Selasa, 03 Januari 2017

Gunung Masurai, Keindahan yang tersembunyi dari Lembah Masurai



 
Danau Kumbang Gunung Masurai

Saat mendengar nama Gunung Masurai , bagi sebagian orang merupakan sesuatu hal yang asing dan baru, bahkan saya sendiri baru mengenal Gunung Masurai pada tahun 2012, saat mendengar cerita perjalanan teman saya melakukan ekspedisi kesana. Dari awal mendengar cerita tentang Masurai, saya langsung jatuh hati pada gunung tersebut yang mana menyimpan sebuah keindahan yang tersembunyi dan tentunya gunung tersebut memiliki karakteristik gunung kesukaan saya yaitu gunung hutan hujan tropis yang masih terjaga kealamiannya kawasan hutan gunungnya. Setelah itu nama Gunung Masurai saya masukan dalam daftar gunung-gunung yang akan saya jelajahi di kemudian hari dan saya mulai aktif mencari data dan informasi seputar Gunung Masurai, sampai akhirnya jodoh tersebut tiba pada tahun 2016, dimana saya mendapatkan kesempatan untuk menjelajahi Gunung Masurai bersamaan dengan menjalankan pekerjaan rutin sebagai pemandu gunung di Indonesia Expeditions. Tim saya saat menjelajahi Masurai berjumlah 18 orang, dimana saya berdua dengan rekan saya Sofyan menjadi pemandu pendakian dengan jumlah peserta 8 orang dan 8 orang lokal yang akan membantu membawa barang dan logistik.
Gunung Masurai dengan ketinggian 2935 meter di atas permukaan laut merupakan Gunung Strato Vulcanic yang masih masuk dalam kawasan konservasi Taman Nasional Kerinci Seblat. Secara administrastif Gunung Masurai terletak di tiga wilayah Kecamatan yaitu Kecamatan Jangkat, Lembah Masurai dan Sungai Tenang, Kabupaten Merangin Provinsi Jambi. Dibanding Gunung Kerinci yang sudah sangat terkenal, sebenarnya di Provinsi Jambi masih banyak lagi gunung yang indah dan menarik untuk dijelajahi,termasuk Gunung Masurai ini.  Gunung Masurai adalah gunung tertinggi kedua di Jambi, selain Masurai di sekitar kawasan ini juga terdapat 2 gunung lagi yang letaknya berseberangan dengan Masurai yaitu Gunung Sumbing 2507 mdpl dan Gunung Hulunilo 2424 mdpl . Ketiga gunung hanya terpisah oleh jalan utama seperti layaknya Gunung Sindoro dan Gunung Gumbing di Jawa Tengah. Gunung Masurai memiliki keindahan alam khas hutan hujan tropis Indonesia yang masih asri , mengingat gunung ini belum terlalu banyak dikunjungi oleh para pendaki gunung. Salah satu yang menarik dari Gunung Masurai adalah memiliki danau vulkanik yang indah yaitu Danau Kumbang dan Danau Mabuk. Nama Masurai sendiri menurut masyarakat lokal sana berarti emas yang terurai, hal ini memang seperti kenyataan yang akan kita lihat sendiri saat menjelajahi keindahan alam Gunung Masurai yang terurai bagaikan emas.  Bagi masyarakat sekitar kaki Gunung Masurai, gunung ini merupakan sumber kehidupan dimana salah satunya mengalir mata air Batang Tembesi yang sumbernya terletak di sisi utara Gunung Masurai dan mengairi sumber-sumber penghidupan masyarakat khususnya di wilayah Kecamatan Sungai Tenang dan juga mengalir sampai ke sungai-sungai di Provinsi Jambi.  Mengingat wilayah hutannya yang belum banyak dikunjungi manusia, Gunung Masurai juga masih menjadi tempat bermukim hewan-hewan khas hutan Sumatera, seperti Harimau Sumatera yang dapat kita temui di pedalaman hutan Gunung Masurai. Gunung Masurai memiliki berbagai akses jalur pendakian, jalur pendakian yang paling umum adalah jalur Sungai Lalang yang mana pertama kali dibuka oleh Tim Ekspedisi Mapala Siginjai Unja pada tahun 1994, dengan waktu tempuh normal 3 hari 2 malam. Selain itu berdasarkan informasi yang saya dapatkan terdapat beberapa jalur lain yang lebih panjang dan menawarkan tantangan petualangan seru , seperti jalur Jangkat Tim Ekspedisi Wanadri 2004, jalur Tanjung Berugo Tim Ekspedisi Mahitala Unpar 2010 dan jalur Talang Asal Tim Ekspedisi Mapala UI 2012.

Jalan panjang menuju Lembah Masurai
Lembah Masurai, Desa Sungai Lalang

Salah satu tantangan yang harus kita lalui sebelum menjelajahi Gunung Masurai adalah jauh dan sulitnya akses transportasi menuju Lembah Masurai, walaupun sejak 2-3 tahun terakhir akses jalan dan transportasi semakin mudah seiiring dengan banyaknya pembangunan di wilayah Merangin. Untuk menuju kaki Gunung Masurai kita dapat melakukan perjalanan darat dari Jambi yang akan ditempuh selama 8-10 jam perjalanan. Jika ingin mengecer kita dapat menggunakan bus umum/engkel dengan rute Jambi-Bangko, kemudian lanjut pindah bus/engkel dengan tujuan Bangko-Jangkat, namun agar lebih nyaman kita dapat menggunakan mobil-mobil travel dnegan sistem carter langsung PP dari Jambi menuju Sungai Lalang, tentu dengan harga yang lebih mahal (+ Rp. 3.000.000,-/pp/mobil kapasitas 4 orang dengan barang-barang pendakian). Untuk keperluan belanja kebutuhan pendakian sebaiknya di lengkapi saat di Jambi/Bangkok arena setelah Bangko kita akan tiba di kota kecil yang agak sulit untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhan pendakian dengan stock yang terbatas. Jalur menuju Bangko masih berada di dataran rendah dengan melewati juga jalur Trans Sumatera, setelah Bangko barulah kita memasuki daerah dataran tinggi dan kawasan pegunungan dengan jalan yang meliuk-liuk dan naik turun bukit. Semakin mendekati kaki Gunung Masurai kita akan disuguhi pemandangan wilayah perkebunan yang didominasi tumbuhan holtikultura, yang paling banyak tentunya perkebunan kopi yang terkenal dengan Kopi Lembah Masurai. Setibanya di Desa Sungai Lalang kita dapat singgah di Basecamp Masurai, yaitu rumah keluarga besar Penas(Koordinator KPA Gerakan Masyarakat Merangin Pecinta Alam /GEMPA) yang terletak di pinggir jalan raya Desa Sungai Lalang sebelah Musholla Al Hidayah. Mengingat belum terlalu ramainya wisata mendaki gunung disini, jadi baru hanya ada satu rumah yang dapat disinggahi sebelum memulai pendakian. Basecamp ini dapat menampung maksimal 20 orang dengan 2 kamar dan ruang tamu bersama yang dapat digunakan untuk tidur. Basecamp ini juga dapat menyediakan makan sesuai kebutuhan kita sebelum melakukan pendakian atau sebagai bekal makan siang di hari pertama pendakian.

