Jambo,jambo,jambo !!!
|
Tiba di Bandara Internasional kilimanjaro |
Salam
penyambutan yang terdengar begitu lantang ,sapaan khas dengan bahasa Swahili
menyambut kedatangan kami di Bandara Internasional Kilimanaro. Akhirnya setelah
menempuh perjalanan udara sekitar 16 jam, kami tiba di tanah Afrika, di Bandara
kami disambut oleh tim dari Leken Adventure yang akan memandu kami selama
berkegiatan. Tak lama berselang,setelah saling berkenalan,kami langsung
bergerak dengan minibus yang telah disediakan menuju kota Arusha, kota tempat
kami menginap sebelum mendaki Kilimanjaro. Perjalanan menuju kota Arusha
ditempuh selama 2 jam perjalanan, kita melewati padang-padang savana, sejauh
mata memandang di kanan kiri jalan yang kita lewati menghampar padang savanna yang
luas dan ramai oleh lalu lalang hewan ternak, sementara itu dari kejauhan
tampak Gunung Kilimanaro dan Gunung Meru dengan gagahnya. Suasana peralanan
layaknya suasana jalan utama trans Sumbawa di Indonesia. Setibanya di kota
Arusha, kami menuju Peace Hotel, tempat kami menginap. Arusha adalah kota
di bagian utara Tanzania yang berbatasan
dengan Kenya. Arusha merupakan kota
sentral yang digunakan oleh para
wisatawan, baik yang hendak mendaki Kilimanjaro atau melakukan perjalanan
safari ke Serengeti. Disini , kami meggunakan waktu untuk beristirahat dan menyiapkan
kebutuhan logistic tambahan, terdapat
banyak supermarket yang dapat
kita kunjungi ataupun pasar tradisional. Perlu
diketahui di Kota Arusha memiliki tingkat kriminal yang tinggi,
untuk itu sebaiknya kita didampingi pemandu lokal saat berkeliling di kota Arusha, khususya pada waktu malam hari.
Kendaraan yang lalu lalang di kota Arusha
mengingatkan kita akan suasana
kota Jakarta era 1970-1980, dimana masih
banyak kendaraaan-kendaraan klasik, khususnya untuk kendaraan roda dua. Kota Arusha ini berada
pada ketinggian 1387 m, dengan udara yang cukup sejuk di bawah kaki Gunung
Meru.
|
JAMBO ! "strong climber is strong drinker" |
Mengenal Kilimanjaro , gunung putih dari timur
laut Transylania
|
The Landscape of Uhuru Peak Mt. Kilimanjaro |
Kilimanjaro berasal dari bahasa Swahili, Kilima yang berarti gunung
dan Njaro yang berarti putih atau Cahaya sehingga Kilimanjaro berarti gunung putih atau gunung
yang bercahaya. Dinamakan demikian karena Gunung Kilimanjaro merupakan gunung
yang atapnya terdapat salju abadi, salah satu dari tiga gunung di wilayah
tropis yang bersalju seperti haalnya Carstensz di Indonesia dan Cayambe di
Ekuador. Selan itu menurut seeorang Kaisar
Jerman, Kaiser Wihelm
Spitze, Gunung Kilimanjaro disebut Gunung di
Timur Laut Transylvania. Gunung Kilimanjaro merupakan gunung berapi
tertinggi di dunia yang
berdiri bebas, dengan ketinggian 4600 mdpl bila di ukur dari kaki gunung.
Puncak Kilimanjaro adalah puncak tertinggi di benua Afrika, yang ketinggiannya
mencapai 5.895 meter diatas permukaan laut. Puncak kilimanjaro juga termasuk
dalam daftar Seven
Summits ( tujuh puncak tertinggi di dunia yang
mewakili tujuh benua). Secara administratif Kilimanjaro terletak di kota Moshi, Tanzania,
Afrika Timur. Kilimanjaro memiliki luas sekitar 292 mil (756 kilometer persegi)
yang termasuk dalam wilayah Kilimanjaro National Park (KINAPA), kawasan ini disahkan
menjadi taman nasional sejak 1973 yang kemudian pada tahun 1987 diakui oleh PBB
sebagai warisan alam dunia.
