Saat mendengar nama
Gunung Masurai , bagi sebagian orang merupakan sesuatu hal yang asing dan baru,
bahkan saya sendiri baru mengenal Gunung Masurai pada tahun 2012, saat
mendengar cerita perjalanan teman saya melakukan ekspedisi kesana. Dari awal
mendengar cerita tentang Masurai, saya langsung jatuh hati pada gunung tersebut
yang mana menyimpan sebuah keindahan yang tersembunyi dan tentunya gunung
tersebut memiliki karakteristik gunung kesukaan saya yaitu gunung hutan hujan
tropis yang masih terjaga kealamiannya kawasan hutan gunungnya. Setelah itu
nama Gunung Masurai saya masukan dalam daftar gunung-gunung yang akan saya
jelajahi di kemudian hari dan saya mulai aktif mencari data dan informasi
seputar Gunung Masurai, sampai akhirnya jodoh tersebut tiba pada tahun 2016,
dimana saya mendapatkan kesempatan untuk menjelajahi Gunung Masurai bersamaan
dengan menjalankan pekerjaan rutin sebagai pemandu gunung di Indonesia
Expeditions. Tim saya saat menjelajahi Masurai berjumlah 18 orang, dimana saya
berdua dengan rekan saya Sofyan menjadi pemandu pendakian dengan jumlah peserta
8 orang dan 8 orang lokal yang akan membantu membawa barang dan logistik.
Gunung Masurai dengan
ketinggian 2935 meter di atas permukaan laut merupakan Gunung Strato Vulcanic
yang masih masuk dalam kawasan konservasi Taman Nasional Kerinci Seblat. Secara
administrastif Gunung Masurai terletak di tiga wilayah Kecamatan yaitu
Kecamatan Jangkat, Lembah Masurai dan Sungai Tenang, Kabupaten Merangin
Provinsi Jambi. Dibanding Gunung Kerinci yang sudah sangat terkenal, sebenarnya
di Provinsi Jambi masih banyak lagi gunung yang indah dan menarik untuk
dijelajahi,termasuk Gunung Masurai ini. Gunung
Masurai adalah gunung tertinggi kedua di Jambi, selain Masurai di sekitar
kawasan ini juga terdapat 2 gunung lagi yang letaknya berseberangan dengan
Masurai yaitu Gunung Sumbing 2507 mdpl dan Gunung Hulunilo 2424 mdpl . Ketiga
gunung hanya terpisah oleh jalan utama seperti layaknya Gunung Sindoro dan
Gunung Gumbing di Jawa Tengah. Gunung Masurai memiliki keindahan alam khas
hutan hujan tropis Indonesia yang masih asri , mengingat gunung ini belum
terlalu banyak dikunjungi oleh para pendaki gunung. Salah satu yang menarik
dari Gunung Masurai adalah memiliki danau vulkanik yang indah yaitu Danau
Kumbang dan Danau Mabuk. Nama Masurai sendiri menurut masyarakat lokal sana
berarti emas yang terurai, hal ini memang seperti kenyataan yang akan kita
lihat sendiri saat menjelajahi keindahan alam Gunung Masurai yang terurai
bagaikan emas. Bagi masyarakat sekitar
kaki Gunung Masurai, gunung ini merupakan sumber kehidupan dimana salah satunya
mengalir mata air Batang Tembesi yang sumbernya terletak di sisi utara Gunung
Masurai dan mengairi sumber-sumber penghidupan masyarakat khususnya di wilayah
Kecamatan Sungai Tenang dan juga mengalir sampai ke sungai-sungai di Provinsi
Jambi. Mengingat wilayah hutannya yang
belum banyak dikunjungi manusia, Gunung Masurai juga masih menjadi tempat
bermukim hewan-hewan khas hutan Sumatera, seperti Harimau Sumatera yang dapat
kita temui di pedalaman hutan Gunung Masurai. Gunung Masurai memiliki berbagai
akses jalur pendakian, jalur pendakian yang paling umum adalah jalur Sungai
Lalang yang mana pertama kali dibuka oleh Tim Ekspedisi Mapala Siginjai Unja
pada tahun 1994, dengan waktu tempuh normal 3 hari 2 malam. Selain itu
berdasarkan informasi yang saya dapatkan terdapat beberapa jalur lain yang
lebih panjang dan menawarkan tantangan petualangan seru , seperti jalur Jangkat
Tim Ekspedisi Wanadri 2004, jalur Tanjung Berugo Tim Ekspedisi Mahitala Unpar
2010 dan jalur Talang Asal Tim Ekspedisi Mapala UI 2012.