Menikmati hangatnya “Kopi Lembah Masurai”
Basecamp Masurai, Sungai Lalang
Petani Kopi Lembah Masurai

 
Selasa, 19 Juli 2016, setelah melalui perjalanan darat dari Jambi selama 9 jam, pada pukul 18:35 kami tiba di Basecamp Masurai, Desa Sungai Lalang. Setibanya di basecamp kami langsung disambut dengan antusias oleh Penas dan kawan-kawan masyarakat lokal yang telah siap menyambut kami. Setelah menurunkan barang-barang dari mobil ke rumah, kami bercengkerama di ruang tamu, saling berkenalan dan tukar cerita sambil menyeruput hangatnya kopi dan teh. Kopi disini alami, langsung diambil dari perkebunan sekitar, ucap Penas, seraya menuangkan kopi panas ke cangkir-cangkir kami. Lembah Masurai memang terkenal dengan daerah penghasil kopi terbaik di Provinsi Jambi. Suasana penuh kehangatan pun tercipta malam itu mengawali pertemuan kami dengan masyarakat Sungai Lalang yang kemudian setelah menikmati secangkir kopi dan teh kami tutup perkenaan ini dengan makan malam bersama yang telah disediakan oleh Ibu Penas. Setelah makan malam, kami segera melakukan briefing untuk membahas rencana kegiatan pendakian dan mengatur ulang barang-barang pendakian. Malam semakin larut udara pun semakin dingin, walaupun di luar rumah langit tampak cerah, namun angin malam hari itu berhembus cukup kencang, suasana udara dan hawa dinginnya seperti kita berasa di kawasan Puncak Jawa Barat, Akhirnya kami pun segera bersiap untuk tidur agar esok hari kembali fit dan bugar untuk memulai pendakian.
Pagi hari kami bangun pagi, disambut dengan cuaca yang mendung dan hujan gerimis yang membasahi Desa Sungai Lalang. Walaupun cuaca kurang begitu menguntungkan namun tidak menghalangi semangat kami untuk memulai petualangan. Setelah sarapan pagi, kami pun bersiap-siap untuk memulai pendakian. Pukul 07:10 diawali dengan berdoa bersama di depan Basecamp Gunung Masurai kami mengawali langkah kami berpetualang di Gunung Masurai. Perjalanan diawali dengan melewati jalan setapak di area ladang perkebunan penduduk.  Perkebunan ini didominasi oleh tanaman kopi dan holtikultura. Sepanjang jalan menuju pintu rimba, sejajar dengan kontur punggungan utama kita akan melihat deretan perkebunan kopi di sisi kiri dan kanan jalur yang nampak mulai memerah dan siap untuk dipanen. Kopi Lembah Masurai merupakan jenis kopi robusta. Diperkirakan jumlah kopi yang ditanam di wilayah Lembah Masurai mencapai 30 juta pohon dengan produksi greenbean(biji) mencapai 10 juta kilogram/10.000 ton. Untuk harga jualnya per kilogram di Lembah Masurai dijual dengan harga Rp. 18.000,-/kg. Dapat dibayangkan besarnya potensi ekonomi masyarakat sekitar Lembah Masurai dari hasil perkebunannya sendiri.Ini sangat potensial untuk ekspor kopi robusta, mengingat kopi robusta Lembah Masurai merupakan kualitas terbaik karena di tanam di dataran tinggi. Kembali ke perjalanan menuju Pintu Rimba, selain dapat melihat hamparan perkebunan kopi dan holtikultura dari depan kita terpampang dengan gagah Gunung Masurai yang menarik perhatian untuk segera dikunjungi. Jika menoleh ke belakang di sisi seberang yang hanya terpisah oleh jalan kita dapat melihat pemandangan indah Gunung Hulunilo dan Gunung Sumbing. Setelah sekitar 1 jam tibalah kita di ujung batas perkebunan dan pintu rimba, disini kami sempatkan waktu untuk beristirahat di sebuah pondokan, dari sini 20 menit lagi kita akan tiba di Pintu Rimba, walaupun singkat namun jalurnya cukup sulit dimana kita harus melewati batang-batang pohon tumbang yang melintang tidak beraturan sepanjang jalur menuju pintu rimba.
 
Melintasi perkebunan kopi
Gunung Hulunilo 
Team di batas akhir perkebunan  dengan hutan, background Gunung Hulunilo

