terlalu luas, hanya terdapat sebuah tanda puncakan bendera
merah putih dan beberapa sesaji untuk ritual adat. Puncak Kait Bulan tidak ada
dijadikan lokasi camp, untuk itu kita harus berjalan kembali sekitar 10 menit
sampai tiba di Shelter 4 Puncak Kait Bulan. Sore hari kami pun sudah tiba di
Camp, segera saja saya dan teman-teman kelompok bekerja sama untuk membuat
camp, seperti hari-hari sebelumnya disini pun untuk mendapatkan sebuah tempat
camp kita harus terlebih dahulu menebang beberapa pohon , ranting dan meratakan
tanahnya agar dapat ditempati dengan nyaman. Sebuah kabar gembira kami dapat
disini, berdasarkan informasi peserta yang sudah lebih dulu sampai, bahwa
ternyata dekat area shelter ini terdapat sebuah aliran air kecil turun ke arah
lembahan sekitar 5 menit, kami pun bekerja sama dan membagi tugas dalam
kelompok, ada yang membuat bivak, mengambil air serta mempersiapkan makanan dan
minuman hangat. Suasana di camp ini udaranya sudah semakin dingin, untung saja
di malam hari turun hujan, sehingga menjadi cukup hangat dan kami bisa tidur
nyenyak untuk mengistirahatkan tenaga setelah seharian perjalanan cukup
menguras tenaga dan psikologis.
|
Trek menuju Puncak Kait Bulan |
|
Sore hari melepas lelas setelah membuat camp di shelter Puncak Kait Bulan |
|
Berpose menahan dingin suasana di shelter Puncak Kait Bulan |
|
Menuruni tangga darurat saat melewati tebing menuju Shelter Hulu Sei Samba |
|
Trek menuju Hulu Sei Samba |
|
Tangga darurat menuruni tebing dan jurang, hati-hati saat melintasi tangga ini |
|
Shelter Soa Tohutung |
|
Shelter Hulu Sei Samba |
|
Shelter Bitah Samba |
|
Trek turun dari Bukit Raya menuju Shelter Bitah Samba melewati igir-igir |
Pagi hari memasuki hari
kelima pendakian, cuaca masih terus berkabut dan hujan rintik-rintik. Rasanya
membuat tidak ingin beranjak dari camp, namun perjalanan harus tetap
dilanjutkan. Target perjalanan hari ini adalah menuju Shelter 5 Hulu Sei Samba
yang merupakan lokasi sadlle (dataran
diantara dua punggungan) yang menyambungkan puncak Kait Bulan dengan Puncak
Bukit Raya, untuk menuju kesana diperlukan waktu sekitar 5 jam perjalanan. Pagi
hari sebelum berangkat panitia mengadakan briefing , panitia menginformasikan
karena hari ini waktu tempuh tidak terlalu panjang, jadi jika nanti tiba di
shelter 5 masih siang bisa melanjutkan terus perjalanan mencicil naik
punggungan ke arah Bukit Raya agar menghemat tenaga dan waktu esok harinya.
Perjalanan diawali dengan menuruni punggungan Kait Bulan , trek masih berupa
jalan tanah dan berlumpur. Setelah sekitar 2 jam perjalanan, kami tiba di
sebuah tebing bebatuan setinggi 10 meter, disini kami harus mengantri untuk
lanjut menuruni tebing, ternyata inilah tebing yang kemarin menjadi perbincangan
dikarenakan informasinya tebing ini tidak dapat dilewati. Memang cukup sulit
melewati tebing ini, kita harus menuruni tebing setinggi 10 meter dengan sisi
bawahnya jurang yang dalam, untuk menuruni tebing ini kami hanya menggunakan
tangga gantung yang dibuat dari batang- batang pohon yang diikatkan dengan
weebing, cukup berbahaya memang tapi kondisi ini harus kami lewati. Satu per
satu orang pun turun menuruni tebing ini, diperlukan ketenangan dan
kehati-hatian saat menuruni tebing ini, sedikit saja lengah dan ceroboh kita
bisa terjatuh ke jurang. Akhirnya kami semua pun berhasil melewati salah satu
titik yang ekstrim di jalur ini, selanjutnya perjalanan terus turun menuju
saddle, jalurnya tidak sesulit sebelumnya. Sekitar pukul 13:30 kami sudah tiba
di Shelter 5 Hulu Sei Samba. Ada hal yang sedikit mengecewakan disini,
sebelumnya diinformasikan bahwa di shelter ini terdapat sumber air, namun
ternyata tidak ada, mungkin jika kita mau turun jauh ke lembahan akan menemui
sumber air tetapi jaraknya sangat jauh. Hal ini tentunya di luar perkiraan
karena sebelumnya saat berjalan dari shelter 4 diinfokan akan ada sumber air di
shelter 5 dan kami tidak persiapan air untuk 2 hari, oleh karena itu kami
segera mengecek kondisi perbekalan air dan mengaturnya untuk dua hari ke depan,
syukurlah perbekalan air kami masih mencukupi. Disini ,kami sekelompok
memutuskan untuk melakukan istirahat siang selama satu jam, kemudian
melanjutkan perjalanan ke arah punggungan Bukit Raya. Pukul 14:30 kami pun
melanjutkan perjalanan, targetnya adalah kami akan mendaki sampai pukul 17:00
dan segera mencari tempat camp. Kini kami sudah berada di punggungan menuju
Bukit Raya, kami banyak melewati tanah gambut, menemui tumbuhan lumut yang
beraneka ragam bentuk dan kantong semar yang berukuran besar-besar. Hari sudah
semakin sore di atas sana terlihat seperti sebuah puncakan, “Wah Bukit Raya
sudah di depan , ayo semangat kawan-kawan dikit lagi kita sampai, ucap saya
kepada teman-teman”, sebagai ketua kelompok saya harus menjadi penyemangat buat
anggota kelompok agar bisa melalui perjalanan dengan lancar dan tepat waktu.