Jalan
panjang menuju Lembah Masurai
Lembah Masurai, Desa Sungai Lalang |
Salah satu tantangan yang harus kita
lalui sebelum menjelajahi Gunung Masurai adalah jauh dan sulitnya akses
transportasi menuju Lembah Masurai, walaupun sejak 2-3 tahun terakhir akses
jalan dan transportasi semakin mudah seiiring dengan banyaknya pembangunan di
wilayah Merangin. Untuk menuju kaki Gunung Masurai kita dapat melakukan
perjalanan darat dari Jambi yang akan ditempuh selama 8-10 jam perjalanan. Jika
ingin mengecer kita dapat menggunakan bus umum/engkel dengan rute Jambi-Bangko,
kemudian lanjut pindah bus/engkel dengan tujuan Bangko-Jangkat, namun agar
lebih nyaman kita dapat menggunakan mobil-mobil travel dnegan sistem carter
langsung PP dari Jambi menuju Sungai Lalang, tentu dengan harga yang lebih
mahal (+ Rp. 3.000.000,-/pp/mobil kapasitas 4 orang dengan barang-barang
pendakian). Untuk keperluan belanja kebutuhan pendakian sebaiknya di lengkapi
saat di Jambi/Bangkok arena setelah Bangko kita akan tiba di kota kecil yang
agak sulit untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhan pendakian dengan stock yang
terbatas. Jalur menuju Bangko masih berada di dataran rendah dengan melewati
juga jalur Trans Sumatera, setelah Bangko barulah kita memasuki daerah dataran
tinggi dan kawasan pegunungan dengan jalan yang meliuk-liuk dan naik turun
bukit. Semakin mendekati kaki Gunung Masurai kita akan disuguhi pemandangan
wilayah perkebunan yang didominasi tumbuhan holtikultura, yang paling banyak
tentunya perkebunan kopi yang terkenal dengan Kopi Lembah Masurai. Setibanya di
Desa Sungai Lalang kita dapat singgah di Basecamp Masurai, yaitu rumah keluarga
besar Penas(Koordinator KPA Gerakan Masyarakat Merangin Pecinta Alam /GEMPA)
yang terletak di pinggir jalan raya Desa Sungai Lalang sebelah Musholla Al
Hidayah. Mengingat belum terlalu ramainya wisata mendaki gunung disini, jadi
baru hanya ada satu rumah yang dapat disinggahi sebelum memulai pendakian.
Basecamp ini dapat menampung maksimal 20 orang dengan 2 kamar dan ruang tamu
bersama yang dapat digunakan untuk tidur. Basecamp ini juga dapat menyediakan
makan sesuai kebutuhan kita sebelum melakukan pendakian atau sebagai bekal
makan siang di hari pertama pendakian.
Menikmati
hangatnya “Kopi Lembah Masurai”
Basecamp Masurai, Sungai Lalang |
Petani Kopi Lembah Masurai |
Selasa, 19 Juli 2016, setelah melalui perjalanan darat dari Jambi selama 9 jam, pada pukul 18:35 kami tiba di Basecamp Masurai, Desa Sungai Lalang. Setibanya di basecamp kami langsung disambut dengan antusias oleh Penas dan kawan-kawan masyarakat lokal yang telah siap menyambut kami. Setelah menurunkan barang-barang dari mobil ke rumah, kami bercengkerama di ruang tamu, saling berkenalan dan tukar cerita sambil menyeruput hangatnya kopi dan teh. Kopi disini alami, langsung diambil dari perkebunan sekitar, ucap Penas, seraya menuangkan kopi panas ke cangkir-cangkir kami. Lembah Masurai memang terkenal dengan daerah penghasil kopi terbaik di Provinsi Jambi. Suasana penuh kehangatan pun tercipta malam itu mengawali pertemuan kami dengan masyarakat Sungai Lalang yang kemudian setelah menikmati secangkir kopi dan teh kami tutup perkenaan ini dengan makan malam bersama yang telah disediakan oleh Ibu Penas. Setelah makan malam, kami segera melakukan briefing untuk membahas rencana kegiatan pendakian dan mengatur ulang barang-barang pendakian. Malam semakin larut udara pun semakin dingin, walaupun di luar rumah langit tampak cerah, namun angin malam hari itu berhembus cukup kencang, suasana udara dan hawa dinginnya seperti kita berasa di kawasan Puncak Jawa Barat, Akhirnya kami pun segera bersiap untuk tidur agar esok hari kembali fit dan bugar untuk memulai pendakian.