Petualangan seru melintasi hutan Gunung Masurai
Pintu Rimba

“Welcome Pintu Rimba, Salam Lestari, Jaga Kekompakan dan Kesopanan”, sepenggal kalimat yang terpampang di sebuah papan yang bersandar di bawah pohon besar menyambut kedatangan kami di pintu rimba. Selain kalimat tersebut juga terdapat himbauan-himbauan lain tentang ajakan menjaga kebersihan dan etika saat berada di gunung. Kami pun sejenak membaca kalimat-kalimat tersebut dengan seksama dan berdoa untuk mengawali pendakian hari ini memasuki kawasan hutan dan gunung. “Tantangan baru dimulai”, Memasuki Pintu Rimba (1618 mdpl) , kami disuguhi suasana rimbun dan lebat pepohonan khas hutan hujan tropis Sumatera, harum dedauanan hijau dan tanah basah tercium dengan sejuknya, kicauan burung-burung dan nyanyian simpai bersautan terdengar nyaring di telinga , suasana yang benar-benar jarang kita temui di gunung-gunung lain yang sudah ramai. Suasana tersebut menjadi teman sepanjang perjalanan kami menuju Shelter 1 , hingga tak terasa walaupun trek sudah cukup menanjak tapi kami benar-benar menikmati suasana pendakian ini. Perjalanan Pintu Rimba-Shelter ditempuh kurang lebih 1,5 jam, sesampainya di Shelter 1 kami beristirahat sejenak menikmati snack dan minuman. Shelter 1 ditandai dengan adanya batang pohon rubuh yang di tengah jalan, sehingga kita harus menunduk melewati halangan pohon tumbang tersebut. Setelah itu di atasnya terdapat gundakan-gundakan dan area yang cukup luas untuk mendirikan tenda. Shelter 1 berada pada ketinggian 1815 mdpl, disini terdapat sumber air sungai kecil di sebelah kiri jalur, sekitar 5 menit dari lokasi camp. Setelah cukup beristirahat, kami melanjutkan perjalanan menuju Puncak 1. Dari Shelter 1 perjalanan akan dilanjutkan menuju Puncak 1 selama 4 jam perjalanan dengan melewati trek yang semakin terjal dan kawasan hutan yang semakin rimbun, banyak pepohonan yang ditumbuhi lumut sehingga menambah hijaunya hutan, seperti hutan lumut, di trek ini kita juga akan menjumpai beberapa pohon-pohon tumbang dimana kita harus merayap atau melompatinya saat menemui rintangan pohon tumbangan tersebut. Saat ingin menuju Puncak 1 sebaiknya kita mengisi botol air terlebih dahulu di Shelter 1 karena sepanjang perjalanan tidak ada lagi sumber air dan tidak ada lokasi yang luas untuk beristirahat, jadi ketika istirahat kami hanya berhenti sebentar menepi di pinggir jalur pendakian. Mengingat trek yang panjang dan terjal, siang hari itu kami utuskan untuk istirahat makan siang di tengah perjalanan menuju Puncak 1. Makan siang hari ini tidak memerlukan waktu yang cukup lama, karena menu kami roti sandwich dan buah apel sudah kami siapkan sejak dari basecamp. Saat kami sedang istirahat makan siang, tiba-tiba saja cuaca berubah , rintik-rintik hujan mulai membasahi tubuh kami, untuk itu segera kami merapihkan barang-barang dan bersiap melanjutkan perjalanan. Hujan pun turun semakin lebat, kami segera melanjutkan perjalanan menuju Puncak 1. Dengan kondisi hujan , trek pendakian menjadi licin,tak jarang beberapa kali teriakan dari anggota kami terdengar saat ia tergelincir. Walaupun dengan kondisi hujan dan trek yang semakin terjal, tidak menghalangi langkah kami, kami terus berjalan beriringan secara konstan, sampai akhirnya pada pukul 14:10 kami tiba di Puncak 1 dengan ketinggian 2713 mdpl. Sebelum tiba di Puncak 1, sekitar 50 m sebelumnya kita akan menemui simpang antara jalur ke kiri turun menuju Danau Mabuk dan lurus menuju Puncak 1. Setibanya di puncak 1 kami disuguhi keindahan alam yang luar biasa dimana dapat menyaksikan keindahan Danau Kumbang yang dikelilingi oleh bukit-bukit dan lereng-lereng di kawasan Gunung Masurai. Puncak 1 adalah titik terbaik untuk mengabadikan indahnya Danau Kumbang dan memandangi bentang alam lainnya. Dari Puncak 1 perjalanan kita lanjutkan berjalan melewati igir-igir puncak selama sekitar 15 menit untuk menuju persimpangan jalan. Pada persimpangan ini kita mengambil jalur arah kiri turun ke Danau Kumbang sedangkan jika lurus kita akan menjumpai trek pendakian menuju Puncak Utama. Perjalanan turun ke Danau Kumbang meruapakan salah satu titik sulit yang ada di Gunung Masurai, dimana pada titik ini kita harus menuruni jurang yang cukup terjal dengan terdapat titik yang kemiringannya hampir 90 derajat, yaitu “Tanjakan/Turunan Syaiton”. Kami berjalan dengan hati-hati saat melewati trek ini, karena sekali tergelincir , bisa jatuh ke jurang di bawahnya, untuk itu pada beberapa titik ,kami memasang tali webbing sebagai pengaman kami, yang kami gunakan sebagai pegangan tangan untuk menjaga keseimbangan agar tidak terjatuh. Untuk menuruni Danau Kumbang dari persimpangan puncak diperlukan waktu sekitar 40 menit. Akhirnya setelah melewati lintasan yang menantang dan melelahkan sejak dari desa sungai lalang, pada pukul 15:50 kami semua tiba di Danau Kumbang disambut dengan pemandangan danau yang menakjubkan.
Danau Kumbang tampak dari Puncak 1

Pesona Danau kumbang
Landscape Of Kumbang Lake


our campsite at Kumbang Lake


Danau Kumbang dengan ketinggian 2539 mdpl merupakan salah satu pesona yang menarik para petualangan untuk menjelajahi Gunung Masurai. Danau Kumbang termasuk danau yang terbentuk dari aktivitas vulkanik yang memiliki luas sekitar 2 ha. Suasana hening dan damai dapat kita rasakan disini, memandang keindahan danau yang airnya tampak berkilauan terkena sinar matahari dengan dikelilingi jajaran bukit yang mengelilingi danau. Keindahan Danau Kumbang ini tidak kalah menarik dengan Danau Gunung Tujuh di kawasan Gunung Kerinci, Danau Ranukumbolo di Gunung Semeru ataupun Danau Segara Anak di Gunung Rinjani. Danau Kumbang menurut sejarah dan cerita-cerita turun temurun penduduk setempat, konon di danau tersebut ditunggui oleh seorang kakek tua yang bernama Panglima Kumbang, yang dapat berubah wujud menjadi macan kumbang, karena itulah dinamai Danau Kumbang. Menurut cerita lain danau ini dinamai Danau Kumbang karena dahulu banyak bintik-bintik hitam di pinggir danau dan mengkilat/bersinar menyerupai kumbang. Terlepas dari cerita mana yang benar, tetapi sebagai pendaki yang baik, kita harus menjaga etika dan sopan santun , khususnya saat berada di Danau Kumbang terdapat beberapa himbauan khusus, seperti saat buang air kecil atau besar tidak di tepi danau dan menghadap ke danau, menjaga perkataan dan perbuatan serta tidak berbuat amoral. Selain itu tentunya yang harus kita perhatikan adalah menjaga kebersihan dan kelestarian alam, karena memang keindahan di kawasan danau ini masih alami dan terjaga dengan baik. Di Danau Kumbang kita tidak dapat menikmati suasana matahari terbenam karena posisi matahari terbenam berada di balik bukit belakang area camp yang tertutup hutan belantara. Namun demikian, saat matahari terbit kita akan dapat menikmati suasanya dimana dari depan kita, di ujung danau dan balik bukitny matahari pagi akan memancarkan sinarnya tepat mengarah ke danau dan area camp kita. Untuk lokasi camp di Danau Kumbang, lokasinya tidak terlalu luas, hanya dapat menampung sekitar 8-12 tenda. Sedangkan area lain sekeliling danau masih belum ada lokasi camp, dimana kondisinya masih terdapat berupa hutan belantara.  
 