Kilimanjaro adalah gunung api strato raksasa
yang sekarang tidak aktif, namun memiliki fumarol yang mengeluarkan gas di
kawah yang terletak di puncak utama Kibo atau yang biasa dikenal dengan puncak
Uhuru yang menurut bahasa Swahili berarti
puncak kebebasaan. Orang
pertama yang berhasil mencapai puncak Uhuru adalah Johannes
Kinyala Lauwo dari korps pengintai angkatan darat Marangu dan ia berhasil mendakinya berulang kali sebanyak 9
kali. Sedangkan, orang asing yang pertama berhasil mencapai
puncak Uhuru adalah Hans Mayer, Pendaki dari Jerman dan Ludwig Purschller
pendaki dari Austria. Mereka berdua dipandu oleh Johanes Lauwo sampai ke puncak
Uhuru pada 6 Oktober 1889. Kilimanjaro
memiliki 3 puncak yaitu Puncak Uhuru (5.895 mdpl), Puncak Mawenzi (5.149 mdpl),
Puncak Shira ( 3.962 mdpl).
Untuk Rute pendakian Gunung Kilimanjaro
memiliki 7 rute pendakian yang biasa digunakan, yaitu Marangu, Rongai,
Machame, Lemosho, Umbwe, Shira dan Mweka. Rute yang sering digunakan untuk pendakian
antara lain Marangu , Machame dan Mweka (hanya
untuk turun). Jika melalui rute Marangu, biasanya perlu 4 –
5 hari untuk mencapai puncak, dalam sepanjang rute marangu maka akan dijumpai
pondok – pondok untuk para pendaki yang memiliki fasilitas untuk memasak dan
mandi, bahkan ada beberapa yang dapat dialiri listrik. Tahap terakhir pendakian
sebelum puncak di jalur ini adalah puncak kibo (4.700 mdpl) di jalur ini butuh
waktu sekitar 7 sampai 8 jam untuk mencapai Puncak Uhuru, jalur Marangu
terkenal dengan sebutan “Coca-cola route”. Untuk Jalur Machame merupakan jalur
terpanjang dan terindah untuk pendakian kilimanjaro yang butuh waktu sekitar 5 – 6 hari untuk mendakinya, selain terpanjang
jalur ini memiliki pemandangan yang sangat indah karena akan melewati hutan
hujan tropis, kemudian hamparan tanaman lobelia (tanaman khas kilimanjaro) dan
kemudian padang savana yang sangat luas. Untuk pendakian sebelum puncak, akan
di mulai dari baraffu (4673 mdpl) dari sini
butuh waktu sekitar 8-10 jam untuk
mencapai puncak Uhuru, jalur Machame terkenal dengan sebutan “whisky route”.
Untuk jalur turun Kilimanjaro memiliki jalur khusus yaitu jalur Mweka, jalur
ini dikhususkan untuk turun karena yang
memiliki 3 pos yaitu Milenia Camp (3790
mdpl), Mweka Hut (3.100 mdpl), dan Mweka Gate (1.700 mdpl).
Tantangan terbesar dalam pendakian gunung
kilimanjaro adalah kesabaran dalam proses pendakian yang terbilang cukup panjang
dan suhu ketika melakukan pendakian ke puncak Uhuru yang dapat mencapai minus 20°C sehingga
dapat mengakibatkan menurunnya stamina tubuh dan penyakit ketinggian (acute mountain sickness)
yang dapat menyerang para pendaki secara tiba tiba, karena dalam pendakian
puncak anda akan menambah ketinggian sekitar 1.200
mdpl dalam sehari, efek yang ditimbulkan dari penyakit tersebut kepala terasa
pusing, mual serta muntah, keluar cairan
dari hidung serta tubuh
yang terasa lemas tak berdaya.