Pagi hari kami bangun pagi, disambut
dengan cuaca yang mendung dan hujan gerimis yang membasahi Desa Sungai Lalang.
Walaupun cuaca kurang begitu menguntungkan namun tidak menghalangi semangat
kami untuk memulai petualangan. Setelah sarapan pagi, kami pun bersiap-siap
untuk memulai pendakian. Pukul 07:10 diawali dengan berdoa bersama di depan
Basecamp Gunung Masurai kami mengawali langkah kami berpetualang di Gunung
Masurai. Perjalanan diawali dengan melewati jalan setapak di area ladang
perkebunan penduduk. Perkebunan ini
didominasi oleh tanaman kopi dan holtikultura. Sepanjang jalan menuju pintu
rimba, sejajar dengan kontur punggungan utama kita akan melihat deretan
perkebunan kopi di sisi kiri dan kanan jalur yang nampak mulai memerah dan siap
untuk dipanen. Kopi Lembah Masurai merupakan jenis kopi robusta. Diperkirakan
jumlah kopi yang ditanam di wilayah Lembah Masurai mencapai 30 juta pohon
dengan produksi greenbean(biji) mencapai 10 juta kilogram/10.000 ton. Untuk
harga jualnya per kilogram di Lembah Masurai dijual dengan harga Rp.
18.000,-/kg. Dapat dibayangkan besarnya potensi ekonomi masyarakat sekitar
Lembah Masurai dari hasil perkebunannya sendiri.Ini sangat potensial untuk
ekspor kopi robusta, mengingat kopi robusta Lembah Masurai merupakan kualitas
terbaik karena di tanam di dataran tinggi. Kembali ke perjalanan menuju Pintu
Rimba, selain dapat melihat hamparan perkebunan kopi dan holtikultura dari depan
kita terpampang dengan gagah Gunung Masurai yang menarik perhatian untuk segera
dikunjungi. Jika menoleh ke belakang di sisi seberang yang hanya terpisah oleh
jalan kita dapat melihat pemandangan indah Gunung Hulunilo dan Gunung Sumbing. Setelah
sekitar 1 jam tibalah kita di ujung batas perkebunan dan pintu rimba, disini
kami sempatkan waktu untuk beristirahat di sebuah pondokan, dari sini 20 menit
lagi kita akan tiba di Pintu Rimba, walaupun singkat namun jalurnya cukup sulit
dimana kita harus melewati batang-batang pohon tumbang yang melintang tidak
beraturan sepanjang jalur menuju pintu rimba.
Gunung Hulunilo |
Team di batas akhir perkebunan dengan hutan, background Gunung Hulunilo |
Petualangan
seru melintasi hutan Gunung Masurai
Pintu Rimba |
“Welcome Pintu Rimba,
Salam Lestari, Jaga Kekompakan dan Kesopanan”, sepenggal kalimat yang
terpampang di sebuah papan yang bersandar di bawah pohon besar menyambut
kedatangan kami di pintu rimba. Selain kalimat tersebut juga terdapat
himbauan-himbauan lain tentang ajakan menjaga kebersihan dan etika saat berada
di gunung. Kami pun sejenak membaca kalimat-kalimat tersebut dengan seksama dan
berdoa untuk mengawali pendakian hari ini memasuki kawasan hutan dan gunung. “Tantangan
baru dimulai”, Memasuki Pintu Rimba (1618 mdpl) , kami disuguhi suasana rimbun
dan lebat pepohonan khas hutan hujan tropis Sumatera, harum dedauanan hijau dan
tanah basah tercium dengan sejuknya, kicauan burung-burung dan nyanyian simpai
bersautan terdengar nyaring di telinga , suasana yang benar-benar jarang kita
temui di gunung-gunung lain yang sudah ramai. Suasana tersebut menjadi teman
sepanjang perjalanan kami menuju Shelter 1 , hingga tak terasa walaupun trek
sudah cukup menanjak tapi kami benar-benar menikmati suasana pendakian ini.