Selebrasi di Danau Kumbang

Menuju Puncak Utama Masurai
Tanjakan Syaiton
trek tanjakan syaiton
Menaikin tanjakan syaiton dengan tali webbing

            Esok hari, Pukul 08:30 kami setelah bermalam di Danau Kumbang kami melanjutkan perjalanan menuju puncak utama Masurai. Pendakian dilakukan dengan kembali menuju persimpangan antara jalur utama, danau kumbang dan puncak utama. Walaupun dengan jarak yang dekat, tetapi perjalanan ke persimpangan cukup menguras energy mengingat tanjakan yang terjal , salah satunya melalui “tanjakan syaiton” itu. Sesampainya di persimpangan, kami berisitrahat sejenak dan kemudian mengatur kembali perbekalan yang akan dibawa ke puncak dan ditinggalkan untuk diambil setelah kembali dari puncak dan menuju Shelter 1. Setelah semua siap,kami pun mulai berjalan, dengan mengikuti igir-igir punggungan puncak dengan trek menanjak yang tidak terlalu terjal kemudian akan turun ke lembahan dimana terdapat Shelter 2 yang ditempuh selama 1 jam. Shelter 2 memiliki tempat yang cukup luas untuk sekitar 2-4 tenda dan terdapat sumber air kecil sehingga dapat menjadi alternative untuk tempat bermalam. Selepas Shelter 2 ,kami berpindah punggungan menuju punggungan utama puncak masurai. Tanjakan ini sangat terjal dan licin sekali jika kondisi hujan. Selain tanjakan yang terjal, kondisi jalur menuju Puncak Utama Masurai juga sempit dan banyak halang rintang berupa akar dan batang pohon yang melintang, sehingga mengharuskan kita untuk merayap, melewati lorong-lorong batang pohon dan sesekali melompati batang-batang pohon yang melintang. Pada beberapa titik lorong-lorong tersebut memiliki bentuk yang unik dan ditambah adanya lumut, sehingga menjadi pemandangan yang indah dan menarik laayakanya dalam cerita “The Hobbits”. Perjalanan menuju Puncak Utama Masurai ditempuh dengan total waktu 3 jam dari Shelter 2. Suasana Puncak Utama Masurai tidak terbuka seperti puncak pada umumnya, tetapi hanya seperti puncak bukit saja yang dikelilingi pepohonan yang cukup tinggi, walaupun begitu suasananya sangat hening dan menimbulkan kedamaian di hati. Kami pun menikmati suasana di puncak selama 30 menit, untuk berfoto, makan dan minum serta bersendau gurau, menghilangkan kepenatan setelah melewati trek yang cukup berat.
menuju puncak
melewati gorong-gorong
Selebrasi di Puncak Masurai

Setelah selesai melakukan selebrasi, kami segera berkemas untuk turun kembali menuju Shelter 1. Saat di tengah perjalanan menuju Shelter 2 , hujan turun dengan deras, sehingga cukup menyulitkan kami karena lintasan yang licin, beberapa kali diantara kami terpeleset dan jatuh saat turun. Pukul 14:00 kami sudah tiba kembali di persimpangan dan kebetulan hujan sudah berhenti, disini kami sempatkan waktu 30 menit untuk beristirahat makan siang dan packing kembali semua barang-barang. Hari semakin sore dan hujan rintik-rintik kembali turun mengiringi langkah kami melanjutkan perjalanan turun menuju Shelter 1. Walaupun perjalanan turun, tetapi rute yang kami lalui masih cukup jauh dengan waktu tempuh 4 jam, ditambah kondisi jalur yang menjadi semakin licin, karena hujan masih terus turun. Akhirnya pada pukul 19: 10 kami dengan sisa-sisa tenaga setelah melalui hari yang panjang ini, kami semua telah tiba dengan selamat dan dapat menikmati malam terakhir di Shelter 1. Beberapa porter yang telah tiba lebih dahulu telah menyiapkan tenda, minuman hangat dan makanan untuk menyambut kami. Malam ini kami menikmati kebersamaan malam terakhir di gunung dengan ditemani cuaca yang indah setelah hujan berhenti sambil menyantap makan malam dan diselingin candaan antar sesama anggota tim.
Esok hari , kami bangun dengan penuh semangat, setelah melalui pengalaman dua hari yang seru dan menyenangkan di hutan Masurai , hari ini kami akan kembali ke peradaban. Perjalanan hari ini tidak terlalu panjang dengan waktu tempuh 1,5 jam. Pukul 09:00 kami mulai berjalan turun, melewati batas-batas hutan terakhir menuju wilayah perkebunan, suasana pagi ini sangat cerah , perjalanan menjadi semakin asyik ditambah dengan suara burung dan monyet yang saling bersautan mengiringi langkah kami kembali ke desa, seperti seakan-akan menyampaikan salam perpisahan untuk kami. Semakin turun , pemandangan menjadi semakin terbuka dan tibalah kami di wilayah perkebunan penduduk tampak suasana Desa Sungai Lalang dengan Gunung Hulunilo jauh di depan sana. Perasaan kami semua senang, akhirnya pendakian kami selesai, kami pun menyempatkan waktu untuk menikmati salam perpisahan kepada Gunung Masurai dan berfoto bersama di area perkebunan penduduk. Perjalanan pendakian Gunung Masurai telah berakhir, kami tiba kembali di Desa Sungai Lalang Basecamp Masurai disambut dengan hangat oleh Keluarga Penas dengan penuh keramahan dan suguhan kopi panasnya. Sungguh sebuah pengalaman yang seru, menyenangkan dan sangat berkesan bagi kami semua, dapat menikmati sebuah tempat yang masih asri, hening dan tersembunyi dari Lembah Masurai.(RM)


Senin, 26 Desember 2016

Menapaki ”Uhuru Peak” , puncak kebebasan di Gunung Putih dari timur laut Transylvania, Mt. Kilimanjaro