Gunung Kilimanjaro saat ini sudah mulai
kehilangan salju yang menyelimuti puncaknya, gletser yang menyelimuti puncak
ini sejak 11.700 tahun yang lalu semakin menipis dibandingkan dengan abad lalu
dan berkurang lebih dari 80% menurut penelitian Lonnie Thompson seorang
Paleoklimatologis dari Ohio State University dan diperkiran saljunya akan
menghilang sekitar tahun 2015 hingga 2020.
Kilimanaro memiliki berbagai ekosistem, termasuk
hutan hujan tropis, sabana, gurun, hutan pegunungan, tanaman sub alpine dan zona
alpine. Kilimanaro juga memiliki berbagai macam jenis hutan yang mengoleksi
sekitar 1200 spesies tanaman vascular. Hutan pegunungan ocotea berada di lereng
selatan yang basah. Hutan cassipourea dan Juniperus tumbuh di lereng utara yang
kering. Hutan Erica Subalpine di ketinggian 4100 mdpl mewakili hutan elevasi
awan tertinggi di Afrika. Sedangkan untuk spesies yang ada diantaranya monyet,
babun zaitun, musang, macan tutul, babi dan burung-burung elang Afrika yang
terbang bebas di Kilimanaro.
Welcome to the Jungle
|
Entry Point Machame Gate |
Akhirnya
tiba waktu kami memulai pendakian,pagi itu 27 February 2016 suasana kota Arusha
yang begitu cerah menambah semangat kami yang tak sabar untuk segera memulai
pendakian, pagi hari kami berangkat dari kota Arusha menuju gerbang pendakian Machame
Gate. Saya bersama rekan saya Sofyan Arief Fesa (ian), yang merupakan salah
satu dari 7 Summiters Indonesia akan bertugas memandu pendakian Kilimanjaro
yang beranggotakan 8 orang. Anggota tim terdiri dari 5 orang laki-laki dan 3
orang perempuan, mayoritas merupakan pendaki lawas, yang usianya tidak lagi
muda namun masih memiliki semangat dan daya juang layaknya anak muda. Kami
menuju Machame dengan bus yang telah disediakan, perjalanan ditempuh selama 2-3
jam, suasana sepanjang perjalanan terasa seperti suasana perjalanan menuju
gunung-gunung di Pulau Jawa, kita melewati desa-desa kecil, perkebunan dan ladang
penduduk.
Pukul
11:50 kami telah tiba di Machame Gate. Segera saja kami menuju sebuah pondokan
yang biasa digunakan para pendaki untuk beristirahat yang berada di dekat loket
pendaftaran. Disini kami akan mengurus perizinan pendakian dan makan siang
terlebih dahulu sebelum memulai pendakian. Dalam pendakian ini, kami akan
dipimpin oleh leader local guide yaitu Paluo Joshua, Paulo dan ian mengurus
perizinan dan mengatur porter yang akan membawa barang-barang logistic
pendakian, sementara saya dengan yang lain menyempatkan waktu untuk makan siang
lebih dahulu. Pengelolaan disini sangat rapi dan dikelola dengan disiplin,
mulai dari pengurusan administrasi, pengecekan anggota, pengecekan barang
logistic,pengelolaan papan-papan informasi mengenai regulasi pendakian sampai
dengan pengecekan barang yang berpotensi menjadi sampah, dalam pendakian
Kilimanjaro terdapat salah satu aturan mengenai larangan membawa minuman dengan
botol plastic yang dijual di pasaran(air kemasan), hanya diperbolehkan
menggunakan botol minum yang dapat diisi ulang, pengecekannya pun sangat ketat,
bandingkan dengan negara kita yang mana hampir sebagian besar kita lihat di
beberapa gunung sampah terbanyak dihasilkan dari botol air minum kemasan. Pengaturan
tata bangunan juga dikelola dengan baik dan teridentifikasi dengan jelas, bangunan
kantor pengelola dipenuhi para calon pendaki yang antri dengan tertib.