Akhirnya pukul 17:05 kami sudah tiba di puncakan itu, ternyata itu bukan puncak
Bukit Raya, dari puncak bukit ini masih terlihat sekitar 3 puncakan lagi untuk
sampai puncak tertingginya. Karena hari sudah semakin sore kami memutuskan
untuk bermalam di puncakan ini, yang hanya dapat untuk membuat 1 buah shelter
untuk ukuran 8 orang. Matahari pun mulai turun, dari puncakan ini kami dapat
menyaksikan suasana sunset, indah sekali rasanya, terbayar semua rasa lelah
perjalanan yang telah kami lalui. Malam ini hanya kelompok kami yang bermalam
disini, sepi dan hening sekali rasanya, cuaca cerah namun angina berhembus
kencang, malam ini udara paling dingin yang kami rasakan selama mendaki gunung
Bukit Raya. Tak lama setelah selesai makan malam kami pun langsung istirahat
tidur. Mentari pagi mulai bersinar, wow Indah sekali, ucap Rina yang saat itu
bangun pertama kali, luar biasa pemandangannya, setelah sore kemarin kami
mendapatkan suasana sunset pagi ini kami mendapatkan suasana sunrise,
benar-benar menakjubkan, kami bisa melihat jelas matahari terbit, setelah itu
kami pun dapat menyaksikan jajaran pegunungan yang telah kami lalui kemarin,
tidak salah kami mengambil keputusan bermalam disini, tempat ini kami sebut
dengan Bukit Pemandangan. Suasana pagi ini pun menambah semangat kami untuk
melanjutkan perjalanan, target hari ini adalah menuju puncak Bukit Raya
kemudian turun melalui jalur berbeda ke Shelter Bitah Samba. Pukul 08:30 kami mulai
berjalan, untuk sampai ke puncak Bukit Raya kami harus melewati trek naik turun
punggungan, tidak terlalu terjal namun cukup menguras tenaga dan emosi,
ditambah panasnya terik matahari saat itu. Akhirnya setelah melalui 2 jam
perjalanan, kami berhasil tiba di puncak tertingginya, yang disebut Puncak
Kakam Gunung Bukit Raya dengan ketinggian 2278 mdpl, disana sudah ramai sekali
dengan peserta yang telah tiba lebih dahulu. Hari ini kami tiba di Puncak Bukit
Raya bertepatan dengan tanggal 17 Agustus 2015, tak lupa di puncak ini , kami
melakukan ceremonial peringatan HUT RI Ke-70 Tahun bersama Bapak dan Ibu Bupati
Katingan, para SKPD, TNI/POLRI, pencinta alam dan para jurnalis yang tergabung
dalam kegiatan ini. Senang sekali rasanya bisa berada di puncak tertinggi
Kalimantan ini dengan perjalanan pendakian yang luar biasa, penuh misteri dan
tantangan, serta dapat menikmati indahnya suasana alam hutan hujan tropis
Gunung Bukit Raya yang dikenal sebagai “Heart
Of Borneo”.
(Tulisan oleh : Rahman Mukhlis, Sumber Foto : Kelompok VII Rahman, Bregas Laksamana, Ade Wahyudi, Hani M, Fitri, Ongka, Yana, dan Rina ; Kegiatan Ekspedisi Bukit Raya Jelajah Wisata Budaya Kabupaten Katingan)
Data Penjelajahan :
No
|
Rute
|
Waktu Tempuh
|
Keterangan
|
1
|
Start Pendakian/akses mobil – Sungai
Trongoi
|
10 menit
|
Landai
|
2
|
Sungai Trongoi – Pintu Rimba
|
20 menit
|
Naik turun jalan perusahaan
|
3
|
Pintu Rimba – Shelter Sei Dahie
|
4 jam
|
Naik turun beberapa punggungan kecil,
melipir di tepi sungai, menyeberangi beberapa sungai. Ada sumber air di
shelter. Shelter luas.