Jambo,jambo,jambo !!!
Tiba di Bandara Internasional kilimanjaro

Salam penyambutan yang terdengar begitu lantang ,sapaan khas dengan bahasa Swahili menyambut kedatangan kami di Bandara Internasional Kilimanaro. Akhirnya setelah menempuh perjalanan udara sekitar 16 jam, kami tiba di tanah Afrika, di Bandara kami disambut oleh tim dari Leken Adventure yang akan memandu kami selama berkegiatan. Tak lama berselang,setelah saling berkenalan,kami langsung bergerak dengan minibus yang telah disediakan menuju kota Arusha, kota tempat kami menginap sebelum mendaki Kilimanjaro. Perjalanan menuju kota Arusha ditempuh selama 2 jam perjalanan, kita melewati padang-padang savana, sejauh mata memandang di kanan kiri jalan yang kita lewati menghampar padang savanna yang luas dan ramai oleh lalu lalang hewan ternak, sementara itu dari kejauhan tampak Gunung Kilimanaro dan Gunung Meru dengan gagahnya. Suasana peralanan layaknya suasana jalan utama trans Sumbawa di Indonesia. Setibanya di kota Arusha, kami menuju Peace Hotel, tempat kami menginap. Arusha adalah kota di  bagian utara Tanzania yang berbatasan dengan Kenya. Arusha merupakan kota  sentral yang digunakan  oleh para wisatawan, baik yang hendak mendaki Kilimanjaro atau melakukan perjalanan safari ke Serengeti. Disini , kami meggunakan waktu untuk beristirahat dan menyiapkan kebutuhan logistic tambahan, terdapat  banyak supermarket  yang dapat kita kunjungi ataupun pasar tradisional. Perlu  diketahui di Kota Arusha memiliki tingkat kriminal yang tinggi, untuk  itu  sebaiknya kita didampingi  pemandu lokal saat berkeliling di  kota Arusha, khususya pada waktu malam hari. Kendaraan yang  lalu lalang di kota  Arusha  mengingatkan  kita akan suasana kota Jakarta era 1970-1980, dimana masih  banyak kendaraaan-kendaraan klasik, khususnya untuk  kendaraan roda dua. Kota Arusha ini berada pada ketinggian 1387 m, dengan udara yang cukup sejuk di bawah kaki Gunung Meru.
 
JAMBO ! "strong climber is strong drinker"

Mengenal Kilimanjaro , gunung putih dari timur laut Transylania 
The Landscape of Uhuru Peak Mt. Kilimanjaro

Kilimanjaro berasal dari bahasa Swahili, Kilima yang berarti gunung dan Njaro yang berarti putih atau Cahaya sehingga Kilimanjaro berarti gunung putih atau gunung yang bercahaya. Dinamakan demikian karena Gunung Kilimanjaro merupakan gunung yang atapnya terdapat salju abadi, salah satu dari tiga gunung di wilayah tropis yang bersalju seperti haalnya Carstensz di Indonesia dan Cayambe di Ekuador. Selan itu menurut seeorang Kaisar Jerman, Kaiser Wihelm Spitze, Gunung Kilimanjaro disebut Gunung di Timur Laut Transylvania. Gunung Kilimanjaro merupakan gunung berapi tertinggi di dunia yang berdiri bebas, dengan ketinggian 4600 mdpl bila di ukur dari kaki gunung. Puncak Kilimanjaro adalah puncak tertinggi di benua Afrika, yang ketinggiannya mencapai 5.895 meter diatas permukaan laut. Puncak kilimanjaro juga termasuk dalam daftar Seven Summits ( tujuh puncak tertinggi di dunia yang mewakili tujuh benua). Secara administratif Kilimanjaro terletak di kota Moshi, Tanzania, Afrika Timur. Kilimanjaro memiliki luas sekitar 292 mil (756 kilometer persegi) yang termasuk dalam wilayah Kilimanjaro National Park (KINAPA), kawasan ini disahkan menjadi taman nasional sejak 1973 yang kemudian pada tahun 1987 diakui oleh PBB sebagai warisan alam dunia.
Kilimanjaro adalah gunung api strato raksasa yang sekarang tidak aktif, namun memiliki fumarol yang mengeluarkan gas di kawah yang terletak di puncak utama Kibo atau yang biasa dikenal dengan puncak Uhuru yang menurut bahasa Swahili berarti puncak kebebasaan. Orang pertama yang berhasil mencapai puncak Uhuru adalah Johannes Kinyala Lauwo dari korps pengintai angkatan darat Marangu dan ia berhasil mendakinya berulang kali sebanyak 9 kali. Sedangkan, orang asing yang pertama berhasil mencapai puncak Uhuru adalah Hans Mayer, Pendaki dari Jerman dan Ludwig Purschller pendaki dari Austria. Mereka berdua dipandu oleh Johanes Lauwo sampai ke puncak Uhuru pada 6 Oktober 1889. Kilimanjaro memiliki 3 puncak yaitu Puncak Uhuru (5.895 mdpl), Puncak Mawenzi (5.149 mdpl), Puncak Shira ( 3.962 mdpl).
Untuk Rute pendakian Gunung Kilimanjaro memiliki 7 rute pendakian yang biasa digunakan, yaitu Marangu, Rongai, Machame, Lemosho, Umbwe, Shira dan Mweka. Rute yang sering digunakan untuk pendakian antara lain Marangu , Machame dan Mweka (hanya untuk turun). Jika melalui rute Marangu, biasanya perlu 4 – 5 hari untuk mencapai puncak, dalam sepanjang rute marangu maka akan dijumpai pondok – pondok untuk para pendaki yang memiliki fasilitas untuk memasak dan mandi, bahkan ada beberapa yang dapat dialiri listrik. Tahap terakhir pendakian sebelum puncak di jalur ini adalah puncak kibo (4.700 mdpl) di jalur ini butuh waktu sekitar 7 sampai 8 jam untuk mencapai Puncak Uhuru, jalur Marangu terkenal dengan sebutan “Coca-cola route”. Untuk Jalur Machame merupakan jalur terpanjang dan terindah untuk pendakian kilimanjaro yang butuh waktu sekitar 5 – 6 hari untuk mendakinya, selain terpanjang jalur ini memiliki pemandangan yang sangat indah karena akan melewati hutan hujan tropis, kemudian hamparan tanaman lobelia (tanaman khas kilimanjaro) dan kemudian padang savana yang sangat luas. Untuk pendakian sebelum puncak, akan di mulai dari baraffu (4673 mdpl) dari sini butuh waktu sekitar 8-10 jam untuk mencapai puncak Uhuru, jalur Machame terkenal dengan sebutan “whisky route”. Untuk jalur turun Kilimanjaro memiliki jalur khusus yaitu jalur Mweka, jalur ini dikhususkan untuk turun karena yang memiliki 3 pos yaitu Milenia Camp (3790 mdpl), Mweka Hut (3.100 mdpl), dan Mweka Gate (1.700 mdpl).
Tantangan terbesar dalam pendakian gunung kilimanjaro adalah kesabaran dalam proses pendakian yang terbilang cukup panjang dan suhu ketika melakukan pendakian ke puncak Uhuru yang dapat mencapai minus 20°C sehingga dapat mengakibatkan menurunnya stamina tubuh dan penyakit ketinggian (acute mountain sickness) yang dapat menyerang para pendaki secara tiba tiba, karena dalam pendakian puncak anda akan menambah ketinggian sekitar 1.200 mdpl dalam sehari, efek yang ditimbulkan dari penyakit tersebut kepala terasa pusing, mual serta muntah, keluar cairan dari hidung serta tubuh yang terasa lemas  tak berdaya.   
Gunung Kilimanjaro saat ini sudah mulai kehilangan salju yang menyelimuti puncaknya, gletser yang menyelimuti puncak ini sejak 11.700 tahun yang lalu semakin menipis dibandingkan dengan abad lalu dan berkurang lebih dari 80% menurut penelitian Lonnie Thompson seorang Paleoklimatologis dari Ohio State University dan diperkiran saljunya akan menghilang sekitar tahun 2015 hingga 2020.  
Kilimanaro memiliki berbagai ekosistem, termasuk hutan hujan tropis, sabana, gurun, hutan pegunungan, tanaman sub alpine dan zona alpine. Kilimanaro juga memiliki berbagai macam jenis hutan yang mengoleksi sekitar 1200 spesies tanaman vascular. Hutan pegunungan ocotea berada di lereng selatan yang basah. Hutan cassipourea dan Juniperus tumbuh di lereng utara yang kering. Hutan Erica Subalpine di ketinggian 4100 mdpl mewakili hutan elevasi awan tertinggi di Afrika. Sedangkan untuk spesies yang ada diantaranya monyet, babun zaitun, musang, macan tutul, babi dan burung-burung elang Afrika yang terbang bebas di Kilimanaro.