Fasilitas umum tertata rapi dan bersih, papan pengumuman pendakian, larangan,
imbauan serta peraturan pendakian terjajar apik di papan kayu dengan ukiran
tulisan yang mudah dibaca. Pukul 14:30 kami pun memulai pendakian hari pertama,
dari Machame Gate dengan ketinggian 1700 mdpl menuju Machame Camp dengan
ketinggian 3100 mdpl. Total jarak pendakian yang akan ditempuh hari ini adalah
8 km selama sekitar 4-6 jam perjalanan. Kita akan melalui kawasan hutan hujan
tropis dengan melewati jalan berbatu dan kerikil halus, kemudian trek akan
menyempit saat memasuki pintu hutan, kita terus menyusuri punggungan dengan
tingkat kecuraman yang tidak terlalu tinggi.
|
Memasuki hutan menuju Camp 1 Machame Camp |
|
Camp 1 Machame Camp |
Memasuki
hari kedua pendakian, kita akan keluar dari zona hutan huan tropis yang
tertutup dan memasuki area hutan terbuka kawasan “moorland” dengan pemandangan Puncak Shira. Pendakian menuju Shira
Camp melewati bentang alam berupa tumbuhan tumbuhan dataran tinggi, dengan ciri
tumbuhan yang tidak begitu tinggi seperti tumbuhan cantigi. Tumpukan bebatuan
besarpun menghiasi perjanan di pendakian kedua ini menuju Shira Camp.
Perjalanan hari ini akan ditempuh dengan jarak 10 km selama 5-6 jam perjalanan.
Shira Camp berada pada ketinggian 3800 mdpl. Kami berangkat dari Machame Camp
pukul 08:30 dan tiba di Shira Camp pukul 14:45. Setibanya di Shira Camp, kami
segera masuk ke tenda makan untuk melakukan santap makan siang. Sore harinya
kami melakukan aklimatisasi dengan berjalan keliling area Shira Cave dengan
menambah ketinggian 200 mdpl, hal ini penting untuk kita lakukan agar esok hari
tubuh kita lebih siap dengan kondisi ketinggian karena akan memasuki zona high
altitude (>4000 mdpl). Setelah selesai aklimatisasi begitu tiba kembali di
Shira Camp, kami disambut oleh para guide lokal dan porter yang semuanya
berjumlah 37 orang yang sudah berkumpul bersama membentuk lingkaran besar, kami
segera diajak bergabung bersama mereka, tak disangka mereka kemudian mengajak
kami untuk bernyanyi dan menari bersama, kami semua pun mengikuti nyanyian dan
tarian yang mereka bawakan, sungguh terhibur sekali kami mendapatkan sambutan
yang luar biasa ini. Memang, saat mendaki Kilimanjaro, para guide dan porter
biasa memberikan selebrasi dan tarian khas Kilimanjaro yang digunakan untuk
salam penyembutan, perkenalan dan hadiah saat setelah mencapai Puncak Kilimanjaro.
Setelah selesai bernyanyi dan menari, kami semua saling berkenalan satu sama
lain dan berfoto bersama.