Perjalanan Pintu Rimba-Shelter ditempuh kurang lebih 1,5 jam, sesampainya di
Shelter 1 kami beristirahat sejenak menikmati snack dan minuman. Shelter 1
ditandai dengan adanya batang pohon rubuh yang di tengah jalan, sehingga kita
harus menunduk melewati halangan pohon tumbang tersebut. Setelah itu di atasnya
terdapat gundakan-gundakan dan area yang cukup luas untuk mendirikan tenda. Shelter
1 berada pada ketinggian 1815 mdpl, disini terdapat sumber air sungai kecil di
sebelah kiri jalur, sekitar 5 menit dari lokasi camp. Setelah cukup
beristirahat, kami melanjutkan perjalanan menuju Puncak 1. Dari Shelter 1
perjalanan akan dilanjutkan menuju Puncak 1 selama 4 jam perjalanan dengan
melewati trek yang semakin terjal dan kawasan hutan yang semakin rimbun, banyak
pepohonan yang ditumbuhi lumut sehingga menambah hijaunya hutan, seperti hutan
lumut, di trek ini kita juga akan menjumpai beberapa pohon-pohon tumbang dimana
kita harus merayap atau melompatinya saat menemui rintangan pohon tumbangan
tersebut. Saat ingin menuju Puncak 1 sebaiknya kita mengisi botol air terlebih
dahulu di Shelter 1 karena sepanjang perjalanan tidak ada lagi sumber air dan
tidak ada lokasi yang luas untuk beristirahat, jadi ketika istirahat kami hanya
berhenti sebentar menepi di pinggir jalur pendakian. Mengingat trek yang
panjang dan terjal, siang hari itu kami utuskan untuk istirahat makan siang di
tengah perjalanan menuju Puncak 1. Makan siang hari ini tidak memerlukan waktu
yang cukup lama, karena menu kami roti sandwich dan buah apel sudah kami
siapkan sejak dari basecamp. Saat kami sedang istirahat makan siang, tiba-tiba
saja cuaca berubah , rintik-rintik hujan mulai membasahi tubuh kami, untuk itu
segera kami merapihkan barang-barang dan bersiap melanjutkan perjalanan. Hujan
pun turun semakin lebat, kami segera melanjutkan perjalanan menuju Puncak 1.
Dengan kondisi hujan , trek pendakian menjadi licin,tak jarang beberapa kali
teriakan dari anggota kami terdengar saat ia tergelincir. Walaupun dengan
kondisi hujan dan trek yang semakin terjal, tidak menghalangi langkah kami,
kami terus berjalan beriringan secara konstan, sampai akhirnya pada pukul 14:10
kami tiba di Puncak 1 dengan ketinggian 2713 mdpl. Sebelum tiba di Puncak 1,
sekitar 50 m sebelumnya kita akan menemui simpang antara jalur ke kiri turun
menuju Danau Mabuk dan lurus menuju Puncak 1. Setibanya di puncak 1 kami
disuguhi keindahan alam yang luar biasa dimana dapat menyaksikan keindahan
Danau Kumbang yang dikelilingi oleh bukit-bukit dan lereng-lereng di kawasan
Gunung Masurai. Puncak 1 adalah titik terbaik untuk mengabadikan indahnya Danau
Kumbang dan memandangi bentang alam lainnya. Dari Puncak 1 perjalanan kita
lanjutkan berjalan melewati igir-igir puncak selama sekitar 15 menit untuk
menuju persimpangan jalan. Pada persimpangan ini kita mengambil jalur arah kiri
turun ke Danau Kumbang sedangkan jika lurus kita akan menjumpai trek pendakian
menuju Puncak Utama. Perjalanan turun ke Danau Kumbang meruapakan salah satu
titik sulit yang ada di Gunung Masurai, dimana pada titik ini kita harus
menuruni jurang yang cukup terjal dengan terdapat titik yang kemiringannya hampir
90 derajat, yaitu “Tanjakan/Turunan Syaiton”. Kami berjalan dengan hati-hati
saat melewati trek ini, karena sekali tergelincir , bisa jatuh ke jurang di
bawahnya, untuk itu pada beberapa titik ,kami memasang tali webbing sebagai
pengaman kami, yang kami gunakan sebagai pegangan tangan untuk menjaga
keseimbangan agar tidak terjatuh. Untuk menuruni Danau Kumbang dari
persimpangan puncak diperlukan waktu sekitar 40 menit. Akhirnya setelah
melewati lintasan yang menantang dan melelahkan sejak dari desa sungai lalang,
pada pukul 15:50 kami semua tiba di Danau Kumbang disambut dengan pemandangan
danau yang menakjubkan.