Welcome to the Jungle
Entry Point Machame Gate

Akhirnya tiba waktu kami memulai pendakian,pagi itu 27 February 2016 suasana kota Arusha yang begitu cerah menambah semangat kami yang tak sabar untuk segera memulai pendakian, pagi hari kami berangkat dari kota Arusha menuju gerbang pendakian Machame Gate. Saya bersama rekan saya Sofyan Arief Fesa (ian), yang merupakan salah satu dari 7 Summiters Indonesia akan bertugas memandu pendakian Kilimanjaro yang beranggotakan 8 orang. Anggota tim terdiri dari 5 orang laki-laki dan 3 orang perempuan, mayoritas merupakan pendaki lawas, yang usianya tidak lagi muda namun masih memiliki semangat dan daya juang layaknya anak muda. Kami menuju Machame dengan bus yang telah disediakan, perjalanan ditempuh selama 2-3 jam, suasana sepanjang perjalanan terasa seperti suasana perjalanan menuju gunung-gunung di Pulau Jawa, kita melewati desa-desa kecil, perkebunan dan ladang penduduk.
Pukul 11:50 kami telah tiba di Machame Gate. Segera saja kami menuju sebuah pondokan yang biasa digunakan para pendaki untuk beristirahat yang berada di dekat loket pendaftaran. Disini kami akan mengurus perizinan pendakian dan makan siang terlebih dahulu sebelum memulai pendakian. Dalam pendakian ini, kami akan dipimpin oleh leader local guide yaitu Paluo Joshua, Paulo dan ian mengurus perizinan dan mengatur porter yang akan membawa barang-barang logistic pendakian, sementara saya dengan yang lain menyempatkan waktu untuk makan siang lebih dahulu. Pengelolaan disini sangat rapi dan dikelola dengan disiplin, mulai dari pengurusan administrasi, pengecekan anggota, pengecekan barang logistic,pengelolaan papan-papan informasi mengenai regulasi pendakian sampai dengan pengecekan barang yang berpotensi menjadi sampah, dalam pendakian Kilimanjaro terdapat salah satu aturan mengenai larangan membawa minuman dengan botol plastic yang dijual di pasaran(air kemasan), hanya diperbolehkan menggunakan botol minum yang dapat diisi ulang, pengecekannya pun sangat ketat, bandingkan dengan negara kita yang mana hampir sebagian besar kita lihat di beberapa gunung sampah terbanyak dihasilkan dari botol air minum kemasan. Pengaturan tata bangunan juga dikelola dengan baik dan teridentifikasi dengan jelas, bangunan kantor pengelola dipenuhi para calon pendaki yang antri dengan tertib. Fasilitas umum tertata rapi dan bersih, papan pengumuman pendakian, larangan, imbauan serta peraturan pendakian terjajar apik di papan kayu dengan ukiran tulisan yang mudah dibaca. Pukul 14:30 kami pun memulai pendakian hari pertama, dari Machame Gate dengan ketinggian 1700 mdpl menuju Machame Camp dengan ketinggian 3100 mdpl. Total jarak pendakian yang akan ditempuh hari ini adalah 8 km selama sekitar 4-6 jam perjalanan. Kita akan melalui kawasan hutan hujan tropis dengan melewati jalan berbatu dan kerikil halus, kemudian trek akan menyempit saat memasuki pintu hutan, kita terus menyusuri punggungan dengan tingkat kecuraman yang tidak terlalu tinggi.
Memasuki hutan menuju Camp 1 Machame Camp
Camp 1 Machame Camp

Memasuki hari kedua pendakian, kita akan keluar dari zona hutan huan tropis yang tertutup dan memasuki area hutan terbuka kawasan “moorland” dengan pemandangan Puncak Shira. Pendakian menuju Shira Camp melewati bentang alam berupa tumbuhan tumbuhan dataran tinggi, dengan ciri tumbuhan yang tidak begitu tinggi seperti tumbuhan cantigi. Tumpukan bebatuan besarpun menghiasi perjanan di pendakian kedua ini menuju Shira Camp. Perjalanan hari ini akan ditempuh dengan jarak 10 km selama 5-6 jam perjalanan. Shira Camp berada pada ketinggian 3800 mdpl. Kami berangkat dari Machame Camp pukul 08:30 dan tiba di Shira Camp pukul 14:45. Setibanya di Shira Camp, kami segera masuk ke tenda makan untuk melakukan santap makan siang. Sore harinya kami melakukan aklimatisasi dengan berjalan keliling area Shira Cave dengan menambah ketinggian 200 mdpl, hal ini penting untuk kita lakukan agar esok hari tubuh kita lebih siap dengan kondisi ketinggian karena akan memasuki zona high altitude (>4000 mdpl). Setelah selesai aklimatisasi begitu tiba kembali di Shira Camp, kami disambut oleh para guide lokal dan porter yang semuanya berjumlah 37 orang yang sudah berkumpul bersama membentuk lingkaran besar, kami segera diajak bergabung bersama mereka, tak disangka mereka kemudian mengajak kami untuk bernyanyi dan menari bersama, kami semua pun mengikuti nyanyian dan tarian yang mereka bawakan, sungguh terhibur sekali kami mendapatkan sambutan yang luar biasa ini. Memang, saat mendaki Kilimanjaro, para guide dan porter biasa memberikan selebrasi dan tarian khas Kilimanjaro yang digunakan untuk salam penyembutan, perkenalan dan hadiah saat setelah mencapai Puncak Kilimanjaro. Setelah selesai bernyanyi dan menari, kami semua saling berkenalan satu sama lain dan berfoto bersama.
Siap berangkat menuju Shira Camp