|
Siap berangkat menuju Shira Camp |
|
Moorland |
|
salah satu titik terjal menuju Shira Camp |
|
Memasuki Shira Cave |
|
Ice Breaking Big Group " Hakuna matata" |
|
Camp 2 Shira Camp |
Di
hari ketiga tantangan semakin berat, hari ini kami akan bergerak dari Shira
Camp di ketinggian 3800 mdpl sampai ke Lava Tower dengan ketinggian 4600 mdpl,
kemudian akan turun kembali ke ketinggian 3900 mdpl di Baranco Camp. Hal ini
kami lakukan sebagai bagian dari proses aklimatisasi agar tubuh dapat menyesuaikan
dengan kondisi ketinggian, sebagaimana prinsip yang ada “Climb High, Sleep Low”, kita naik ke ketempat yang lebih tinggi
kemudian bermalam dan tidur di tempat yang lebih rendah. Hari ini kami mulai
memasuki medan berpasir, kerikil dan akan melewati celah-celah diantara
batu-batu besar. Terik matahari begitu terasa siang hari ini, panas menyengat
tubuh kita, namun sesekali cuaca bisa berubah menjadi berkabut dan angin yang
berhembus kencang, kita harus tetap berhati-hati berjalan menjaga kondisi tubuh
agar tetap fit, belum lagi gejala-gejala penyakit ketinggian yang mulai terasa
seperti pusing dan mual-mual. Kami berjalan dengan ritme yang stabil dan pelan
sebagai proses aklimatisasi dengan ketinggian. Sepanjang perjalanan hari ini
kami mulai melihat Kubah Masif Kilimanjaro, dengan pucuk putihnya yang nampak
bercahaya, rasa lelah pun tergantikan dengan melihat pemandangan indah ini dan
Puncak Kilimanjaro semakin dekat. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 6
jam perjalanan yang cukup melelahkan, kami akhirnya tiba di Lava Tower untuk
istirahat makan siang memulihkan kondisi sebelum melanjutkan perjalanan menuju
Baranco Camp. Perjalanan menuju Baranco Camp tidak terlalu berat, kami hanya
jalan menurun menuju lembah,namun harus tetap fokus dan berhati-hati, karena
jalur yang curam dan banyak bebatuan lepas. Sore hari kabut dan hujan rintik-rintik
turun menemani perjalanan kita, jalur pendakian menjadi licin, kami terus
berpacu agar sebelum gelap bisa tiba di Camp. Akhirnya pukul 18:30 seluruh
anggota tim telah tiba di Baranco Camp bersamaan dengan akan terbenamnya
matahari.
|
Menuju Lava Tower |
|
Lava Tower 4600m, titik tertinggi aklimatisasi |
Pendakian hari keempat kami melewati
jalur yang cukup berat namun tidak panjang seperti hari sebelumnya. Hari ini
kami melewati Baranco Wall, sebuah tebing yang gagah berdiri di sudut lembah
Baranco, untuk melewati jalur ini tidak memerlukan pengaman tali, hanya kita
perlu berhati-hati melewatinya dan beberapa titik akan melakukan scrambling (teknik pendakian dimana kita
tidak hanya menggunakan kaki untuk menambah ketinggian, tetapi juga akan
menggunakan pegangan-pegangan tangan dengan batu atau batang-batang pohon untuk
keseimbangan. Setelah sampai di puncak Baranco Wall kita akan naik turun 3
bukit dan lembah lagi untuk tiba di Karanga Valley dengan ketinggian 4050.
Perjalanan hari ini kami tempuh selama 5 jam. Sore hari kami sudah tiba di
Camp, kami isi aktivitas dengan berjalan-jalan di sekitar camp untuk
aklimatisasi.
|
Menuju Baranco wall |
|
Scrambling melewati Baranco Wall |
Memasuki hari kelima pendakian, kami
menuju Camp terakhir sebelum menuju puncak, Barafu Camp 4673 mdpl. Jalur
pendakian tidak terlalu panjang, namun terus menanjak, diperlukan kesabaran
melewati jalur ini dalam perjalanan yang ditempuh selama 5 jam. Sore hari di
Barafu Camp, jadwal kami semula adalah melakukan aklimatisasi menambah
ketinggian sampai 200 mdpl, namun sore itu cuaca berkabut dan turun hujan es,
sehingga demi menjaga kondisi agar tetap sehat kami memutuskan untuk
beristirahat dan bercengkerama di tenda makan dan tidak jadi melakukan
aklimatisasi dengan naik ke tempat yang lebih tinggi. Pukul 20:00 kami sudah
beristirahat tidur untuk persiapan karena dinihari nanti akan mulai perjalanan
menuju puncak.