Danau Kumbang tampak dari Puncak 1 |
Pesona
Danau kumbang
Landscape Of Kumbang Lake |
our campsite at Kumbang Lake |
Danau Kumbang dengan ketinggian 2539
mdpl merupakan salah satu pesona yang menarik para petualangan untuk
menjelajahi Gunung Masurai. Danau Kumbang termasuk danau yang terbentuk dari
aktivitas vulkanik yang memiliki luas sekitar 2 ha. Suasana hening dan damai
dapat kita rasakan disini, memandang keindahan danau yang airnya tampak
berkilauan terkena sinar matahari dengan dikelilingi jajaran bukit yang
mengelilingi danau. Keindahan Danau Kumbang ini tidak kalah menarik dengan
Danau Gunung Tujuh di kawasan Gunung Kerinci, Danau Ranukumbolo di Gunung
Semeru ataupun Danau Segara Anak di Gunung Rinjani. Danau Kumbang menurut sejarah
dan cerita-cerita turun temurun penduduk setempat, konon di danau tersebut
ditunggui oleh seorang kakek tua yang bernama Panglima Kumbang, yang dapat
berubah wujud menjadi macan kumbang, karena itulah dinamai Danau Kumbang.
Menurut cerita lain danau ini dinamai Danau Kumbang karena dahulu banyak
bintik-bintik hitam di pinggir danau dan mengkilat/bersinar menyerupai kumbang.
Terlepas dari cerita mana yang benar, tetapi sebagai pendaki yang baik, kita
harus menjaga etika dan sopan santun , khususnya saat berada di Danau Kumbang
terdapat beberapa himbauan khusus, seperti saat buang air kecil atau besar
tidak di tepi danau dan menghadap ke danau, menjaga perkataan dan perbuatan
serta tidak berbuat amoral. Selain itu tentunya yang harus kita perhatikan adalah
menjaga kebersihan dan kelestarian alam, karena memang keindahan di kawasan
danau ini masih alami dan terjaga dengan baik. Di Danau Kumbang kita tidak
dapat menikmati suasana matahari terbenam karena posisi matahari terbenam
berada di balik bukit belakang area camp yang tertutup hutan belantara. Namun
demikian, saat matahari terbit kita akan dapat menikmati suasanya dimana dari
depan kita, di ujung danau dan balik bukitny matahari pagi akan memancarkan
sinarnya tepat mengarah ke danau dan area camp kita. Untuk lokasi camp di Danau
Kumbang, lokasinya tidak terlalu luas, hanya dapat menampung sekitar 8-12
tenda. Sedangkan area lain sekeliling danau masih belum ada lokasi camp, dimana
kondisinya masih terdapat berupa hutan belantara.
Menuju
Puncak Utama Masurai
Tanjakan Syaiton |
trek tanjakan syaiton |
Menaikin tanjakan syaiton dengan tali webbing |
Esok
hari, Pukul 08:30 kami setelah bermalam di Danau Kumbang kami melanjutkan
perjalanan menuju puncak utama Masurai. Pendakian dilakukan dengan kembali
menuju persimpangan antara jalur utama, danau kumbang dan puncak utama.
Walaupun dengan jarak yang dekat, tetapi perjalanan ke persimpangan cukup
menguras energy mengingat tanjakan yang terjal , salah satunya melalui
“tanjakan syaiton” itu. Sesampainya di persimpangan, kami berisitrahat sejenak
dan kemudian mengatur kembali perbekalan yang akan dibawa ke puncak dan
ditinggalkan untuk diambil setelah kembali dari puncak dan menuju Shelter 1.
Setelah semua siap,kami pun mulai berjalan, dengan mengikuti igir-igir
punggungan puncak dengan trek menanjak yang tidak terlalu terjal kemudian akan
turun ke lembahan dimana terdapat Shelter 2 yang ditempuh selama 1 jam. Shelter
2 memiliki tempat yang cukup luas untuk sekitar 2-4 tenda dan terdapat sumber
air kecil sehingga dapat menjadi alternative untuk tempat bermalam. Selepas
Shelter 2 ,kami berpindah punggungan menuju punggungan utama puncak masurai.