Moorland 

salah satu titik terjal menuju Shira Camp

Memasuki Shira Cave


Ice Breaking Big Group " Hakuna matata"

Camp 2 Shira Camp

Di hari ketiga tantangan semakin berat, hari ini kami akan bergerak dari Shira Camp di ketinggian 3800 mdpl sampai ke Lava Tower dengan ketinggian 4600 mdpl, kemudian akan turun kembali ke ketinggian 3900 mdpl di Baranco Camp. Hal ini kami lakukan sebagai bagian dari proses aklimatisasi agar tubuh dapat menyesuaikan dengan kondisi ketinggian, sebagaimana prinsip yang ada “Climb High, Sleep Low”, kita naik ke ketempat yang lebih tinggi kemudian bermalam dan tidur di tempat yang lebih rendah. Hari ini kami mulai memasuki medan berpasir, kerikil dan akan melewati celah-celah diantara batu-batu besar. Terik matahari begitu terasa siang hari ini, panas menyengat tubuh kita, namun sesekali cuaca bisa berubah menjadi berkabut dan angin yang berhembus kencang, kita harus tetap berhati-hati berjalan menjaga kondisi tubuh agar tetap fit, belum lagi gejala-gejala penyakit ketinggian yang mulai terasa seperti pusing dan mual-mual. Kami berjalan dengan ritme yang stabil dan pelan sebagai proses aklimatisasi dengan ketinggian. Sepanjang perjalanan hari ini kami mulai melihat Kubah Masif Kilimanjaro, dengan pucuk putihnya yang nampak bercahaya, rasa lelah pun tergantikan dengan melihat pemandangan indah ini dan Puncak Kilimanjaro semakin dekat. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 6 jam perjalanan yang cukup melelahkan, kami akhirnya tiba di Lava Tower untuk istirahat makan siang memulihkan kondisi sebelum melanjutkan perjalanan menuju Baranco Camp. Perjalanan menuju Baranco Camp tidak terlalu berat, kami hanya jalan menurun menuju lembah,namun harus tetap fokus dan berhati-hati, karena jalur yang curam dan banyak bebatuan lepas. Sore hari kabut dan hujan rintik-rintik turun menemani perjalanan kita, jalur pendakian menjadi licin, kami terus berpacu agar sebelum gelap bisa tiba di Camp. Akhirnya pukul 18:30 seluruh anggota tim telah tiba di Baranco Camp bersamaan dengan akan terbenamnya matahari.                                                                                                                   
Menuju Lava Tower

                                                                      
Lava Tower 4600m, titik tertinggi aklimatisasi
                
            Pendakian hari keempat kami melewati jalur yang cukup berat namun tidak panjang seperti hari sebelumnya. Hari ini kami melewati Baranco Wall, sebuah tebing yang gagah berdiri di sudut lembah Baranco, untuk melewati jalur ini tidak memerlukan pengaman tali, hanya kita perlu berhati-hati melewatinya dan beberapa titik akan melakukan scrambling (teknik pendakian dimana kita tidak hanya menggunakan kaki untuk menambah ketinggian, tetapi juga akan menggunakan pegangan-pegangan tangan dengan batu atau batang-batang pohon untuk keseimbangan. Setelah sampai di puncak Baranco Wall kita akan naik turun 3 bukit dan lembah lagi untuk tiba di Karanga Valley dengan ketinggian 4050. Perjalanan hari ini kami tempuh selama 5 jam. Sore hari kami sudah tiba di Camp, kami isi aktivitas dengan berjalan-jalan di sekitar camp untuk aklimatisasi.
Menuju Baranco wall

Scrambling melewati Baranco Wall

            Memasuki hari kelima pendakian, kami menuju Camp terakhir sebelum menuju puncak, Barafu Camp 4673 mdpl. Jalur pendakian tidak terlalu panjang, namun terus menanjak, diperlukan kesabaran melewati jalur ini dalam perjalanan yang ditempuh selama 5 jam. Sore hari di Barafu Camp, jadwal kami semula adalah melakukan aklimatisasi menambah ketinggian sampai 200 mdpl, namun sore itu cuaca berkabut dan turun hujan es, sehingga demi menjaga kondisi agar tetap sehat kami memutuskan untuk beristirahat dan bercengkerama di tenda makan dan tidak jadi melakukan aklimatisasi dengan naik ke tempat yang lebih tinggi. Pukul 20:00 kami sudah beristirahat tidur untuk persiapan karena dinihari nanti akan mulai perjalanan menuju puncak.
view point menuju Barafu
Porter melewati Lintasan Karanga Valley-Barafu