|
view point menuju Barafu |
|
Porter melewati Lintasan Karanga Valley-Barafu |
|
Melakukan registrasi wajib dilakukan setibanya di setiap Camp |
|
Barafu Camp 4673 , Camp terakhir sebelum ke puncak |
Summit Attack !!!
|
Menuju Puncak |
Hari yang ditunggu-tunggu tiba,
pukul 23:00 kami sudah bangun untuk mempersiapkan diri berjalan menuju puncak
Kilimanjaro. Kami segera berganti pakaian yang akan digunakan untuk summit
attack, setelah siap kami berkumpul di tenda makan, untuk menyantap makanan dan
minuman hangat terlebih dahulu. Cuaca malam ini begitu cerah, bintang-bintang
berhamburan di langit dengan gemerlap cahayanya, kami awali perjalanan menuju
puncak dengan berdoa kepada Yang Maha Kuasa semoga perjalanan berjalan dengan
lancar dan aman. Pukul 00:20 kami mulai bergerak dari Barafu Camp, Paulo
Joshua, guide lokal kami memimpin di depan, semua berjalan bersama beriringin
menjadi satu rombongan. Di tengah dingin yang menusuk sampai ke tulang dan
angina yang berhembus kencang kami terus melangkah perlahan menuju puncak,
setiap satu jam sekali kami beristirahat untuk mengatur nafas, minum dan makan
beberapa snack untuk menambah kalori. Semakin menjelang pagi hari angin
berhembus semakin kencang, sedikit saja berhenti, dinginnya begitu terasa, seakan
menghadang perjalanan kami dan dalam perjalanan menuju puncak ini, dua orang
anggota terhenti di ketinggian 5200 mdpl dan 5600 mdpl dikarenakan stamina dan
kesehatan yang menurun, demi alasan keselamatan 2 orang tersebut diputuskan
untuk turun kembali ke Barafu Camp. Kemudian, anggota tim yang lain terus
melanjutkan perjalanan,kami berjalan pelan-pelan dengan penuh kesabaran,
setelah berjuang melawan dingin dan angin, cahaya kehangatan yang kami
tunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Dari kejauhan kami mulai melihat matahari
terbit muncul dengan indahnya dibalik Puncak Hans Meyer (5149 mdpl), puncak
tertinggi Gunung Mawenzi, kesempatan ini kami gunakan untuk berisitirahat
sejenak sambil mengabadikan moment indah ini.
|
Sunrise point Puncak Hans Meyer |
|
Stella Point |
|
Summit ridge |
Selepas beristirahat sejenak,
kami melanjutkan perjalanan kembali berjalan terus semakin curam dengan jalur
yang berpasir seperti kita mendaki gunung Semeru atau Rinjani, sampai akhirnya
tiba di bibir kawah Kibo, Stella Point dengan ketinggian 5756 mdpl. Disini puncak uhuru telah nampak terlihat di
ujung bibir kawah, kita hanya tinggal perlu berjalan menyusuri punggungan yang
tidak terlalu curam namun cukup panjang, yang diperlukan waktu sekitar satu jam
dari Stella Point menuju Uhuru Peak. Ditengah terik matahari yang semakin
menyengat, udara semakin tipis dan angin yang berhembus kencang, kami terus
berjalan tanpa pernah menyerah, walaupun rasanya tenaga ini seperti mau habis,
sampai kemudian Uhuru Peak tampak sudah semakin dekat di depan mata kami,
rasanya seperti ada tenaga tambahan untuk segera menapaki titik tertingginya,
akhirnya tepat pada pukul 10:25 kami tiba di titik tertinggi benua Afrika,
Uhuru Peak 5895 mdpl, rasa senang dan haru menyelimuti kami semua, kami saling
berpelukan, bersalaman dan kemudian dengan senyum penuh kegembiraan kami
berfoto bersama. Seperti sebutannya Uhuru Peak yang berarti Puncak Kebebasan,
kami benar-benar merasakan suasana “kebebasan” saat berada di titik tertinggi
benua Afrika, pemandangan indah bisa kita saksikan disini, hamparan glacier
yang menyelimuti area sekitar puncak dan kawah Kibo tampak berkilauan
cahaya-cahaya putih, hilang sudah rasa lelah yang kami alami sepanjang
pendakian.