Tanjakan ini sangat terjal dan licin sekali jika kondisi hujan. Selain tanjakan
yang terjal, kondisi jalur menuju Puncak Utama Masurai juga sempit dan banyak
halang rintang berupa akar dan batang pohon yang melintang, sehingga
mengharuskan kita untuk merayap, melewati lorong-lorong batang pohon dan
sesekali melompati batang-batang pohon yang melintang. Pada beberapa titik
lorong-lorong tersebut memiliki bentuk yang unik dan ditambah adanya lumut,
sehingga menjadi pemandangan yang indah dan menarik laayakanya dalam cerita
“The Hobbits”. Perjalanan menuju Puncak Utama Masurai ditempuh dengan total
waktu 3 jam dari Shelter 2. Suasana Puncak Utama Masurai tidak terbuka seperti
puncak pada umumnya, tetapi hanya seperti puncak bukit saja yang dikelilingi
pepohonan yang cukup tinggi, walaupun begitu suasananya sangat hening dan
menimbulkan kedamaian di hati. Kami pun menikmati suasana di puncak selama 30
menit, untuk berfoto, makan dan minum serta bersendau gurau, menghilangkan
kepenatan setelah melewati trek yang cukup berat.
menuju puncak |
melewati gorong-gorong |
Selebrasi di Puncak Masurai |
Setelah selesai melakukan selebrasi,
kami segera berkemas untuk turun kembali menuju Shelter 1. Saat di tengah
perjalanan menuju Shelter 2 , hujan turun dengan deras, sehingga cukup
menyulitkan kami karena lintasan yang licin, beberapa kali diantara kami
terpeleset dan jatuh saat turun. Pukul 14:00 kami sudah tiba kembali di
persimpangan dan kebetulan hujan sudah berhenti, disini kami sempatkan waktu 30
menit untuk beristirahat makan siang dan packing kembali semua barang-barang.
Hari semakin sore dan hujan rintik-rintik kembali turun mengiringi langkah kami
melanjutkan perjalanan turun menuju Shelter 1. Walaupun perjalanan turun,
tetapi rute yang kami lalui masih cukup jauh dengan waktu tempuh 4 jam,
ditambah kondisi jalur yang menjadi semakin licin, karena hujan masih terus
turun. Akhirnya pada pukul 19: 10 kami dengan sisa-sisa tenaga setelah melalui
hari yang panjang ini, kami semua telah tiba dengan selamat dan dapat menikmati
malam terakhir di Shelter 1. Beberapa porter yang telah tiba lebih dahulu telah
menyiapkan tenda, minuman hangat dan makanan untuk menyambut kami. Malam ini
kami menikmati kebersamaan malam terakhir di gunung dengan ditemani cuaca yang
indah setelah hujan berhenti sambil menyantap makan malam dan diselingin
candaan antar sesama anggota tim.
Esok hari , kami bangun dengan penuh
semangat, setelah melalui pengalaman dua hari yang seru dan menyenangkan di
hutan Masurai , hari ini kami akan kembali ke peradaban. Perjalanan hari ini
tidak terlalu panjang dengan waktu tempuh 1,5 jam. Pukul 09:00 kami mulai
berjalan turun, melewati batas-batas hutan terakhir menuju wilayah perkebunan,
suasana pagi ini sangat cerah , perjalanan menjadi semakin asyik ditambah
dengan suara burung dan monyet yang saling bersautan mengiringi langkah kami
kembali ke desa, seperti seakan-akan menyampaikan salam perpisahan untuk kami.
Semakin turun , pemandangan menjadi semakin terbuka dan tibalah kami di wilayah
perkebunan penduduk tampak suasana Desa Sungai Lalang dengan Gunung Hulunilo
jauh di depan sana. Perasaan kami semua senang, akhirnya pendakian kami
selesai, kami pun menyempatkan waktu untuk menikmati salam perpisahan kepada
Gunung Masurai dan berfoto bersama di area perkebunan penduduk. Perjalanan
pendakian Gunung Masurai telah berakhir, kami tiba kembali di Desa Sungai
Lalang Basecamp Masurai disambut dengan hangat oleh Keluarga Penas dengan penuh
keramahan dan suguhan kopi panasnya. Sungguh sebuah pengalaman yang seru,
menyenangkan dan sangat berkesan bagi kami semua, dapat menikmati sebuah tempat
yang masih asri, hening dan tersembunyi dari Lembah Masurai.(RM)
Subhanallah jambi diberikan allah alam yg sangat indah, mari kita jaga bersama kelestarian alam
BalasHapus