Melakukan registrasi wajib dilakukan setibanya di setiap Camp

Barafu Camp  4673 , Camp terakhir sebelum ke puncak



Summit Attack !!!
Menuju Puncak

            Hari yang ditunggu-tunggu tiba, pukul 23:00 kami sudah bangun untuk mempersiapkan diri berjalan menuju puncak Kilimanjaro. Kami segera berganti pakaian yang akan digunakan untuk summit attack, setelah siap kami berkumpul di tenda makan, untuk menyantap makanan dan minuman hangat terlebih dahulu. Cuaca malam ini begitu cerah, bintang-bintang berhamburan di langit dengan gemerlap cahayanya, kami awali perjalanan menuju puncak dengan berdoa kepada Yang Maha Kuasa semoga perjalanan berjalan dengan lancar dan aman. Pukul 00:20 kami mulai bergerak dari Barafu Camp, Paulo Joshua, guide lokal kami memimpin di depan, semua berjalan bersama beriringin menjadi satu rombongan. Di tengah dingin yang menusuk sampai ke tulang dan angina yang berhembus kencang kami terus melangkah perlahan menuju puncak, setiap satu jam sekali kami beristirahat untuk mengatur nafas, minum dan makan beberapa snack untuk menambah kalori. Semakin menjelang pagi hari angin berhembus semakin kencang, sedikit saja berhenti, dinginnya begitu terasa, seakan menghadang perjalanan kami dan dalam perjalanan menuju puncak ini, dua orang anggota terhenti di ketinggian 5200 mdpl dan 5600 mdpl dikarenakan stamina dan kesehatan yang menurun, demi alasan keselamatan 2 orang tersebut diputuskan untuk turun kembali ke Barafu Camp. Kemudian, anggota tim yang lain terus melanjutkan perjalanan,kami berjalan pelan-pelan dengan penuh kesabaran, setelah berjuang melawan dingin dan angin, cahaya kehangatan yang kami tunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Dari kejauhan kami mulai melihat matahari terbit muncul dengan indahnya dibalik Puncak Hans Meyer (5149 mdpl), puncak tertinggi Gunung Mawenzi, kesempatan ini kami gunakan untuk berisitirahat sejenak sambil mengabadikan moment indah ini. 
Sunrise point Puncak Hans Meyer
Stella Point
Summit ridge


       Selepas beristirahat sejenak, kami melanjutkan perjalanan kembali berjalan terus semakin curam dengan jalur yang berpasir seperti kita mendaki gunung Semeru atau Rinjani, sampai akhirnya tiba di bibir kawah Kibo, Stella Point dengan ketinggian 5756 mdpl.  Disini puncak uhuru telah nampak terlihat di ujung bibir kawah, kita hanya tinggal perlu berjalan menyusuri punggungan yang tidak terlalu curam namun cukup panjang, yang diperlukan waktu sekitar satu jam dari Stella Point menuju Uhuru Peak. Ditengah terik matahari yang semakin menyengat, udara semakin tipis dan angin yang berhembus kencang, kami terus berjalan tanpa pernah menyerah, walaupun rasanya tenaga ini seperti mau habis, sampai kemudian Uhuru Peak tampak sudah semakin dekat di depan mata kami, rasanya seperti ada tenaga tambahan untuk segera menapaki titik tertingginya, akhirnya tepat pada pukul 10:25 kami tiba di titik tertinggi benua Afrika, Uhuru Peak 5895 mdpl, rasa senang dan haru menyelimuti kami semua, kami saling berpelukan, bersalaman dan kemudian dengan senyum penuh kegembiraan kami berfoto bersama. Seperti sebutannya Uhuru Peak yang berarti Puncak Kebebasan, kami benar-benar merasakan suasana “kebebasan” saat berada di titik tertinggi benua Afrika, pemandangan indah bisa kita saksikan disini, hamparan glacier yang menyelimuti area sekitar puncak dan kawah Kibo tampak berkilauan cahaya-cahaya putih, hilang sudah rasa lelah yang kami alami sepanjang pendakian. 
Puncak Uhuru

        Sekitar 20 menit kami seleberasi di puncak , kami melanjutkan perjalanan turun kembali ke Barafu Camp. Walaupun dalam perjalanan turun, bukan berarti tantangan telah selesai, karena perjalanan turun juga menguras energy yang besar dan diperlukan kehati-hatian, fokus, menuruni jalur-jalur berbatu dan berpasir. Siang hari kami baru melihat bahwa jalur yang kami lalui dinihari tadi begitu curam dan jauh, tak terbayang rasanya kami telah melewatinya dinihari tadi. Dalam suasana yang sudah dalam kondisi kelelahan ini,beberapa anggota kami sudah mulai terkena halusinasi-halusinasi, rasanya tak sabar ingin segera beristirahat, melepas lelah di tenda dan segera menikmati hidangan yang nikmat. Disinilah diperlukan untuk kita tetap fokus dan saling menjaga satu sama lain sepanjang perjalanan turun. Menjelang sore hari kami sudah tiba kembali di Barafu Camp, segera saja kami beristirahat dan menyantap makan siang, untuk memulihkan kondisi setelah menempuh perjalanan panjang sekitar 15 jam naik turun dari Barafu menuju Uhuru Peak sampai turun kembali ke Barafu. Di Barafu kami beristirahat sekitar 2 jam untuk kemudian melanjutkan perjalanan turun lebih rendah lagi menuju Millenia Camp di jalur Mweka. Jalur Mweka adalah jalur yang digunakan khusus untuk turun, hanya diperlukan 2 hari untuk kita tiba di desa kembali. Perjalanan dari Barafu Camp menuju Milenia Camp diperlukan waktu 3 jam, sehingga di hari ini kami harus melalui perjalanan di malam hari, walaupun dalam kondisi yang belum terlalu fit setelah dari puncak namun sesuai perencanaan yang ada memang pilihan lebih baik adalah segera turun, agar nanti kita dapat istirahat yang maksimal di Millenia dan esok harinya perjalanan kita menuju Mweka Gate lebih singkat dan lebih nyaman. Pukul 22:00 semua anggota tim telah tiba di Millenia Camp, di tengah kelelahan yang kami alami, tiba-tiba setelah semua sampai di Millenia, kami mendapatkan kejutan sebuah kue tart sebagai ucapan selamat karena kami telah berhasil mencapai puncak Kilimanjaro. Kami pun segera menyantap makan malam dan kue tart tersebut. Kemudian setelah makan malam kami bersih-bersih dan bersiap untuk tidur, malam ini kami bisa tidur dengan nyenyak diliputi penuh rasa kegembiraan setelah melewati hari-hari yang melelahkan.
Millenia Camp


            Hari terakhir pendakian, Perjalanan turun dari Millenia Camp menuju Mweka Gate akan melewati jalur hutan hujan tropis, dengan waktu tempuh perjalanan dselama 5 jam.  Kami bangun dengan begitu antusias, suasana kegembiraan meliputi kami, kerinduaan akan suasana kota dan menghubungi orang-orang tercinta di tanah air begitu tinggi untuk dapat berbagi cerita bahagia ini. Kami sempatkan pagi hari ini untuk berfoto-foto, bercengkerama, saling menceritakan kembali kisah-kisah pendakian kemarin yang kadang membuat kami tertawa geli mengingat kejadian-kejadian penuh perjuangan menapaki puncak tertinggi benua Afrika ini. 
(RM,Kilimanjaro 28 Feb - 9 Maret 2016)
Exit Point Mweka Gate