|
4
|
Shelter Sei Dahie – Shelter Tosah
|
4 jam
|
Cenderung landai, melipir di tepi
sungai. Shelter tosah setelah menyeberangi pertigaan sungai besar, terdapat
sumber air. Shelter luas.
|
5
|
Shelter Tosah – Pertigaan jalur kait
bulan bukit raya
|
1,5 jam
|
Menyeberangi 2 sungai, naik punggungan
sampai di pertigaan, turun ke kanan arah kait bulan, naek ke kiri arah bukit
raya.
|
6
|
Pertigaan – Shelter air terjun Bitah
Samba
|
3 jam
|
Turun ke sungai, menyusuri sungai,
naik ke arah air terjun. Ada sumber air di dekat shelter. Shelter luas.
|
7
|
Shelter air terjun Bitah Samba –
Puncak Punggungan
|
3 jam
|
Naik punggungan terjal
|
8
|
Puncak punggungan – Shelter Hulu Sei
Holom
|
4 jam
|
Naik turun punggungan, sampai di
punggungan terakhir pertigaan turun ke kanan arah lembahan hulu sei holom.
Terdapat sumber air di dekat shelter. Shelter luas namun harus merapihkan
dulu, karena banyak akar, batang-batang pohon dan cenderung becek/basah
karena persis di tepi sungai.
|
9
|
Shelter Hulu Sei Holom – Puncak Kait
Bulan
|
4 jam
|
Naik punggungan
|
10
|
Puncak Kait Bulan – Shelter Kait Bulan
|
30 menit
|
Berjalanan di igir-igir puncakan dan
ke arah jalur turun. Ada sumber air, mata air kecil di dekat shelter. Shelter
luas.
|
11
|
Shelter Kait Bulan – Shelter Hulu Sei
Samba
|
5 jam
|
Turun ke arah lembahan, jalan
berlumpur, melewati akar dan batang pohon. Setelah itu naik ke arah tebing
dan memutari tebing, kemudian turun melalui tangga darurat (extreme) harus
berhati-hati disini, setelah tangga turun terus sampai ke saddle. Tidak ada
sumber air di shelter. Shelter kecil hanya untuk sekitar 5 tenda.
|
12
|
Shelter Hulu Sei Holom – Puncak
Pemandangan
|
4 jam
|
Naik punggungan, sampai di puncak
pemandangan , jalur menuju puncak bukit raya ke kiri dari puncakan.
Pemandangan indah terdapat disini, tidak ada sumber air , hanya bisa dibuat
untuk maksimal 2 tenda atau membuat 1 shelter flysheet.
|
13
|
Puncak Pemandangan – Puncak Kakam
Bukit Raya
|
2 jam
|
Naik turun punggungan sampai di puncak
tertinggi. Di dekat puncak terdapat sumber air genangan/telaga. Jalur menuju
Kalbar dari puncak turun ke arah kanan, menuju kalteng turun ke arah kiri
|
14
|
Puncak Kakam Bukit Raya – Shelter
Bitah Samba
|
5 jam
|
Turun ke arah kiri, akan naik turun
beberapa punggungan, jalur terjal, tipis, banyak melewati akar dan
batang-batang pohon. Setelah puncakan terakhir, ada pertigaan, turun ke arah
kiri menuju shelter. Terdapat sumber air di dekat shelter. Shelter luas.
|
15
|
Shelter Bitah Samba – Shelter Soa
Tohutung
|
3 jam
|
Turun terus mengikuti punggungan, akan
naik beberapa bukit. Shelter terdapat di saddle, dekat shelter turun ke arah
lembah sebelah kanan terdapat sumber air. Shelter kecil hanya untuk sekitar 5
tenda.
|
16
|
Shelter Soa Tohutung – Pertigaan jalur
kait bulan bukit raya
|
1 jam
|
Turun terus mengikuti punggungan
sampai bertemu pertigaan jalur dua puncak. Turun ke kiri arah ke kait bulan,
turun ke kanan arah shelter tosah.
|
17
|
Pertigaan – Shelter Tosah
|
1 jam
|
Turun terus mengikuti punggungan
,kemudian menyeberangi 2 sungai. Trek turunan landai mendekati shelter tosah.
|
|
Sketsa Peta Bukit Raya (Sumber dari survey Panitia Jelajah Wisata Budaya Ekspedisi Bukit Raya) |
|
Kantong Semar banyak ditemui di wilayah menuju Puncak Bukit Raya |
|
Sunrise di Bukit Pemandangan |
|
Senja di Bukit Pemandangan |
|
Trek menuju Puncak Bukit Raya |
|
Tumbuhan-tumbuhan lumut , banyak ditemui di punggungan menjelang Puncak Bukit Raya |
|
Puncak tertinggi Kalimantan, Puncak Kakam Bukit Raya |
|
Semangat terus menuju Puncak |
|
Puncak Kakam Bukit Raya 17 Agustus 2015 |
|
Upacara HUT RI Ke-70 di Puncak Bukit Raya bersama Bupati Katingan, SKPD, Jurnalis dan Mapala Se Indonesia |