|
Puncak Uhuru
|
Sekitar 20 menit kami seleberasi di puncak , kami melanjutkan
perjalanan turun kembali ke Barafu Camp. Walaupun dalam perjalanan turun, bukan
berarti tantangan telah selesai, karena perjalanan turun juga menguras energy
yang besar dan diperlukan kehati-hatian, fokus, menuruni jalur-jalur berbatu
dan berpasir. Siang hari kami baru melihat bahwa jalur yang kami lalui dinihari
tadi begitu curam dan jauh, tak terbayang rasanya kami telah melewatinya
dinihari tadi. Dalam suasana yang sudah dalam kondisi kelelahan ini,beberapa
anggota kami sudah mulai terkena halusinasi-halusinasi, rasanya tak sabar ingin
segera beristirahat, melepas lelah di tenda dan segera menikmati hidangan yang
nikmat. Disinilah diperlukan untuk kita tetap fokus dan saling menjaga satu
sama lain sepanjang perjalanan turun. Menjelang sore hari kami sudah tiba
kembali di Barafu Camp, segera saja kami beristirahat dan menyantap makan
siang, untuk memulihkan kondisi setelah menempuh perjalanan panjang sekitar 15
jam naik turun dari Barafu menuju Uhuru Peak sampai turun kembali ke Barafu. Di
Barafu kami beristirahat sekitar 2 jam untuk kemudian melanjutkan perjalanan
turun lebih rendah lagi menuju Millenia Camp di jalur Mweka. Jalur Mweka adalah
jalur yang digunakan khusus untuk turun, hanya diperlukan 2 hari untuk kita
tiba di desa kembali. Perjalanan dari Barafu Camp menuju Milenia Camp
diperlukan waktu 3 jam, sehingga di hari ini kami harus melalui perjalanan di
malam hari, walaupun dalam kondisi yang belum terlalu fit setelah dari puncak
namun sesuai perencanaan yang ada memang pilihan lebih baik adalah segera
turun, agar nanti kita dapat istirahat yang maksimal di Millenia dan esok
harinya perjalanan kita menuju Mweka Gate lebih singkat dan lebih nyaman. Pukul
22:00 semua anggota tim telah tiba di Millenia Camp, di tengah kelelahan yang
kami alami, tiba-tiba setelah semua sampai di Millenia, kami mendapatkan
kejutan sebuah kue tart sebagai ucapan selamat karena kami telah berhasil
mencapai puncak Kilimanjaro. Kami pun segera menyantap makan malam dan kue tart
tersebut. Kemudian setelah makan malam kami bersih-bersih dan bersiap untuk
tidur, malam ini kami bisa tidur dengan nyenyak diliputi penuh rasa kegembiraan
setelah melewati hari-hari yang melelahkan.
|
Millenia Camp |
Hari terakhir pendakian, Perjalanan
turun dari Millenia Camp menuju Mweka Gate akan melewati jalur hutan hujan
tropis, dengan waktu tempuh perjalanan dselama 5 jam. Kami bangun dengan begitu antusias, suasana
kegembiraan meliputi kami, kerinduaan akan suasana kota dan menghubungi
orang-orang tercinta di tanah air begitu tinggi untuk dapat berbagi cerita
bahagia ini. Kami sempatkan pagi hari ini untuk berfoto-foto, bercengkerama,
saling menceritakan kembali kisah-kisah pendakian kemarin yang kadang membuat
kami tertawa geli mengingat kejadian-kejadian penuh perjuangan menapaki puncak
tertinggi benua Afrika ini.
(RM,Kilimanjaro 28 Feb - 9 Maret 2016)
|
Exit Point Mweka Gate |